Training Relawan: Mempraktikkan Ajaran Jing Si
Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando (HeQi Utara)
|
| ||
Pertanyaan dari De Rang Shifu seakan menarik kita untuk merenungkan sejenak makna hidup yang kita jalani saat ini. Apa yang kita tuliskan saat ini merupakan skenario di masa yang akan datang, karenanya hidup haruslah memiliki makna dan menjalaninya sepenuh hati. Tiap langkah yang dilakukan di Tzu Chi tidak hanya mengukir hidup diri sendiri melainkan mengukir sejarah Tzu Chi. Kini Tzu Chi telah memasuki tahun yang ke-47 dan telah membantu lebih dari 70 negara. Pada awal berdirinya, hal ini dianggap sesuatu yang tidak mungkin. Bagaimana mungkin sekelompok Biksuni dapat mengubah dunia? Namun Master terus menerus tanpa lelah dan tekad yang kuat mencoba untuk menolong sesama hingga saat ini. Master selalu mengatakan “yang benar, lakukan saja” hal tersebutlah yang mengantarkan Tzu Chi menjadi sebuah organisasi pelatihan diri, bukan hanya organisasi keagamaan dan kemanusiaan. Agama merupakan tujuan hidup manusia, pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang baik. Meskipun latar belakang agama berbeda namun filosofi yang diyakini hakikatnya adalah sama yakni membimbing manusia ke arah yang baik. Kehidupan setiap hari dimulai ketika bangun di pagi hari, maka hendaklah kita bersyukur lalu bertekad semoga sejak saat ini dapat hidup mawas diri dan tulus,sehingga dapat menjalani hidup penuh makna. Alam semesta begitu luas, bumi bagaikan butiran pasir di jagat raya ini seperti yang tergambar oleh satelit. Apalagi manusia yang tinggal di dalamnya tidak akan nampak. Maka Master selalu berpesan agar kita dapat memperluas hati seluas jagat raya seperti ajaran Sang Buddha yang meneladani alam semesta. Ketidakabadian Hidup
Keterangan :
Master mengumpamakan hidup manusia bagaikan sebatang lilin yang menyala dan akan padam, karenanya kita harus senantiasa mengejar waktu dan berjalan di jalan Bodhisatwa serta di dalam kehidupan selalu menggenggam jalinan jodoh yang ada. Ada seorang relawan yang berusia 80 tahun masih aktif dan ketika meninggal menjadi relawan silent mentor. Beliau meninggal pada 20 Februari 2013,dan beliau memiliki ikatan batin yang kuat dengan Master. Satu minggu sebelumnya juga ada relawan di USA yang meninggal. Sebelum meninggal beliau selalu berkata ingin terus melakukan Tzu Chi hingga akhir hayatnya sebab teringat akan ajaran master yang mengatakan “Manusia tidak punya hak milik atas hidup, hanya mempunyai hak guna”. Juga ada seorang anak yang menderita sakit sejak usia 3 tahun, di usianya yang ke-11 berikrar bahwa di kehidupan mendatang anak tersebut ingin menjadi dokter yang menyelamatkan banyak anak yang sakit. Bertahun-tahun sakit sejak kecil tidak menyulutkan semangat anak tersebut untuk bersumbangsih bagi orang lain. Master memberikan nama Dharma untuknya yang bermakna ‘tekad’. Master selalu mengingatkan bagaimana kita menjalani detik-detik terakhir kehidupan. Percaya akan hukum karma di mana ada sebab akibat. Sakit merupakan benih sebab, menerima Tzu Chi sebagai ajaran adalah kondisi yang membuatnya mencapai kebahagiaan walau sakit sehingga tidak merasa sakit. Menyerap Darah Hingga ke Hati dan Sumsum Kehidupan yang kita jalani sekarang penuh berkah karena ajaran Master Cheng Yen. Sesungguhnya mencari seorang guru yang bijak tidaklah mudah dan jalur Bodhisatwa susah untuk ditapaki. Pada dua ribu tahun yang lalu Buddha mencapai kebuddhaan di usia yang ke-49 setelah melewati masa-masa pertapaan yang panjang, kini Master Cheng Yen langsung mengajarkannya kepada kita. Selama menjalani training ini, berharap para peserta senantiasa dalam sadar. Menggunakan kedua telinga untuk mendengarkan dan menyerap ajaran Master. Pemikiran Master Cheng Yen dan praktik Buddha adalah ajaran masa kini. Karenanya para murid Tzu Chi senantiasa menerapkan kebenaran, kesungguhan, ketulusan, dan keyakinan untuk membimbing yang lain ke jalan yang benar dan hal tersebut hanya dapat dilakukan jika memiliki tekad. Apa yang didengar saat ini di otak bagaikan benih dan sudah ada sejak dulu namun kali ini dengan kondisi yang berbeda. Karena ada jalinan jodoh di Tzu Chi, di mana jika kuat akan bisa dipertahankan sedangkan jika berakhir maka Dharma akan hilang. Maka manusia hendaknya menyucikan hati dengan air Dharma. Dulu Master mengatakan Dharma bagai air namun kini Dharma harus meresap hingga ke hati dan sumsum. Kita harus mengubah gen pembawa sifat buruk untuk menumbuhkan kebijaksanaan barulah hidup menjadi bermakna. Dalam mencari kebijaksanaan sesungguhnya semua pintu Dharma terpapar di hadapan kita ketika kita mempraktikkan Tzu Chi dan melihat banyak hal. Seperti menjalin jodoh dengan banyak orang sehingga melatih batin. Harus dapat melewati masalah barulah dapat membina kebijaksanaan. Memandang kegagalan menjadi hal yang harus dipelajari. Di sini kita belajar melakukan, merasakan, sadar dan memecahkan masalah. Kita harus memiliki ‘agung’: cinta kasih agung, welas asih agung, suka cita agung dan keseimbangan batin tanpa pamrih. Jika bisa seperti itu kita akan memiliki cinta kasih tanpa batas, tekad yang kuat dan kebahagiaan tanpa batas hingga akhirnya bersyukur tanpa batas. Insan Tzu Chi atau bisa disebut murid Jing Si menjadi penyelamat hidup bagi orang-orang dan menempa diri sehingga benar-benar mempunyai batin yang tenang. Menerapkan nilai keluarga Jing Si yakni sejak awal Master tidak menerima sumbangan, terus belajar menyalin sutra dan hingga kini Griya Jing Si dapat berdiri dengan mandiri. Master bukan mereformasi ajaran Buddha namun mengembalikan ajaran Buddha ke yang seharusnya. Dharma didapat dengan ketekunan dan melatih diri hingga tidak risau dan mau menjalin jodoh dengan banyak orang, itulah budaya humanis Tzu Chi yang menjadi teladan bagi umat manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. DAAI TV didirikan demi ajaran Jing Si. Tidak hanya itu semua produk Jing Si adalah produk Dharma karena dibuat dengan pelatihan diri dan dengan semangat agar ajaran Jing Si terus ada. Karenanya Master Cheng Yen ingin semua muridnya menyerap Dharma ke dalam hati. Memiliki hati seperti anak kecil yang polos, keberanian sang singa dan ketahanan seekor unta. | |||