Turut Menjadi Pewaris Masa Depan Bumi
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : YuliatiChristopher Sean Gavriel mewakili mahasiswa yang tergabung dalam Bina Nusantara Mandarin Club (BNMC) memberikan donasi botol plastik kepada Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Tzu Chi Center PIK, Selasa 18 Juni 2019.
Tanpa rasa canggung, 23 mahasiswa Bina Nusantara University memilah botol-botol plastik. Mereka memisahkan antara tutup botol, label plastik, dan botolnya yang kemudian dipipihkan. Botol-botol plastik ini mereka kumpulkan di kegiatan Car Free Day di Monumen Nasional (Monas) dua hari lalu. Adapula hasil seminar di kampus mereka, satu orang membawa 3 botol plastik bekas sebagai biaya pendaftarannya.
“Waktu kemarin di CFD (Car Free Day) saat mengumpulkan sampah, minta sampah ke orang-orang yang lewat adalah pengalaman yang sulit dilupakan. Saya sendiri jadi sadar untuk peduli lingkungan. Terus hari ini pilah-pilah sampah jadi pengalaman berharga karena kita bisa tahu ternyata dari sampah bisa dibuat sesuatu yang berguna,” ungkap Deny Susanto, salah satu mahasiswa.
Bagi Deny, baik mengumpulkan sampah maupun memilah sesuai jenisnya merupakan pengalaman pertama. Tentu pada awal-awal menyentuh sampah-sampah ini muncul ketidaknyamanan. “Awal-awal jijik, tapi kita mikirnya ini untuk membantu orang lain, jadi pendorong bagi saya, yang merasa bersyukur bisa membantu orang lain. Dan kita bisa membuat bumi jadi lebih baik,” ujar mahasiswa semester 2 ini.
Sebanyak 23 mahasiswa Bina Nusantara Mandarin Club (BNMC) mendengarkan sharing tentang pelestarian lingkungan sebelum mereka praktik memilah barang-barang daur ulang.
Selain menyerahkan donasi, mereka langsung belajar memilah botol-botol
tersebut dengan penuh antusias.
Bersama-sama
Mengurangi Sampah Plastik
Hari itu, Selasa 18 Juni 2019 mahasiswa yang tergabung dalam Bina Nusantara Mandarin Club (BNMC) memberikan donasi botol plastik hasil yang mereka kumpulkan kepada Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Mereka pula yang kemudian langsung belajar memilah botol-botol tersebut dengan penuh antusias.
Para mahasiswa dengan semangat memilah sampah sesuai jenisnya. Relawan Tzu Chi terus mendampingi para mahasiswa ini.
Deny Susanto mempraktikkan cara mencuci tangan usai melakukan pemilahan sampah botol-botol plastik.
Tidak hanya memilah botol-botol plastik, para mahasiswa ini juga memilah sampah kertas dengan memisahkan kertas putih dan berwarna ataupun kertas yang masih ada kosong dengan yang sudah terpakai bolak-balik.
“Tzu Chi sudah banyak mengajarkan banyak hal tentang sampah. Ke depannya kami sangat perlu kegiatan seperti ini (pemilahan sampah) ada di kampus. Ini satu langkah kenapa kita harus ikut menjaga kelestarian lingkungan,” tukas Christopher.
Bagi Christopher, langkah sederhana yang dilakukan bersama teman-temannya ini bisa memberikan dampak yang sangat besar bagi generasi mendatang. Makanya ia terus mengajak dan mengedukasi para generasi muda sepertinya agar tidak membuang-buang waktu untuk menyelamatkan bumi dengan melakukan pemilahan sampah dan mengurangi penggunaan sampah plastik. “Bagi saya lebih baik kehilangan masa muda daripada kehilangan masa depan bumi ini sendiri,” tegasnya.
Begitu juga Deny, dari pengalaman pertamannya ini pula ia bertekad akan terus melakukan pemilahan sampah untuk melindungi bumi. “Pulang dari sini saya akan pilah sampah lagi karena di tempat tinggal saya sampahnya agak banyak. Jadi ilmu yang saya dapat di sini bisa saya terapkan juga di kehidupan sehari-hari,” terangnya.
Tidak hanya memilah botol-botol plastik, para mahasiswa ini juga memilah sampah kertas dengan sangat teliti.
Kegiatan pemilahan sampah berakhir, mahasiswa dan relawan mereka pun
berfoto bersama di depan Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, PIK,
Jakarta Utara.
Melihat antusias para mahasiswa Bina Nusantara University ini, relawan Tzu Chi Hudoyo Teguharja sangat mengapresiasi langkah sederhana mereka untuk menjaga kelestarian bumi. “Mereka sudah praktik ketika di CFD mengumpulkan sampah dengan pemikiran yang sama yakni menolong bumi. Dilanjutkan menjalin jodoh dengan kita, menjadi penyelamat bumi dengan misi dan pemikiran yang sama,” ujar Thomas, sapaan karibnya.
Relawan Komite Tzu Chi yang hari itu mendampingi para mahasiswa ini pun berharap melalui kegiatan pemilahan sampah ini akan ada kebiasaan baru dari para mahasiswa untuk ditularkan ke generasi berikutnya. “Mereka akan memberi contoh kepada sesama mahasiswa dan masyarakat bagaimana mereka memikirkan masa depan bumi dan mewariskannya ke generasi berikutnya,” kata Thomas berharap.
Editor: Hadi Pranoto