Tulus Melatih Diri dan Menapak Jalan Boddhisatwa
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)Pada pelatihan Komite dan Cakom yang berlangsung selama 2 hari (12-13 Maret 2022), Master Cheng Yen sangat mengharapkan setiap insan Tzu Chi bersungguh hati membangkitkan welas asih bagi semua makhluk.
Insan Tzu Chi hendaknya senantiasa menggenggam waktu, tekun dan melatih diri, agar Dhamma dapat terukir di dalam hati, seperti dunia dengan matahari yang tak pernah terbenam. Master Cheng Yen sangat mengharapkan setiap insan Tzu Chi bersungguh hati membangkitkan welas asih bagi orang-orang yang menderita. “Kita berusaha agar meski kita belum dapat mengubah kehidupan mereka pada kehidupan sekarang, paling tidak kita membangun ikrar dari kehidupan ke kehidupan. Dalam salah satu kehidupan nanti, kita berharap dapat mengubah nasib orang-orang yang menderita itu. Saya percaya semua orang memiliki ikrar dan kekuatan. Suatu hari kita dapat menciptakan berkah bagi dunia dan membalikkan kemiskinan menjadi kemakmuran,” jelas Huang Si Hao (Joe Huang), relawan Tzu Chi Taiwan menyampaikan tekad, harapan, dan impian Master Cheng Yen.
Dalam lirik lagu Satu Keluarga, Master Cheng Yen mengharapkan dukungan dari seluruh insan Tzu Chi. Master Cheng Yen yang mengumpulkan dan membimbing kita semua. “Kini, kita harus berpikir, bagaimana kita membantu Master Cheng Yen, dan bersama-sama dengan Master Cheng Yen mewujudkan impiannya?
Sebagai insan Tzu Chi, bagaimana kita di seluruh dunia dapat membantu Master Cheng Yen mewujudkan impian ini?
Apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkan ini?” kata Joe Huang mengajak insan Tzu Chi mewujudkan impian Master Cheng Yen.
Selain itu, Joe Huang mengajak insan Tzu Chi menarik cerita mengenai rumah yang terbakar dan kereta lembu putih dalam Sutra Lotus bab 3, ke kehidupan kita di dunia, kondisi masyarakat kita. Apa peran insan Tzu Chi? Di dunia ini tidak bisa hanya satu orang yang menyelamatkan semua orang. Buddha sendiri saat itu tak dapat menyelamatkan semua orang. Buddha memerlukan sekelompok orang untuk berteriak, “Ada kebakaran, semuanya cepat tolong.” Dibutuhkan sekelompok orang untuk bergerak dan menunjukkan kepada orang-orang arah evakuasi, membantu para tetua berteriak dan mengarahkan orang yang tidak tahu harus pergi ke mana.
Setiap insan Tzu Chi harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Inilah yang harus kita lakukan. Lakukan apa yang Master Cheng Yen katakan dan yang Master Cheng Yen lakukan. “Namun, bagaimana caranya? Apa yang harus dilakukan? Kita harus belajar dari teladan masa lalu. Bagaimana orang-orang di masa lampau mengajari kita? Apa yang mereka ajarkan, kita pelajari sekarang. Siapa teladan masa lampau?” tanya Huang Si Hao.
Joe Huang mengajak insan Tzu Chi menarik cerita mengenai rumah yang terbakar dan kereta lembu putih dalam Sutra Lotus bab 3, ke kehidupan kita di dunia, kondisi masyarakat kita.
Mereka adalah sepuluh siswa utama Buddha. Mereka mengajari kita mewujudkan dunia Tzu Chi. Mereka memiliki jalinan jodoh sendiri. Mereka memiliki kemampuannya masing-masing. “Namun apa yang mereka ajarkan kepada kita? Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai impian Master Cheng Yen?” jelas Joe Huang.
Sariputra yang terunggul dalam kebijaksanaan, mengajari kita apa yang harus dilakukan. Apa yang bisa kita lakukan agar Tzu Chi di seluruh dunia dapat bekerjasama dengan harmonis seperti harapan Master Cheng Yen.
Master Cheng Yen mengajarkan kebijaksanaan pembeda dan kebjiaksanaan setara. Insan Tzu Chi harus belajar membagi tugas dan bekerjasama dalam menjalankan tugas Tzu Chi. “Kebijaksanaan adalah mengetahui bahwa perkara di dunia tak bisa diselesaikan hanya oleh satu orang. Tahu cara membagi tugas, tahu cara bekerja sama. Dibutuhkan kekuatan dari semua orang untuk melakukannya,” jelas Joe Huang kepada peserta training untuk belajar keteladanan Sariputra.
Maudgalyayana yang terunggul dalam kekuatan batin. Ini berarti pikiran yang terbuka (terhubung) dan memahami hati orang lain. Apakah itu pikiran yang terbuka? Kita dapat memahami apa yang dibutuhkan semua makhluk. Hati mereka terhubung dengan hati semua orang. “Setelah mengerti apa yang paling dibutuhkan, barulah kita dapat memiliki kekuatan untuk bergerak dan membantu orang, untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.” pungkas Huang Si Hao.
Kekuatan batin terunggul mengajarkan kita agar pikiran kita terhubung dengan orang yang akan kita bantu. Untuk mempraktikkan jalan Boddhisatwa, kita harus memahami cara membantu kebutuhan semua orang agar mereka merasa bahwa hatinya telah terbuka dan terhubung dengan hati kita.
Ananda terunggul dalam banyaknya mendengar Dhamma. Insan Tzu Chi hendaknya banyak mendengar Dhamma, dan banyak menyimak. Mendengar Dhamma berarti mendengar nasihat Master Cheng Yen, membimbing insan Tzu Chi. Banyak mendengar kata-kata makhluk yang menderita. Banyak mendengar kebutuhan makhluk yang menderita. “Selain memahami hatinya, kita harus lebih mendengarkannya. Hanya dengan demikian, mereka dapat dibimbing dengan cara yang benar,” imbuhnya.
Anuruddha yang terunggul dalam kemampuan mata dewa. Adalah lebih banyak mengamati dan memperhatikan atau lebih peduli. Master Cheng Yen memberitahu kita lewat DaAi TV tentang apa yang terjadi di dunia. Master Cheng Yen meminta kita menggunakan mata dewa untuk melihat daerah-daerah yang jauh agar kita tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Setiap insan Tzu Chi hendaknya meneladani siswa utama Buddha, yang terunggul dalam kebijaksanaan, kekuatan batin, banyaknya mendengar Dhamma, kemampuan mata dewa dan membabarkan Dhamma.
Ada banyak hal yang harus insan Tzu Chi lakukan. Perkara dunia membutuhkan kita untuk memikul bersama. “Selain mendengarkan kebutuhan semua makhluk, kita harus lebih peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Selain melihat jauh, kepada orang-orang di negara yang berbeda-beda, kita juga harus bisa peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Ini membutuhkan pengamatan yang cermat,” jelas Joe Huang.
Punna Maitrayaniputra yang terunggul membabarkan Dhamma. Apa yang perlu insan Tzu Chi pelajari? Insan Tzu Chi harus mewariskan Dhamma dengan berbagi kepada lebih banyak orang tentang cara dan kebahagiaan Tzu Chi, serta menyebarkan Dhamma ini ke tempat yang belum terjangkau.
Insan Tzu Chi bisa berbagi lebih banyak tentang kebahagiaan Dhamma, membagi pengalaman belajar kita agar jalan yang kita tapaki ini dapat diketahui dan dipahami lebih banyak orang, agar hal baru di dunia Tzu Chi atau pengetahuan lama yang kita pelajari dapat kita wariskan kepada orang baru. “Memberi mereka kesempatan untuk mendengar apa yang tidak sempat mereka dengar. Inilah yang unggul dalam membabarkan Dhamma,” kata Joe Huang lebih lanjut.
Insan Tzu Chi harus banyak mengamati, banyak mendengar, banyak peduli, inilah yang kita sebut perhatian dalam kelompok kecil. Kebijaksanaan pembeda dan kebijaksanaan setara. Adanya pembagian tugas dan kerjasama, membuka jalur, inilah cara berkegiatan dalam banyak kelompok. Kita membina orang baru dan mewariskan Dhamma, ini berarti meneruskan semangat, menyebarkan mazhab dan melestarikan silsilah Dhamma. Ini adalah sesuatu yang bisa kita lakukan.
Insan Tzu Chi harus mulai memperhatikan perasaan semua makhluk. Insan Tzu Chi harus belajar tentang jalinan jodoh dari masa lampau. Insan Tzu Chi kembali menggali ke dalam ajaran Buddha, bagaimana harus melangkah dan berbuat. Insan Tzu Chi harus belajar, mencari, menuju serta mencapai tingkatan Bodhisatwa.
Tingkatan sukacita. Meski para relawan Tzu Chi hidup kekurangan, tidak berkelimpahan, tetapi mereka bahagia, mereka memiliki kekayaan batin. Demikian juga, ketika insan Tzu Chi terjun di tengah masyarakat, kita menggunakan kebijaksanaan, kekuatan batin, mendengar lebih banyak, menggunakan mata dewa, dan juga membabarkan Dhamma, apakah semua makhluk berbahagia, apakah mereka berubah menjadi lebih baik dan meningkat? Apakah mereka mengerti dan dapat menerimanya? Sudahkah kita membantu mereka mendapatkan kebahagiaan batin, kebahagiaan di tengah belenggu?
Tingkatan bebas dari kekotoran batin. Apakah mereka perlahan berubah setelah kita bantu, perlahan membaik? Sudahkah mereka belajar mempraktik nyata dan tersadarkan, perlahan meninggalkan kotoran dan mengubah diri?
Tingkatan cahaya cemerlang. Kita membantu semua makhluk, kita terjun ke masyarakat, apakah kita membuat mereka berkesempatan untuk bersinar. Adakah kesempatan bagi mereka untuk turut bersumbangsih, mendapatkan sesuatu dari yang telah mereka pelajari, menggunakan pengetahuannya untuk mendapatkan manfaat lebih besar.
Insan Tzu Chi harus mulai memperhatikan perasaan semua makhluk, dengan cara belajar, mencari, menuju serta mencapai tingkatan Boddhisatwa.
Tingkatan tak tergoyahkan. Dalam mendampingi semua makhluk, pasti ada kesulitan yang berwujud ataupun tak berwujud. Akankah insan Tzu Chi mendampingi mereka melewati kesulitan dan tantangan tersebut hingga dapat menuju ke tantangan berikutnya. Hati dan tekad tak boleh goyah.
Tingkatan awan Dhamma. Kita memasuki awan untuk mendengarkan kisah-kisah praktik Dhamm dari seluruh dunia. Adakah kita membuat para Boddhisattva semakin dekat dan senantiasa bersama dengan Master Cheng Yen.
“Kita bukan hanya harus berpikir apa yang harus dilakukan, tetapi juga perlu melihat apakah semua makhluk merasakan kebahagiaan. Kita membimbing semua orang untuk dapat bersukacita, bersumbangsih, giat mendengar Dhamma, dan tidak pernah mundur. Kita membuat mereka dapat mengembangkan potensi, dapat bertekad dan berikrar, dan makin dekat dengan Master Cheng Yen dari kehidupan ke kehidupan.” kata Joe Huang.
Master Cheng Yen mengajari insan Tzu Chi harus bersabar dan bertahan. “Insan Tzu Chi dapat meneladani lima siswa utama Buddha, lima tingkatan Boddhisatwa, dan bersabar dalam hati maka kita akan menjadi Boddhisattva bagi semua makhluk, kita akan mencapai samadhi segala rupa, dan Dharani memahami bahasa semua makhluk.” kata Joe Huang mengajak semua insan Tzu Chi segera menyerap Dhamma, bertobat saat menegadah dan bersyukur saat menunduk.
Buddha menunjukkan arah kepada kita, Bodhisatwa membimbing kita berjalan. Joe Huang menjelaskan bahwa bila insan Tzu Chi berjalan di jalan yang telah dibukakan Master Cheng Yen kepada kita, “Membimbing semua makhluk, inilah cara insan Tzu Chi membalas budi kepada Master Cheng Yen, bersyukur telah menghubungkan hati kita semua di seluruh dunia. Hati Buddha dan tekad Guru harus kita simpan di dalam hati. Cara terbaik adalah mempraktikkannya. Inilah persembahan terbesar Tzu Chi,” tutup Huang Si Hao.
Perumpamaan Ananda adalah Insan Tzu Chi
Pada pelatihan ini, Wen Yue Chia mengajak 764 peserta pelatihan, melihat Ananda, salah satu siswa utama Buddha, juga pendamping pribadi Sang Buddha, melakukan pelanggaran duskrta, pelanggaran sila yang halus, bahwa insan Tzu Chi sama dengan Ananda memiliki banyak noda batin.
Pada pelatihan Komite dan Cakom yang berlangsung selama 12-13 Maret 2022 melalui daring zoom, Wen Yue Chia mengajak 764 peserta pelatihan, melihat Ananda, salah satu siswa utama Buddha, juga pendamping pribadi Sang Buddha, melakukan pelanggaran duskrta, pelanggaran sila yang halus.
“Apakah kita yang mendengarkan Dhamma Master Cheng Yen ada merasa bahwa kita sama dengan Ananda. Kita lebih banyak lagi noda batin. Kita tidak hanya mendengarkan cerita Ananda, tetapi kita adalah Ananda. Kita juga perlu menghapus noda batin. Ajaran ini dan ajaran lainnya. Master Cheng Yen tujukan kita, untuk membantu kita mencapai kesadaran,” jelas Wen Yue Chia, relawan Komite Tzu Chi Indonesia.
Pelanggaran duskrta pertama, saat Buddha mengalami dahaga, Ananda tidak dapat mempersembahkan air kepada-Nya. Master Cheng Yen mengharapkan insan Tzu Chi menjadi Boddhisattva. “Apakah kita telah melaksanakannya dengan baik?” tanya Chia Wen Yue.
Setiap hari, Master Cheng Yen selalu menyerukan, “Insan Tzu Chi harus menjadi seorang vegetarian. Jangan sakiti makhluk lain. Jangan merusak bumi. Bukankah sama seperti Ananda, banyak alasannya. Namun bila kita dapat berpikir sejenak, menenangkan batin sejenak, tidak ada alasan bagi insan Tzu Chi untuk tidak bisa bervegetaris.” jelas Chia Wen Yue, bahwa insan Tzu Chi masih haus akan Dhamma.
Niat pertama bergabung dengan Tzu Chi, setiap insan Tzu Chi ingin menjadi seorang manusia yang lebih baik, manusia yang berguna, dapat berkontribusi bagi masyarakat. Untuk meredakan kehausan ini, kita perlu air. “Air disini adalah Dhamma. Kita perlu bimbingan Master Cheng Yen, Guru Kita,” imbuhnya lebih lanjut.
Wen Yue, Chia percaya bahwa di Tzu Chi, semua relawan Tzu Chi, pasti banyak berubah, bedanya ada yang berubah sedikit, ada yang berubah banyak. Ini disebabkan adanya noda batin yang melekat dalam diri kita. “Seperti noda batin yang mengganggu kita sendiri. Saya salut kepada relawan Tzu Chi, yang setiap hari setiap pagi mengikuti xun fa xiang, minimum mewakili tekadnya. Saya sendiri tidak sanggup, banyak noda batin yang menggoda. Bisa setiap hari xun fa xiang, luar biasa. Tetapi, hendaknya haruslah dicerna. Bila tidak, akan lewat begitu saja, tetap tidak tahu makna sebenarnya,” jelas Chia Wen Yue.
Dalam suatu kegiatan Tzu Chi, Master Cheng Yen mengharapkan insan Tzu Chi memberikan bantuan lebih daripada melewatkan kesempatan.
Mempelajari Dhamma adalah suatu praktik renungan yang memerlukan pikiran yang hening. Seandainya kita mengaduk-adukkan pikiran kita dengan banyak aktivitas, kita tidak memiliki ilmu untuk ketenangan maka aktivitas tersebut tidak akan meredakan pikiran kita. Aktivitas yang akan datang, aktivitas yang sedang berjalan, dan aktivitas yang sudah selesai, akan menguasai pikiran kita setiap hari.
Kapan kita akan tenteram …? Kita tidak ada ketenangan. Tanpa ketenangan, kita tidak akan ada konsentrasi. Dhamma yang kita terima akan sangat dangkal, hanya lapisan permukaan saja. Tidak akan ada kesadaran dari dalam. Tanpa kesadaran tidak akan ada realisasi, tidak akan ada pencerahan.
Pelanggaran duskrta kedua, Ananda menginjak jubah sanghiti Buddha. Jubah Sang Buddha melambangkan ajaran Buddha. Sama seperti insan Tzu Chi membeli buku-buku Master Cheng Yen, kita hanya menyusunnya dengan rapi di lemari. Seperti jubah, kita hanya menggantungkannya dengan rapi. Walaupun kita baca, kita baca tanpa pengertian, tanpa membaca makna yang sesungguhnya, tentu juga tanpa realisasi, sama artinya tanpa sengaja kita menginjaknya.
Ada delapan angin yang berembus, yang berasal dari dalam diri insan manusia sendiri. Adalah pujian, celaan, nama baik, pencemaran, keberuntungan, ketidakberuntungan, kepahitan (duka) dan kesenangan (suka). Hanya satu kata atau satu ekspresi, akan mempengaruhi perasaan (jiwa raga) dan pikiran kita. Itu sebabnya kita harus mengendalikan delapan angin agar tidak mampu menggoyahkan batin kita.
Dengan melepas angin tersebut, maka akan memperoleh kedamaian tanpa beban. Adalah harus menghormati Dhamma, mendalami Dhamma, kita berjalan di Jalan Bodhisatwa, saling memberi semangat, saling menjadi teman bajik.
Pelanggaran duskrta ketiga, saat Buddha mengatakan bahwa waktunya untuk mengajar sudah habis dan hendak parinibbana, Ananda tidak memohon Buddha untuk tinggal. “Dhamma Buddha dapat berlanjut selamanya, bukanlah Sang Buddha ada di dunia, tetapi apakah kita, murid Sang Buddha sepenuh hati, rajin mempelajari Dhamma, dan membuat perubahan bagi diri sendiri, serta memberi pengaruh baik terhadap orang sekitar. Spirit Buddha, ajaran Sang Buddha bisa berlanjut atau tidak, ada di kita,” jelas Wen Yue Chia.
Setiap insan Tzu Chi hendaknya mendengarkan suara hati orang lain dalam berkegiatan Tzu Chi.
Pelanggaran duskrta keempat, Buddha tidak mengizinkan perempuan memasuki Sangha, tetapi Ananda malah mewakili Mahaprajapati Gautami untuk memohon kepada Buddha agar mengizinkan adanya biskuni didalam Sangha. Inti dari pelanggaran duskrta ini adalah karena perempuan diizinkan memasuki Sangha, usia Dhamma yang murni berkurang 500 tahun.
Kehidupan (manusia) tidak kekal, kita harus mendalami Dhamma, harus mempraktikkannya. “Hendaknya kita tekun belajar untuk menjadi orang yang tercerahkan. Kita harus menjalankan Sila Buddha yang diajakan. Bagaimanapun kondisi luar, tidak akan menggoyahkan batin kita,” imbuh Wen Yue, Chia.
Pada pelanggaran ini, Chia Wen Yue menjelaskan bahwa Tzu Chi adalah tempat pelatihan diri. Insan Tzu Chi hendaknya saling menghormati, saling menghargai, saling menyayangi sebagai saudara se-Dhamma. Dalam hati tidak ada sila, berarti tidak ada Dhamma. “Kita harus menjunjung tinggi Dhamma dan menjaga Sila dengan ketat dan mengembangkannya, sehingga akan meningkatkan kualitas dan karakter kita sebagai manusia.” ucap Wen Yue Chia
Dhamma Buddha yang diajarkan Master Cheng Yen, setiap insan Tzu Chi harus mempunyai hati yang welas asih seluas laut samudera. “Master Cheng Yen selalu hadir ke rumah kita, membabarkan Dhamma, membimbingkan kita, menyelesaikan masalah kita, membantu memutuskan noda batin kita, hingga kita mendapat pencerahan. Seperti layaknya guru membimbing masuk pintu Dhamma, pelatihan diri bergantung pada masing-masing murid.” tutup Wen Yue Chia mengharapkan semua insan Tzu Chi giat dan tekun mendengarkan Dhamma yang dibabarkan Master Cheng Yen, sebagai wujud balas budi atas budi luhur Buddha dan Master Cheng Yen, supaya insan Tzu Chi seperti Ananda mendapat pencerahan dalam kehidupan.
Praktik dalam Kehidupan Sekarang
Sylvia Chuwardi (50) bersyukur dengan adanya teknologi cangih di masa pandemi ini membuat kondisi dan sebab menjadi matang.
Liong Pik Ing (50) mengajak insan Tzu Chi lain bersatu hati menggarap ladang berkah untuk mewujudkan Impian Master Cheng Yen.
Sylvia Chuwardi (50), relawan Komite Tzu Chi asal Medan, Sumatera Utara bersyukur dengan adanya technologi cangih di masa pandemi ini membuat kondisi dan sebab menjadi matang, sehingga kita dapat mendengar, merenungkan dan merealisasikan dalam tindakan nyata. “Mengubah kerisauan menjadi Kebuddhaan,” kata Sylvia Chuwardi.
“Kita insan Tzu Chi bersatu hati menggarap ladang berkah untuk mewujudkan impian Master Cheng Yen,” kata Liong Pik Ing, Ketua Huai Titikuning yang mengikuti pelatihan kali ini.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Pelatihan Relawan Biru Putih: Kembali ke Tekad Awal
12 Oktober 2015 Chia Wen Yu menceritakan pengalamannya menjadi relawan Tzu Chi awal di indonesia saat hari ketiga Kamp Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih pada Minggu, 11 Oktober 2015. Dia membagikan satu kunci utama bertahan menjadi relawan Tzu Chi: kembali ke tekad awal.Mengasah Kepekaan Rasa
12 Desember 2017Bagi Ari Sobri,
bekerja di DAAI TV merupakan hal yang spesial, “karena bisa
melatih jiwa kerelawanan dan kemanusiaan. Jadi nggak hanya bekerja, kami juga bisa dengan mudah berkegiatan sosial
melalui Tzu Chi,” ucapnya yang telah bergabung di DAAI TV sejak 2005 lalu. Selain dirinya, ada 57 staf DAAI TV Indonesia yang ikut dalam
Pelatihan Relawan Abu Putih pertama bersama relawan komunitas He Qi Utara 1, Minggu, 10 Desember 2017
lalu.
Menjadi Seorang Relawan dengan Hati yang Nyaman dan Bahagia
10 Maret 2023Pelatihan Relawan Abu Putih di Kantor Tzu Chi Medan mengangkat tema “Hidup berdampingan dengan bumi.” Pelatihan ini diikuti oleh 91 peserta pelatihan.