Tujuh Kondisi pikiran

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

fotoHendry Shixiong membawakan acara bedah buku mengenai "7 kondisi pikiran untuk mengikis noda batin".

Senyuman  khas dari Hendry Cahyadi Shixiong menyapa 21 orang peserta Bedah Buku Pertobatan Air Samadhi yang diadakan untuk ketiga kalinya di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi di gedung ITC Mangga Dua lantai 6 pada tanggal 8 Desember 2011.  Setelah memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen sebanyak tiga kali, acara bedah buku ini di mulai pada pukul 17.30 WIB.

 

“Setiap hari adalah awal yang baru, apakah pikiran kita dapat berawal baru setiap hari?” Tanya Master Cheng Yen dalam acara Sanubari Teduh kepada para peserta dan para peserta terhenyak sejenak untuk berpikir. Apabila setiap bangun pagi masih ada masalah yang menumpuk di dalam pikiran, maka noda batin juga akan menumpuk. Baik dan buruknya perbuatan kita berawal dari sebuah pikiran, karena pikiran merupakan sumber dan pelopor semua perbuatan yang dilakukan oleh tubuh. Dari sebuah pikiran timbullah keinginan. Akumulasi keinginan pada seseorang, memicu lahirnya banyak kerisauan di dalam hati dan pikiran orang tersebut, sehingga  dapat menimbulkan Keserakahan, Kebencian dan Kegelapan batin (kebodohan) di dalam dirinya.  

Adapun 7 kondisi pikiran untuk melenyapkan rintangan adalah sebagai berikut: memiliki rasa malu, memiliki rasa takut, berpaling dari keburukan, membangkitkan Bodhicitta, memandang setara semua makhluk, rasa bersyukur pada Buddha, pengamatan pada kosongnya hakikat kejahatan.

Hal pertama dari kondisi pikiran yaitu menanamkan rasa malu, artinya seorang manusia hendaknya malu untuk melakukan kesalahan pada diri sendiri dan ada rasa menyesal, sehingga senantiasa bertekad  melatih diri dengan cara  mengoreksi kesalahan diri sendiri dan belajar dari kebaikan ataupun kesalahan orang lain. Dengan timbulnya rasa malu, maka akan timbul juga rasa takut, yaitu takut berbuat kesalahan-kesalahan fatal yang dapat menjerumuskan diri ke dalam 3 “alam rendah” dan menerima akibat dari karma buruk. Sesuai dengan hukum karma , benih apa yang ditanamnya, maka buah seperti itu yang akan dipetiknya. Lahan batin manusia seperti sepetak sawah, apabila tidak ditanami benih yang baik, maka tidak akan memperoleh hasil yang baik juga.”

Dari proses pelatihan diri tersebut, maka  kita akan memahami bahwa hidup ini tidak kekal dan memanfaatkan hidup ini dengan banyak menolong orang lain yang menderita. Hal ini berarti sudah membangkitkan Bodhicitta (kebijaksanaan).  Adapun paham Bodhicitta ini dengan cara mengembangkan 4 pikiran tanpa batas berupa cinta kasih, welas asih, suka cita dan keseimbangan batin, serta melaksanakan 6 Paramita yaitu berdana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi dan kebijaksanaan.

foto   foto

Keterangan :

  • Para relawan yang hadir mencoba menyerap Dharma ke dalam hati untuk menumbuhkan kebijaksanaan mereka (kiri).
  • Para relawan yang hadir mencatat setiap Dharma Master Cheng Yen yang dijabarkan oleh Hendry Shixiong (kanan).

Kelanjutan dari mempraktikkan Bodhicitta tersebut  adalah  memandang setara semua makhluk yang berarti batin kita sudah tidak membeda-bedakan lagi dan dapat menerima paham bahwa semua makhluk itu  memiliki hak hidup yang sama. Semua makhluk adalah setara dengan  siklus hidupnya saling bergantung satu sama lain, sehingga semua saling membutuhkan. Manusia justru  harus dapat melindungi dan menghargai semua makluk yang bernyawa di dunia.

Didalam Buddha Dharma dikatakan bahwa kehidupan manusia berputar di  6 roda alam kehidupan sehingga memerlukan seseorang  membimbing tingkat kesadarannya hingga memahami Dharma.  Hal ini berarti kita harus bersyukur pada Buddha akan kesempatan belajar Dharma dengan baik  dan  mendapatkan cara untuk mengikis noda-noda batin. Akhirnya setelah mempelajari Dharma dan paham hukum ketidakkekalan yang mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat kosong, artinya setelah seseorang meninggal dunia, segala unsur materi di dunia tidaklah dapat dimilikinya lagi  dan hanya pahala dan karma yang dapat dibawa serta dalam kehidupan berikutnya.   

Pencerahan Dharma tentang 7 kondisi pikiran untuk melenyapkan rintangan ini sungguh menambah jiwa kebijaksanaan kami ( relawan Tzu Chi ). Acara Bedah Buku Pertobatan Air Samadhi diakhiri pada pukul 19.12 WIB. Sebagai insan Tzu Chi yang sudah melangkah di Jalan Bodhisatwa, kita juga hendaknya mendalami Sutra Dharma sehingga dapat membersihkan kekotoran batin dan juga menghilangkan tabiat buruk. Master Cheng Yen mengingatkan kita “tiga tiada” di dunia ini yaitu  tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, dan tiada orang yang tidak kumaafkan.

Segala kondisi tercipta oleh pikiran dan hati manusia, ketika jiwa raga manusia terbebas dari noda, pada saat itulah alam kehidupan ikut menjadi suci dan bersih. Dalam mengarungi kehidupan ini, hati senantiasa harus  merasa bersyukur dan  kita selalu memberkati  diri sendiri agar dapat hidup dalam kepuasan  dan juga dapat memberkati  orang lain agar mereka selalu hidup  penuh dengan kedamaian. 

  
 

Artikel Terkait

Banjir 2020: Layanan Kesehatan dan Bantuan Logistik untuk Korban Banjir di Lebak

Banjir 2020: Layanan Kesehatan dan Bantuan Logistik untuk Korban Banjir di Lebak

06 Januari 2020

Akibat longsor dan banjir bandang di Lebak, Banten, 17.200 jiwa atau 4.368 kepala keluarga (KK) harus mengungsi ke lokasi yang aman. Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan medis dan logistik untuk para pengungsi.

Mengemban Tanggung Jawab dengan Keyakinan

Mengemban Tanggung Jawab dengan Keyakinan

19 September 2024

Relawan Tzu Chi Medan turut mengikuti pelatihan relawan pendidikan bertema Dengan Keyakinan Berikrar dan Bersedia Mengemban Tanggung Jawab yang digelar di Tzu Chi Center Jakarta. Para relawan mengikuti pelatihan ini secara daring di Jing Si Books & Cafe Medan.

Saling Dukung untuk Menggapai Cita

Saling Dukung untuk Menggapai Cita

17 November 2015
Minggu, 15 November 2015, ruangan Xi She Ting Tzu Chi Center PIK tampak riuh dengan kehadiran anak-anak beasiswa karier Tzu Chi dan relawan pendampingnya yang tengah mengadakan gathering bulanan. Sebanyak 89 anak asuh dan 22 relawan pendamping yang hadir meramaikan kegitan rutin tersebut.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -