Tubuh Sehat, Bumi Sehat

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Jia Wen-yu mengungkapkan beberapa data ilmiah tentang manfaat vegetarian bagi pelestarian lingkungan dalam seminar "Vegetarian dan Pelestarian Lingkungan" di Jing Si Books and Cafe, Pluit, Jakarta Utara.

“Saat ini adalah tahun 2070. Usia saya baru 50 tahun, tetapi penampilan saya seperti seseorang yang telah berusia 85 tahun,” Ria Ellwanger mengawali suratnya. Ia kemudian melanjutkan, “Saya menderita gangguan ginjal serius, karena saya tidak minum dengan cukup. Saya khawatir saya tidak memiliki waktu lebih lama lagi untuk hidup. Saya adalah salah satu orang tertua di masyarakat.” Ria menuturkan, ia terpaksa menggunakan handuk dan minyak pencuci untuk membersihkan tubuh, hanya diperbolehkan minum setengah gelas per hari, bahkan orang-orang harus mencukur kepala sampai botak untuk menjaganya tetap bersih tanpa menggunakan air.

Air menjadi harta benda yang paling didambakan, lebih berharga daripada emas dan berlian. Semua sungai, danau, waduk dan lapisan air bawah tanah kering atau terkontaminasi. Penampilan manusia sangat mengerikan: berkerut, kering akibat dehidrasi, penuh dengan rasa sakit akibat radiasi ultra violet, apalagi ditambah dengan tidak adanya perisai pelindung dari lapisan ozon. Keadaan tersebut terjadi karena manusia pada abad 20 selalu mengabaikan himbauan untuk menjaga lingkungan.

Keadaan yang mengerikan! Tapi tenang, itu hanyalah sebuah surat imajiner yang dibuat oleh Ria Ellwanger dan dipublikasikan secara luas di majalah Cronicas de Los Tiempos edisi April 2002. Tapi bukan tidak mungkin hal tersebut bisa menjadi kenyataan jika kita tidak menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu cara mudah yang belakangan ini sedang gencar disosialisasikan oleh Tzu Chi adalah dengan menjalani pola hidup vegetarian.

Less Meat, Less Heat
“Menjadi seorang vegetarian adalah sebuah tindakan mulia bukan hanya baik untuk tubuh kita, tapi juga baik untuk bumi,” ungkap Susianto, Ketua Operasional International Vegetarian Union (IVU) Asia Timur/Tenggara dan Oseania dalam seminar “Vegetarian dan Pelestarian Lingkungan” yang diadakan oleh Tzu Chi di Jing Si Books and Café Pluit, 29 Juni 2008. Dalam seminar tersebut Susianto lebih banyak membahas vegetarian ditinjau dari sudut pandang kesehatan, sedangkan dari sudut pandang pelestarian lingkungan dibawakan oleh Jia Wen-yu, relawan Tzu Chi yang telah bertahun-tahun menjadi seorang vegetarian.

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa gaya hidup vegetarian berperan besar terhadap pelestarian lingkungan. Data-data ilmiah yang dipaparkan Wen-yu membuka wawasan sejumlah relawan dan undangan yang hadir sore hari itu. “Industri peternakan adalah salah satu penyebab utama bagi masalah lingkungan yang paling serius masa kini,” ujar Wen-yu mengungkapkan hasil liputan Henning Steinfeld dari Agriculture Organization seperti dilaporkan oleh UN News Centre edisi 29 November 2006.

Data-data yang Wen-yu paparkan, yang dikumpulkan dari berbagai sumber mengungkapkan tentang peran industri peternakan dalam perusakan lingkungan. Menurutnya, padang rumput yang digunakan untuk ladang ternak telah mencapai 26% dari total tanah yang bisa digunakan di bumi. Berkaitan dengan polusi udara, gas amonia dari kotoran dan kentut hewan ternak menyebabkan hujan asam yang merusak 64% humus tanah dunia dan membunuh tanaman dan hewan. Industri peternakan (sapi dan domba) menghasilkan 40% dari total gas metana yang dihasilkan oleh kegiatan manusia, yaitu lebih dari 100 juta ton dalam setahun. Padahal, gas metana berdampak 25 kali lebih kuat pada gas rumah kaca daripada CO2. Selain itu, industri peternakan juga menghasilkan 65% N2O (dinitro dioksida), terutama dari penggunaan pupuk nitrogen untuk makanan ternak, padahal N2O mempunyai 300 kali potensi pemanasan global dibandingkan CO2.

Dalam hal pemborosan air, industri peternakan merupakan penyebab terbesar polusi air di dunia. Sebagai ilustrasi, seekor sapi memerlukan 68-91 liter air per hari untuk minum dan mandi. Bandingkan dengan manusia dewasa yang hanya membutuhkan 2,7-3,7 liter air per hari.

Dalam sebuah laporan pada tahun 2006, PBB bahkan menyatakan bahwa memelihara hewan ternak menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca (18%) melebihi gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk, pesawat, helikopter) di dunia (13,5%). Sedangkan sebuah kajian di Jerman menyatakan, untuk menghasilkan 1 kg daging sapi mengeluarkan CO2 6,5 kg atau 43 kali lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg sayuran yang hanya mengeluarkan 0,15 kg CO2.

foto   foto

Ket : - "Industri peternakan adalah penyumbang terbesar polusi," ujar Wen-yu. Dengan bervegetarian berarti kita
           secara tidak langsung mengurangi jumlah peternakan sehingga ikut mengurangi polusi.(kiri)
         - Selama 20 tahun menjadi seorang vegetarian dan kini menjadi pengurus teras sebuah organisasi
           vegetarian, Susianto menemukan fakta bahwa vegetarian justru berperan besar dalam peningkatan gizi.
           (kanan)

Hidup Sehat dengan Vegetarian
Susianto selama ini sering berkeliling dunia bertemu dengan sesama kaum vegetarian yang lain. Menurutnya, vegetarian merupakan gaya hidup universal agar kehidupan menjadi lebih baik dengan cara memperhatikan pola makan tanpa membawa embel-embel agama. Walaupun masih banyak orang yang menganggap vegetarian identik dengan agama Buddha, ternyata istilah vegetarian sendiri diperkenalkan oleh seorang pendeta Kristen pada tahun 1842.

Banyak orang yang salah kaprah terhadap pengertian vegetarian. Orang-orang menganggap istilah vegetarian berasal dari kata ‘vegetable’ (sayuran) sehingga banyak orang cenderung menganggap vegetarian sebagai hal yang tidak menyenangkan, terlebih bagi orang yang terbiasa memakan daging dalam menu makan mereka. Vegetarian sebenarnya berasal dari sebuah kata latin ‘vegetus’ yang berarti ‘semangat’. Pengertian ini mengacu pada manfaat vegetarian terutama jika dilihat dari aspek kesehatan.

Menurut Susianto, daging banyak mengandung lemak jenuh yang tidak bisa dicerna oleh tubuh dan dapat menyumbat pembuluh darah yang menyebabkan gangguan kardiovaskuler, seperti penyakit jantung, hipertensi, hingga diabetes. Selain itu, daging juga banyak mengandung kolesterol, sedangkan tumbuh-tumbuhan tidak mengandung kolesterol sama sekali.

Di Indonesia, penyakit jantung adalah penyebab utama kematian, 1 dari 4 manusia menderita hipertensi, 1 dari 2 manusia menderita sakit jantung, dan 1 dari 10 menderita diabetes. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dalam hal penderita diabetes. “Dan ini penyebab utamanya adalah pola makan daging. Kolesterol bisa menyebabkan semua penyakit ini,” jelas Susianto. Sebaliknya, apa manfaat vegetarian? “Pola makan vegetarian bisa terhindar dari penyakit jantung 90-97%,” ungkap American Medical Association seperti dikutip oleh Susianto. Sementara American Cancer Society menyebut seorang vegetarian 40-60% terhindar dari penyakit kanker.

foto   foto

Ket : - Hardiman belum lama ini mensyukuri keterlibatannya dalam Tzu Chi dengan berjanji kepada
           Master Cheng Yen untuk bervegetarian seumur hidup. (kiri)
         - Relawan memeragakan sebuah isyarat tangan di sela-sela seminar. (kanan)

Menurut laporan John Hopkins Hospital, sebuah rumah sakit terkenal di Amerika, setiap orang memiliki resiko untuk terkena kanker. Hanya karena stres saja, tubuh akan memproduksi radikal bebas penyebab kanker, terlebih masih ditambah dengan memakan daging. Hal ini karena protein hewani bersifat asam, sedangkan suasana asam disenangi oleh sel kanker. Sel kanker tidak suka suasana basah padahal buah dan sayur bersifat basah, terutama sayur, sehingga sayur dan buah bisa membunuh sel kanker. Selain itu, sistem syaraf hewan mirip dengan manusia yang akan menciptakan toksin (racun) jika sedang dalam emosi negatif. Ketika akan dibunuh, hewan mengeluarkan toksin dalam jumlah besar karena merasa takut. Ketika kita membunuh dan memakannya, berarti kita juga memakan racun yang terkandung di dalam tubuh hewan tersebut.

Penyakit lain yang bisa ditimbulkan kebiasaan makan daging adalah kanker saluran pencernaan. Pencernaan manusia tidak cocok untuk memakan daging karena panjang dan berkelok-kelok. Daging sulit dicerna sehingga ketika melewati saluran pencernaan akan mudah menyisakan residu yang mudah menyebabkan terjadinya kanker. Berbeda dengan saluran pencernaan karnivora yang pendek dan licin sehingga daging mudah melewati saluran pencernaan dan cepat terbuang.

Berbagai penelitan juga mengungkapkan 4 kelompok manusia yang rentan kekurangan gizi, yaitu ibu hamil, menyusui, balita dan lansia, cocok untuk menjalankan vegetarian.

Sebenarnya pola hidup vegetarian bukanlah hal yang asing bagi orang Indonesia, terutama bagi penduduk di pedesaan. “Menurut survei, 96% penduduk Indonesia makan nabati. Pola makan asli Indonesia (adalah) vegetarian,” tutur Susianto yang telah menjadi vegetarian selama 20 tahun ini. Menurutnya, penduduk di perkotaanlah yang sering mengonsumsi daging. Kehidupan kota yang penuh tekanan dan kebiasaan makan daging adalah kombinasi yang sangat tidak baik untuk kesehatan. Sudah saatnya penduduk di perkotaan untuk memperbaiki pola hidup tersebut, salah satunya adalah dengan menjadi vegetarian. “Kalau orang sudah mengerti tentang kesehatan, orang tidak susah untuk menjadi vegetarian,” pungkas Susianto.

 

Artikel Terkait

Mengembangkan Layar Cinta Kasih ke Tebing Tinggi Okura

Mengembangkan Layar Cinta Kasih ke Tebing Tinggi Okura

29 Maret 2018
Relawan Tzu Chi kembali mempererat jalinan jodoh ini dengan mengadakan bakti sosial pengobatan umum dan gigi di Kantor Kelurahan Tebing Tinggi Okura yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh tani di kebun sawit dan menderes karet (25/3/2018).
Perjuangan dan Semangat untuk Kembali Sembuh

Perjuangan dan Semangat untuk Kembali Sembuh

19 Februari 2018
Beby Ananda Rinaldi yang berusia 7 tahun, sejak lahir sudah mengidap penyakit kaki pengkong yang membuatnya tidak bisa melakukan aktivitas seperti anak-anak pada umumnya. Meski begitu, semangatnya terlihat seperti anak yang normal.
Kedewasaan dalam Keimanan

Kedewasaan dalam Keimanan

03 Juli 2014
Kunjungan ke yayasan Buddha Tzu Chi  Center, PIK pada 2 Juli 2014. peserta yang datang berjumlah 20 orangn para ibu. Sambutan hangat dirasakan oleh peserta kunjungan dari relawan. untuk pertama kallinya komunitas Katolik Budi Indah mengunjungi Tzu chi. Banyak hal baru yang didapat dari kunjungan ini salah astunya adalah sosialisasi mengenai SMAT dengan menggunakan celengan bambu.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -