Training Relawan: Menjadi Guru Sekaligus Sahabat
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Stephen Ang
|
| ||
Dalam kesempatan pelatihan ini, para guru Sekolah Tzu Chi Indonesia (Tzu Chi School) dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi juga turut mendapatkan berkah. Mereka mengikuti sharing yang dilakukan oleh 2 orang guru Tzu Chi Taiwan (sudah pensiun-red) yang berkisah tentang perjalanan mereka selama menjadi guru, kendala yang mereka hadapi, dan bagaimana solusi untuk menghadapinya. Kedua orang guru ini adalah Lu Mei Yun dan Ni Mei Ying. Lu Mei Yun sendiri terkenal sebagai guru ”Power” akibat semangat dan inovasinya dalam mendidik murid-muridnya. Ni Mei Ying sendiri sebelumnya dijuluki sebagai Ratu Kekerasan oleh murid-muridnya hingga ia kemudian sadar dan justru dapat mengambil hati para murid-muridnya. Meski kedua kisah kedua orang ini berbeda, namun mereka memiliki satu kesamaan, yakni menjadikan kata perenungan Master Cheng Yen sebagai landasan dalam mendidik, membimbing, dan mencintai para muridnya. Harapan yang Mekar
Keterangan :
Menurut Lu Mei Yun, menjadi guru bukan berarti tidak memiliki masalah di kelas, tetapi saat menemukan masalah apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya itu yang paling penting. Ia selalu mencari dan menemukan cara-cara unik untuk dapat membuat murid-muridnya bahagia dan senang belajar. Pada saat perayaan Natal misalnya, ia mengubah ruang kelas menjadi bernuansa Natal. Ia bahkan mengajar dengan menggunakan topi Sinterklas. Dan kegiatan itu dari mulai desain sampai acara ia yang mengerjakannya. ”Jadi guru jangan sampai takut repot, kita harus bersemangat agar para murid-murid ini bisa senang belajar,” tegasnya. Melihat kesungguhannya dalam mempersiapkan acara ini, salah satu orang tua murid bahkan berkenan membantu membuat pohon Natal. Hal ini karena sang orang tua murid tersebut merasa Lu Mei Yun sangat penuh cinta kasih. ”Kenapa saya bisa memiliki cinta kasih yang besar? Karena saya mempunyai guru seperti Master Cheng Yen. Beliau yang mengajari saya untuk menyebarkan cinta kasih,” katanya. Berbagai upaya terus dilakukannya untuk menumbuhkan semangat belajar murid-muridnya. Salah satunya dengan menggunakan Kata Perenungan Master Cheng Yen sebagai bahan pembelajaran. Sebelumnya ia selalu mencari sendiri kata-kata perenungan, tetapi sekarang sudah lebih mudah. Banyak pelajaran yang bisa didapat dari video dan foto, dimana membuat murid-murid lebih mudah memahaminya. ”Kita harus buat anak-anak merasa sangat bahagia,” tegasnya. Semangat Master Cheng Yen untuk menebarkan cinta kasih ke seluruh dunia juga menginspirasinya untuk mengajak dan melibatkan sekolah-sekolah di Taiwan lainnya. ”Jadi, pemikiran-pemikiran saya ini tersebar di 75 sekolah di Kaohsiung,” ujarnya. Pelajaran Kata Perenungan juga tidak mengenal batas suku, ras, dan agama. Lu Mei Yun memuji insan Tzu Chi Indonesia yang berhasil membawa 6 tokoh agama yang berbeda-beda untuk bertemu dengan Master Cheng Yen di Taiwan, karena dengan begitu dapat semakin menegaskan kepada relawan bahwa Tzu Chi merupakan organisasi sosial yang lintas agama, ras, dan golongan.
Keterangan :
Lu Mei Yun sendiri selama menjadi guru sangat jarang marah kepada murid-muridnya. ”Saya bisa marah, tetapi terkendali. Karena saya jarang marah maka itu lebih efektif dan anak-anak justru akan lebih menuruti,” katanya. Bahkan karena sikapnya ini ada seorang muridnya yang memiliki bekas luka di wajah memilih untuk tinggal kelas agar bisa terus diajar olehnya. Anak ini kurang merasa nyaman jika diajar guru lainnya. ”Nah bagaimana kita membuat anak-anak yang kurang sempurna merasa nyaman dengan teman-teman di sekitarnya. Saya kasih tahu jika ada teman yang menanyakan kenapa ada bekas luka, saya sampaikan, laki-laki yang punya bekas luka di wajah itu adalah laki-laki yang paling tampan,” tegasnya. Selama 30 tahun mengajar, Lu Mei Yun mengaku selalu dapat bersikap adil kepada murid-muridnya. ”Berpikiran obyektif. Saya adalah guru yang sangat tegas, tetapi saya mempunyai cinta kasih. Anak-anak murid saya pun pintar dan penuh cinta kasih,” tegasnya. ”Kita harus mendoakan anak-anak kita supaya mereka bisa menemukan arah masing-masing. Saat mereka tidak mengerjakan PR saya tidak akan marah, tetapi saya akan bertindak lemah lembut. Yang salah tetap harus dihukum, kecuali mereka ada halangan atau alasan tertentu,” katanya. Menurutnya, kata perenungan Master Cheng Yen dapat menjadi referensi dalam berbagai jenjang pendidikan, baik dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga universitas. Seorang guru yang baik harus dapat mendidik murid-muridnya dengan penuh cinta kasih. Ia juga harus dapat menyatukan hatinya (guru) dan murid. Jika guru mengajar dengan tulus maka murid-muridnya pun akan dapat merasakan dan kemudian menerapkan ajarannya. Inilah semangat yang harus dimiliki para guru dalam mengajar. | |||
Artikel Terkait
Langkah Awal Membawa Berkah
08 Maret 2012 Berkat kesabaran, kerja keras dan niat tulus, di tahun 2012 ini, para insan Tzu Chi Tebing Tinggi berhasil membangun sebuah kantor penghubung yang akan menjadi pusat kegiatan serta sarana pelatihan diri bagi para relawan.Berbagi Dengan Sukacita
02 Mei 2016Relawan mengadakan kegiatan kunjungan kasih kepada enam penerima bantuan pada 21 April 2016. Selain memberikan pendampingan dan penghiburan, relawan juga memberikan paket telur.