Tzu Chi Butuh Kita atau Kita Butuh Tzu Chi?

Jurnalis : Purwanto (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Yogie P, Melvin, Beverly (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)

Untuk mengawali sharing-nya Leo Shixiong memberikan sebuah pertanyaan sederhana “apakah perbedaan dari sepenuh hati dengan punya niat?”

Suatu jalinan jodoh baik terrajut bagi semua insan Tzu Chi di Kota Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau pada hari Jumat, 15 Agustus 2014. Hal ini disebabkan oleh kedatangan Leo Samuel Salim Shixiong dan Uman Shixiong untuk berbagi pengalaman dengan insan Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun. Sebelumnya, baik Leo Shixiong maupun Uman Shixiong sudah pernah bertemu dengan beberapa relawan dari Tanjung Balai Karimun dalam beberapa kegiatan Tzu Chi di Indonesia, karena jalinan jodoh baik yang mendukung. Kedua Shixiong yang berasal dari Medan, Sumatera Utara ini dapat berbagi pengalaman yang dimiliki di Tanjung Balai Karimun.

Acara sharing yang dihadiri oleh 58 relawan ini dimulai pada pukul 07.20 WIB. Rasa ingin tahu mengenai topik yang akan disampaikan membuat beberapa insan Tzu Chi antusias. Leo Shixiong memulai dengan memberikan pertanyaan yang sederhana yang mengusik. “Apakah perbedaan dari sepenuh hati dengan punya niat?” tanya Leo Shixiong sambil menyodorkan pengeras suara kepada kelompok relawan Tzu Chi di baris depan.

“Menurut kelompok kami kalau punya niat itu belum tentu dilakukan dengan sepenuh hati. Niat belum tentu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Sedangkan sepenuh hati, sudah pasti dilaksanakan dengan kesungguhan tanpa adanya paksaan dari diri sendiri maupun orang lain,” jawab Dwi Shixiong. “Benar sekali apa yang dikatakan Dwi Shixiong. Saya harapkan kita ikut di Tzu Chi maupun melakukan kegiatan lain harus didasari sikap sepenuh hati. Bukan hanya ikut-ikutan tanpa didasari pengertian yang benar,” tegas Leo Shixiong.

Dwi Shixiong (kiri) memberikan argumennya tentang perbedaan sepenuh hati dan punya niat kepada Leo Shixiong dan para relawan.


Tidak hanya sekedar memberikan sharing, namun Leo Shixiong memberikan wawasan luas kepada relawan Tg.Balai Karimun melalui kisah-kisah nyata yang diceritakan.

Leo Shixiong menambahkan manakala kita mengikuti sebuah organisasi akan ada saatnya kita mengalami suatu kejenuhan dan kebosanan. Dia menambahkan jika muncul kejenuhan kita perlu istirahat untuk menenangkan pikiran dan batin kita. “Lalu, bagaimana istirahat yang benar?” tanya Leo Shixiong kembali. “Caranya ya ke kamar mandi. Eh… tidur,” jawab seorang Tzu Shao sambil tertawa.

“Terdapat seorang pengusaha yang sukses. Dia mempunyai banyak karyawan yang bekerja diperusahaan dia miliki. Tentunya banyak masalah-masalah yang timbul setiap harinya. Hal ini, membuat dia menjadi benar-benar jenuh dan bosan. Dia butuh hal yang berbeda. Lalu dia memutuskan untuk melakukan daur ulang di posko daur ulang Tzu Chi. Melalui kegiatan yang berbeda ini, dia merasa senang dan damai bisa ikut melestarikan lingkungan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa selain istirahat, melakukan kegiatan berbeda yang berguna juga bisa memberikan penyegaran pada pikiran kita,” jelas Leo Shixiong.

“Kita seharusnya butuh Tzu Chi, bukannya Tzu Chi butuh kita,” tambah Leo Shixiong. Menurutnya, Tzu Chi dapat dianggap sebuah ladang yang subur sedangkan para relawan adalah petani yang akan menanami ladang tersebut. Jika petani menanam dan merawat ladang dengan sungguh-sungguh, tentunya akan memberikan hasil yang baik bagi petani tersebut. Dan sebaliknya, jika petani menanami ladang dengan tidak sepenuh hati, ia pasti rugi sendiri karena hasilnya tidak seperti yang diharapkan. “Seseorang mengikuti Tzu Chi merupakan langkah baik untuk memperbaiki kualitas batin dan membina diri. Melalui pelatihan diri kita dapat melihat, meresapi, dan melaksanakan apa yang bisa dikerjakan,” tambah Leo Shixiong.

Para relawan Tg. Balai Karimun mengangkat tangan bersama sebagai tanda bahwa mereka setuju tentang pernyataan yang diungkapkan Leo Shixiong tentang Tzu Chi.

Di akhir acara, Leo Shixiong memotivasi seluruh insan Tzu Chi dengan kisah yang terjadi di panti jompo di daerah Jakarta Selatan. Leo Shixiong menceritakan bagaimana penghuni panti ini memiliki persediaan makanan yang melimpah di samping tempat tidur mereka. Hal itu disebabkan oleh banyaknya pengunjung yang memberikan makanan. Seiring berjalannya waktu, tertanam dalam diri mereka sifat egois dan jarang memberi. Hal ini berubah ketika relawan Tzu Chi berkunjung dan memberikan pemahaman kepada penghuni panti jompo.

Dengan perhatian dan cinta kasih perlahan-lahan dari para relawan Tzu Chi, akhirnya mereka bisa untuk berbagi kepada orang lain. Leo Shixiong menambahkan bahwa selain memberi dalam bentuk materi, para relawan juga harus bisa memberi dalam bentuk nasihat benar kepada orang lain. “Melalui nasihat yang benar, bisa merubah sifat kurang baik pada seseorang menjadi lebih baik,” tutupnya.


Artikel Terkait

Tzu Chi Butuh Kita atau Kita Butuh Tzu Chi?

Tzu Chi Butuh Kita atau Kita Butuh Tzu Chi?

21 Agustus 2014

Rasa ingin tahu mengenai topik yang akan disampaikan membuat beberapa insan Tzu Chi antusias. Leo Shixiong memulai dengan memberikan pertanyaan yang sederhana yang mengusik. “Apakah perbedaan dari sepenuh hati dengan punya niat?” tanya Leo Shixiong sambil menyodorkan pengeras suara kepada kelompok relawan Tzu Chi di baris depan.

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -