Tumpuan dan Harapan Inah

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Dok. He Qi Barat 2


Untuk bertahan hidup, Inah membantu menyetrika baju dari usaha binatu saudaranya, dengan ini ia diberikan imbalan makan siang dan makan malam.

Tak banyak yang bisa dilakukan Inah (54), warga Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat selama sebelas tahun ini. Inah mengalami stroke yang menyebabkan kakinya lumpuh.

Inah tinggal sendiri di rumah papan yang sempit, tak sampai 3x3 meter. Sesekali kedua anaknya yang tinggal jauh datang menjenguk. Ketika hujan deras, air menggenangi rumahnya. Kasur yang hampir seharian ia duduki dan berbaring pun terendam beberapa senti.

“Kalau hujan ya banjir. Basah semua kasur juga. Sebelumnya juga dikasih kasur dari Tzu Chi,” ujarnya. 

Tak ada kamar mandi di rumah Inah. Untuk keperluan MCK ia menumpang di rumah saudaranya yang bersebelahan rumahnya, dengan cara mengesot.

Sementara untuk kebutuhan sehari-hari, Inah mengandalkan bantuan dari Tzu Chi yang sudah lima tahun ini membantu, berupa biaya hidup dan diapers setiap bulan. 

“Saya dapat dari Tzu Chi, jadi uang saya irit-irit saja. Anak-anak saya sama susahnya. Satu tinggal di Sukabumi (Jawa Barat), satu di Jelambar (Jakarta Barat),” katanya.

Sebelum pandemi Covid-19 mewabah, Inah kadang membantu saudaranya yang memiliki usaha binatu (laundry) dengan menyetrika. Itu pun tak diberi target, semampu Inah saja. Dari situ Inah diberikan imbalan berupa makan siang dan makan malam

“Saya kerjakan di kasur. Kakak saya yang mengantarkan dan dia yang ambil. Tapi di masa pandemi ini jarang,” jelasnya.

.

Dalam kunjungan kali ini relawan Tzu Chi membawakan sembako untuk Bu Inah.

Tiba-tiba Tak Bisa Bergerak

Di satu pagi, Inah terbangun dalam kondisi lemas tak bisa bergerak. Kedua anaknya waktu itu masih duduk di bangku SMP. Karena tak ada uang, Inah pun tak berobat hingga dua tahun lamanya. Para tetangga kemudian membawanya ke Rumah Sakit Tarakan dengan menggunakan fasilitas Kartu Jakarta Sehat. Inah dirawat selama tujuh bulan di sana.

Dalam perawatan selama tujuh bulan tersebut, Inah juga menjalani operasi tumor di tengkuk. Ia juga menjalani operasi panggul yang berlubang akibat pemakaian diapers yang kurang tepat. Selain itu dokter juga melakukan tindakan untuk kakinya, yaitu di-gip. Untuk stroke sebenarnya Inah belum sembuh benar, namun sudah bisa bergerak hanya tak bisa berjalan.


Suryani Setiawan bersama Sia Ling berharap Bu Inah membaik kondisi kakinya supaya bisa berjalan dan hidup lebih baik.

Pada Desember 2015, Ricca, anak perempuannya yang saat itu bekerja di bengkel mengajukan bantuan untuk ibunya ke Tzu Chi. Ricca tahu tentang Tzu Chi dari teman kerjanya. Tak lama relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 kemudian menyurvei kondisi rumahnya dan kemudian menyetujui permohonan bantuan tersebut.

“Sejak ada bantuan, Alhamdulillah saya bisa pakai pampers (diapers) setiap hari. Dulu beli pampers juga nggak kebeli sama anak saya. Saya berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena sudah dibantu selama ini,” ujarnya.

Ingin Dibantu Sampai Nanti

Inah memang tak bisa mengandalkan anak ataupun kerabatnya karena hampir semuanya hidup pas-pasan.

“Makanya saya bilang sama Pak Hendra (Ketua Misi Amal di komunitas He Qi Barat 2), “Pak kalau bisa, bantuan saya jangan di-stop ya sampai saya meninggal. Soalnya saya susah, bingung, beli pampersnya, anak saya juga pada nggak kerja,” tuturnya.

Tak hanya membantu berupa biaya hidup dan diapers, relawan Tzu Chi juga mengupayakan beberapa hal seperti membuatkan papan luncur agar ia tak mengesot lagi.

“Kami sempat buatkan papan peluncur agar tak mengesot, tapi ternyata kekecilan, akhirnya kami berikan ke Bu Yati (penerima bantuan Tzu Chi lainnya). Kami anjurkan Bu Inah banyak gerak,” kata Suryani Setiawan, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 yang Kamis, 11 November 2020 kemarin datang menjenguknya.


Relawan saat menemani Inah terapi pada 2019.

Meski hidup dalam keterbatasan, Inah sangat tabah. Dalam hal ini Suryani Setiawan salut. Ia pun mendoakan kesembuhan Inah supaya dapat menjalani hidup lebih baik lagi.  

“Ibu Inah orangnya optimis, selalu kalau kami kunjungi banyak tertawa, tidak pernah mengeluh, dan tidak meminta ini itu. Ibu Inah sangat tabah, saya mendoakan Ibu Inah diberi keajaiban agar bisa berdiri, berjalan,” harapnya.

Satu lagi yang Suryani Setiawan salut, Inah berupaya untuk dapat berdonasi melalui Tzu Chi sebisanya.

“Kadang-kadang 10 ribu, kalau ada uang saja. Anak saya juga sering ingatkan itu.  Saya berterima kasih karena saya dibantu jadi saya tidak keteteran. Tadi kan saya keteter banget, susah sekali,” pungkasnya sambil tersenyum.

Editor: Arimami SA


Artikel Terkait

Tumpuan dan Harapan Inah

Tumpuan dan Harapan Inah

12 November 2020

Tak banyak yang bisa dilakukan Inah (54), warga Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat selama sebelas tahun ini. Inah mengalami stroke yang menyebabkan kakinya lumpuh. “Sejak ada bantuan, Alhamdulillah saya bisa pakai pampers (diapers) setiap hari. Dulu beli pampers juga nggak kebeli sama anak saya. Saya berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena sudah dibantu selama ini,” ujarnya.

Merasa Masih Ada yang Memperhatikan, Masih Ada Yang Peduli

Merasa Masih Ada yang Memperhatikan, Masih Ada Yang Peduli

09 Oktober 2019
Kasih (22) masih tak menyangka, di bedeng berukuran 3x6 meter yang ia tinggali bersama suami dan dua anaknya, ia dikunjungi rombongan dokter dari Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi. Ada Dokter Toto Suryana, Dokter Febriana Josephine, dua perawat, dan dua relawan pemerhati.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -