Tzu Chi dan Pemprov DKI Resmikan Rumah Susun Melalui Model Konsolidasi Tanah Vertikal Pertama di Indonesia

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Arimami Suryo A
Yayasan Buddha Tzu Chi bersama Pemrov DKI Jakarta melakukan peresmian Rumah Susun Barokah, Rabu, 3 Juni 2024, yang merupakan proyek Bebenah Rumah Tzu Chi di wilayah Palmerah, Jakarta Barat. Hadir di peresmian tersebut: PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Alen Saputra, jajaran Pemrov DKI, perwakilan pengusaha, serta relawan Tzu Chi dan warga penerima manfaat.

Kebahagiaan tengah menyelimuti delapan (8) Kepala Keluarga di RT 013/RW 008, Kel. Palmerah, Kec. Palmerah, Jakarta Barat, dimana mulai Rabu, 3 Juli 2024 mereka sudah bisa menempati rumah barunya selepas acara peresmian dilakukan.

Rumah baru warga Palmerah yang berbentuk rumah susun dan diberi nama Rumah Susun Barokah ini merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang mana ingin memaksimalkan potensi pembangunan di lahan minimal dengan program konsolidasi tanah vertikal yang pertama kali diimplementasikan di Indonesia. Program ini mendukung optimalisasi pemanfaatan lahan yang terbatas dengan membangun hunian secara vertikal, sehingga penataan kawasan dan pembangunan rumah di lingkungan padat penduduk dapat terlaksana dengan baik dan humanis.

Rumah Susun Barokah ini dirancang dengan konsep ramah lingkungan, terdiri dari 4 (empat) lantai dengan total 9 (sembilan) unit tipe 18 meter persegi, dimana lantai dasarnya difungsikan sebagai ruang interaksi bersama bagi masyarakat.

Mengurai Simpul Permasalahan Hunian Tak Layak di Lahan Padat Penduduk
Kepadatan penduduk di DKI Jakarta memang dapat menimbulkan berbagai permasalahan terutama akses terhadap hunian yang layak dan sehat dengan sanitasi serta sirkulasi udara yang baik dan memadai. Kondisi kesehatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kondisi tersebut terutama terkait dengan masalah stunting, penyakit pernafasan serta masalah sosial lainnya. Maka dari itu, pembangunan dengan model konsolidasi tanah vertikal ini menjadi salah satu solusi untuk mengurai simpul permasalahan pemenuhan hunian yang layak di lahan yang terbatas.

Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Alen Saputra memberikan sertifikat hak milik atas kepemilikan rumah kepada Ogin Akbar, salah satu penerima rumah susun.

PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono memberikan replika kunci sebagai salah satu tanda serah terima rumah susun yang kini bisa ditempati warga.

"Konsolidasi lahan ini sangat bermanfaat karena awalnya luas rumah warga terbatas hanya 5 meter persegi sampai 6 meter persegi, kini huniannya bisa lebih luas, 18 meter persegi," ujar PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang turut hadir meresmikan Rumah Susun Barokah.

"Konsolidasi Tanah Vertikal ini adalah yang pertama di Indonesia, sehingga (warga) tidak dipindah. Mereka komunitasnya di sini, masih bisa bertemu kiri kanan dengan tetangganya. Masih bisa bersekolah di sekolah dekat sini. Jadi bekerja juga tetap sehingga kelebihannya ya tidak perlu pindah lokasi. Berbeda dengan rumah susun biasa yang ketika pindah, (warga) perlu lokasi yang baru. Kalau di sini teman anak-anak ya teman lama, komunitas, RT/RW tidak berubah dan tidak berganti KTP," papar PJ Gubernur.


Hidup Jadi Lebih Baik
Hal ini tentu disambut sangat gembira oleh para penerima manfaat, salah satunya Kartiwo dan Agustini, istrinya. Ia dan keluarganya yang lahir dan besar di wilayah Palmerah, hingga kini mencari penghidupan di pusat kota ini tentu sama sekali tidak ingin meninggalkan Palmerah. Tak pernah terpikir pula untuk menjual tanah warisan dari orang tuanya.

Melanjutkan acara peresmian, relawan Tzu Chi bersama warga melakukan syukuran dengan pemotongan tumpeng atas diresmikannya Rumah Susun Barokah. Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan potongan tumpeng kepada Kartiwo, salah satu penerima manfaat.

Relawan mengucapkan selamat kepada Murpiah atas rumah baru yang siap ia tempati. Sementara itu Ogin Akbar memamerkan sertifikat rumah barunya.

Alhamdulilah ada aja caranya bangun rumah sempit begini. Rumah kita dulunya pan sempit, banyak tikus, gelap, rembes terus kalau musim hujan. Lihat atuh Neng, sekarang udah kayak gedongan. Dari jalan depan sana langsung kelihatan rumah kita pan,” kata Agustini sumringah. “Kita beneran seneng nggak bisa ngomong yang laen. Kita dibantu, kita juga nggak usah pindah. Pokoknya kita dienakin semua. Masyaallah, terima kasih banyak,” imbuhnya.

Senada dengan Agustini, Kartiwo juga tak bisa banyak berkata manis. Ia bahkan sempat kaget dengan perwujudan rumah barunya. “Keluarga saya nangis, karena kalau lihat betonnya, harga satunya saja sama kayak rumah saya sebelumnya. Temboknya kokoh sekali, surat-surat pun sudah jelas,” katanya antusias.

Ternyata betul kata Almarhum Ibu Agustini. Dulu sebelum meninggal almarhum ibunya sempat berpesan kepada anak-anaknya, “Abang, Eneng, jangan jual rumah ye, Insyaallah rumah ini nanti bakal jadi surga buat elu pada,” ucap Agustini, “ternyata ucapan Emak kobul. Kami rasanya kayak dikasih surga sama Buddha Tzu Chi.”

Aksi Bersama Bantu Sesama
Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun amat senang karena bisa membangun model baru perumahan yang terwujud di lahan super sempit. Ia menuturkan model rumah susun ini sangat cocok untuk membantu warga dengan keterbatasan lahan.

"Saya rasa banyak yang perlu dibantu ya. Ini baru sekali dan sukses. (Rumah Susun Barokah) ini bisa menjadi contoh," ucapnya sukacita, "kita ajak lagi nanti lebih banyak pengusaha, semoga mau bergabung berjalan bersama Tzu Chi untuk lebih banyak membantu lebih banyak lagi.”

Sementara Hong Tjhin, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia merasa bersyukur Tzu Chi bisa melaksanakan program Bebenah Kampung di wilayah Palmerah ini. “Rumah Susun ini diberi nama ‘Barokah’. Kami berharap Rusun Barokah ini dapat menjadi berkah yang mendatangkan kebaikan bagi keluarga serta masyarakat di daerah Palmerah.”

Agustini berterima kasih kepada relawan. Ia menyalami satu per satu relawan yang hadir pada acara syukuran. Tak ada habisnya rasa syukur yang ia ucapkan karena telah membantu keluarganya mewujudkan mimpi punya rumah yang nyaman.

Rumah Susun Barokah ini dirancang dengan konsep ramah lingkungan, terdiri dari 4 (empat) lantai dengan total 9 (sembilan) unit tipe 18 meter persegi, dimana lantai dasarnya difungsikan sebagai ruang interaksi bersama bagi masyarakat. Rumah Susun Barokah dibangun dengan program konsolidasi tanah vertikal yang pertama kali diimplementasikan di Indonesia.

Program Bebenah Kampung Tzu Chi telah dimulai sejak tahun 2006 dan telah membangun total 650 unit rumah di beberapa daerah di DKI Jakarta seperti Dadap, Pademangan, Cilincing, Kamal Muara, Menteng, dan Palmerah. Ini menjadi komitmen Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Program Bebenah Kampung untuk melakukan upaya pembangunan dan perbaikan rumah tidak layak huni di berbagai titik prioritas di wilayah DKI Jakarta.

Hingga saat ini, Tzu Chi Indonesia telah membangun 1.433 unit rumah layak huni di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Bandung, Surakarta, Medan, Batam, dan kota-kota lainnya di Indonesia.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Tzu Chi dan Pemprov DKI Resmikan Rumah Susun Melalui Model Konsolidasi Tanah Vertikal Pertama di Indonesia

Tzu Chi dan Pemprov DKI Resmikan Rumah Susun Melalui Model Konsolidasi Tanah Vertikal Pertama di Indonesia

04 Juli 2024
Rumah Susun Barokah, nama Rusun yang dibangun Tzu Chi bersama Pemprov DKI Jakarta di Palmerah. Sebanyak 8 keluarga kini bisa menempati rumah setelah diresmikan pada Rabu, 3 Juli 2024.
Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

12 Oktober 2023

Program Bebenah Kampung kerja sama antara Tzu Chi Indonesia dengan Pemprov DKI Jakarta di Palmerah, Jakarta Barat dimulai hari ini (12/10/2023). Kegiatan diawali dengan pembongkaran 2 rumah yang akan dibangun.

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -