Training Relawan: Tanya Jawab Seputar Tzu Chi

Jurnalis : Widya (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Anand Yahya

 

 
 

fotoDe Man Shifu menjawab pertanyaan-pertanyaan relawan seputar dunia Tzu Chi pada pelatihan relawan tanggal 23 Maret 2013.

Pada hari Sabtu, 23 Maret 2013 sejak pukul 20.00 malam, relawan Abu Putih dan Tzu Ching  berkumpul di sebuah ruangan di Gan En Lou untuk sharingseputar dunia Tzu Chi dan menyimak lebih dalam mengenai misi-misi di Tzu Chi. Ini adalah salah satu sesi di training relawan yang diadakan pada tanggal 22 hingga 24 Maret 2013.

Sesi tanya jawab ini disambut dengan semangat oleh semua relawan karena semua pertanyaan mereka sekilas dunia Tzu Chi akan langsung dijawab oleh Shifu (Biksuni) yang berasal dari Griya Jing Si, Taiwan, De Man Shifu. Berikut ini adalah tanya jawab dalam sesi tersebut.

Pada hari Sabtu, 23 Maret 2013 sejak pukul 20.00 malam, relawan Abu Putih dan Tzu Ching  berkumpul di sebuah ruangan di Gan En Lou untuk sharing seputar dunia Tzu Chi dan menyimak lebih dalam mengenai misi-misi di Tzu Chi. Ini adalah salah satu sesi di training relawan yang diadakan pada tanggal 22 hingga 24 Maret 2013. Sesi tanya jawab ini disambut dengan semangat oleh semua relawan karena semua pertanyaan mereka sekilas dunia Tzu Chi akan langsung dijawab oleh Shifu (Biksuni) yang berasal dari Griya Jing Si, Taiwan, De ManShifu. Berikut ini adalah tanya jawab dalam sesi tersebut.

1. Banyak relawan yang sudah berjalan dan bertekad di jalan Bodhisatwa beberapa waktu berpikir untuk mengundurkan diri dari Tzu Chi, bagaimana caranya supaya relawan Tzu Chi dapat terus berjalan di jalan Bodhisatwa dan terus mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen?

De Man Shifu: Kejadian ini memang sangat sering terjadi dalam suatu organisasi. Master Cheng Yen pernah berkata bahwa sangat mudah untuk bertekad tetapi sangat sulit untuk mempertahankan tekad. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun banyak kita jumpai hal seperti ini, sangat sedikit dari kita yang dapat tetap teguh untuk mempertahankan tekad kita masing-masing. Pada saat kita bertekad memang tidak mudah untuk mempertahankannya tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjalankannya sehingga dapat tercapai. Jadi, jika ada pemikiran untuk mengundurkan diri dari Tzu Chi, ingat mazhab Tzu Chi kita, meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa, percaya bahwa kita berjalan di jalan yang benar, dan bertindak dengan tindakan yang nyata.

2. Bagaimana caranya untuk membawa donatur ke Tzu Chi dan menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi?

De Man Shifu: Ada beberapa donatur setelah melihat cara kerja Tzu Chi akan menjadi sangat tertarik dan menjadi anggota dari keluarga besar Tzu Chi. Master sering berkata kepada kita bahwa kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa di era kemunduran Dharma ini. Master menekankan kepada kita hal ini karena semakin banyak kekacauan, peperangan, dan empat unsur alam yang tidak selaras sehingga mengakibatkan terjadinya bencana dimana-mana. Sebenarnya, jika kita ingin menyelamatkan dunia harus dimulai dari menjernihkan hati kita masing-masing. Sama halnya dengan donatur, yang paling diutamakan bukan untuk menggalang dana mereka tetapi yang paling penting adalah menggalang hati mereka. Dengan menggalang hati mereka, maka akan adanya tekad yang lebih besar untuk berjalan di jalan Bodhisatwa dan bersumbangsih untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan.

3. Bagaimana caranya untuk mendapatkan kepercayaan dari komunitas masyarakat jika kita berasal dari golongan minoritas?

De Man ShifuIni mirip dengan kisah Buddha pada zaman dahulu kala, di mana saat itu Buddha sedang pergi ke desa untuk menyebarkan Dharma. Sepertiga dari penduduk desa itu mengenal Buddha, sepertiga lagi pernah mendengar nama Buddha dan sisanya sama sekali tidak pernah mendengar nama Buddha. Jadi Buddha menyesuaikan pengajarannya kepada penduduk setempat sesuai dengan pandangan mereka masing-masing. Kisah Buddha ini hampir mirip dengan pelayaran Yayasan Buddha Tzu Chi dari Taiwan ke Indonesia yang negara mayoritasnya Islam, tetapi dengan kesungguhan hati para relawan, akhirnya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dapat berkembang dengan pesat. Terutama setelah peluncuran DAAI TV, dan media-media lainnya, kita dapat melihat dan mendengar Dharma Master setiap hari. Melalui media-media ini, kita dapat melintasi perbedaan bahasa, agama, suku dan ras. Ajaran-ajaran Master juga banyak disetujui oleh penganut-penganut agama lain. Jadi, kita harus percaya bahwa Tzu Chi bisa berkembang di seluruh pelosok Indonesia dan tugas ini bergantung pada kita semua, semangat kita semua dalam mengemban misi-misi Tzu Chi.

4. Saat kita menjalankan kegiatan Tzu Chi, Master sering menghimbau kita untuk sepenuh hati mengikuti kegiatan Tzu Chi. Ada sebagian relawan yang merasa sudah bekerja dengan sepenuh  hati tetapi ia merasa tidak dihargai atas hasil dari pekerjaannya. Jadi, harus bagaimana kita menindakinya?

De Man Shifu : Bagi sebagian orang yang baru bergabung dengan Tzu Chi, masih ada banyak hal yang harus mereka pelajari dan sesuaikan. Sebaliknya, bagi senior seharusnya kita tahu bagaimana cara membimbing yang lebih baru dengan baik. Sama seperti  Sang Buddha pada masa itu yang juga mengajarkan muridnya sesuai dengan karakter dan kepribadian mereka masing-masing. Sebagai pembimbing yang baik, kita harus belajar membimbing sesuai dengan karakter mereka, dan harus memahami mereka, bertoleransi, membetulkan kesalahannya, dan menggunakan cinta kasih sehingga membuat pemula akan merasa nyaman dan tahu apa yang harus dilakukan untuk selanjutnya. 
5. Saya sudah menjadi relawan abu putih dalam beberapa waktu dan sangat puas dengan diri saya yang sekarang ini, yang tidak saya mengerti  adalah mengapa senior-senior saya atau relawan biru putih yang lainnya memaksa saya untuk naik menjadi relawan biru putih?

De Man Shifu : Banyak orang yang masuk ke Tzu Chi tapi masih ragu-ragu dengan tekad mereka sendiri. Sebagai relawan Tzu Chi, kita harus menaati sila Tzu Chi dan memakai seragam Tzu Chi. Sebagaimana di seragam kita yang bisa kita lihat, pundak kiri menandakan semangat ajaran Sang Buddha yang diwariskan kepada kita, pundak kanan menandakan semangat kita dalam misi amal Tzu Chi dan dada menandakan pembawaan diri kita masing-masing. Menjadi relawan biru putih bermakna bahwa kita sudah siap bertekad untuk mengemban misi Tzu Chi lebih dalam lagi. Perumpamaannya seperti kita menanam benih cinta kasih dan berharap benih tersebut dapat tumbuh mekar. Relawan abu putih bagaikan benih yang sudah bertunas, jika benih yang bertunas tersebut tidak dibiarkan tumbuh mekar maka benih tersebut lama kelamaan akan layu. Sebenarnya pada saat kita memilih untuk bertekad di jalan Bodhisatwa ini, yang beruntung adalah diri kita sendiri karena kita dapat melatih diri kita, merasa tenang dan damai.

Setelah mendengar penjelasan dari Biksuni De Man, salah satu relawan yang berasal dari Biak pun terharu dan menambahkan, “ Setelah saya masuk ke Yayasan Buddha Tzu Chi dan menjadi relawan, saya belajar bersumbangsih dan mengembangkan cinta kasih saya disini. Saya percaya pada ajaran Master dan saya bertekad untuk terus berjalan di jalan Bodhisatwa ini untuk membantu mereka yang kesusahan.”  

Setiap orang dapat menebarkan benih cinta kasihnya dan bersumbangsih kepada sesama. Harapan De Man Shifu  kedepannya, semoga para relawan di Indonesia dapat menggalang lebih banyak Bodhisatwa baru, sehingga  dapat membentuk kekuatan cinta kasih dan menyebarkannya ke seluruh Indonesia.  Gan en.

 

 
 
 

Artikel Terkait

Depo Pelestarian Lingkungan untuk Masyarakat Kisaran

Depo Pelestarian Lingkungan untuk Masyarakat Kisaran

08 Oktober 2013 Eksplorasi berlebihan terhadap bumi dan isinya yang dilakukan oleh manusia demi memenuhi segala kebutuhan hidup telah mengakibatkan bumi sakit. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan dengan giat menjaga bumi dan melestarikan lingkungan.
Bebenah Rumah Tzu Chi: Menuju Rumah Impian

Bebenah Rumah Tzu Chi: Menuju Rumah Impian

23 Oktober 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Jumat 23 Oktober 2015, melanjutkan kembali program bebenah rumah Pademangan Barat, Jakarta Utara. Sebanyak enam rumah hari ini memasuki tahap pertama pembangunan yaitu perobohan bangunan asli.
Sepatu Baru di Tahun Ajaran Baru

Sepatu Baru di Tahun Ajaran Baru

19 Agustus 2011 Satu per satu kelompok anak-anak dibimbing oleh para relawan untuk berbaris mengambil sepatu, keceriaan pun terlintas di wajah mereka.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -