Relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia sedang melihat pembangunan bak penampungan air di Kampung Warung Loa yang sudah 95% selesai. Bak penampungan ini berukuran lebar 3 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1.7 meter dengan kapasitas tampung 10 Kubik.
Relawan Tim Tanggap darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia bersama relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor dan prajurit TNI AD dari PalKostrad (Peralatan Kostrad) menjalankan program “TNI Manunggal Air” untuk masyarakat Kampung Warung Loa, Kelurahan Tamansari, Bogor yang sangat sulit air bersih karena wilayah pemukiman secara geografis berada di kaki Gunung Salak, Tamansari, Bogor.
Sebelumnya, Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia bersama relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor juga telah melakukan survei ke lokasi sumber mata air di wilayah Kp. Warung Loa, RT 03/09, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Bogor pada 1 November 2022 lalu.
Kampung Warung Loa berada di kaki Gunung Salak dengan jarak kurang 18 km dari Kota Bogor. Jumlah warga Kampung Warung Loa di RT 03/09 sekitar 400 keluarga dengan total jumlah warga 1.100 jiwa. Warga kampung ini rata-rata juga bekerja dengan berkebun dan buruh bangunan.
Pada bulan November 2022, Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia mensurvei langsung bak penampungan yang hanya berukuran 1 x 2 meter dan berada bawah pos Ajisaka Gunung Salak.
Bantuan Pengadaan air bersih ini berkat sinergi antara Kostrad dan relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk membantu warga di Kelurahan Tamansari yang jika musim kemarau sulit mendapatkan air karena mengandalkan sumber mata air dari Gunung Salak.
Amah (39) warga Kampung Warung Loa mengatakan bahwa air dari mata air Gunung Salak jernih, tidak berbau, dan layak untuk di minum. Jika masuk musim kemarau debit air mengecil, apalagi jika kemarau panjang, Amah terpaksa harus membeli air minum secara swadaya warga 50 ribu per keluarga.
“Kalau kemarau, capek. Kita gak ada air, terpaksa kita beli patungan sama adik-adik saya yang lain. Jadi, 150 ribu itu kita bagi lima untuk pemakaian air dua hari,” ungkap Amah. Ia pun berharap jika kemarau panjang warga Kampung Warung Loa ada yang memberikan bantuan air bersih dengan menggunakan mobil tangki. “Air bagi sayakan pokok utama,” tambahnya.
Selang-selang berukuran jari telunjuk orang dewasa terpasang mengaliri ke rumah-rumah warga dari bak-bak penampungan kecil di sudut-sudur perkampungan rumah warga. Air bersih ini mengalir dari bak penampungan utama yang berada di pos Ajisaka.
Amah mengungkapkan bahwa air sangat bagi keluarganya karena anak pertama Amah Aril (21) menderita kelainan saraf akibat pada umur dua tahun mengalami panas tinggi (step). “Saya punya anak sudah dewasa tetapi gak bisa urus diri sendiri karena penyakitnya jadi sering BAB di celana, kencing di celana, kalau gak ada air susah saya..., gimana?,” keluh Amah. Mewakili seluruh warga Kampung Warung Loa, Amah berharap ada solusi untuk pengadaan air bersih di Kampung Warung Loa jika musim kemarau tiba.
Ujang Rahim, Ketua RT 03 mengatakan warga Kampung Warung Loa jika musim hujan kebutuhan air sangat cukup namun jika kemarau panjang sangat sulit air. Ia juga menjelaskan mengatakan setiap keluarga Kampung Warung Loa membutuhkan air bersih sekitar 100 liter air per hari untuk cuci, mandi, dan minum.
“Saya perkirakan sekitar 100 literan warga butuh air untuk mandi, minum, dan cuci baju” ujar Ujang. Jika masuk musim kemarau warga terpaksa harus hemat air karena pembagian air dari mata air Gunung Salak diatur dan volumme airnya sangat kecil bahkan ada warga yang sering tidak mendapatkan air.
Ujang Rahim, Ketua RT 03 (kiri) memperlihatkan bak-bak penampungan warga di Kampung Warung Loa RW 09 yang dihuni 400 keluarga dengan total 1.100 jiwa.
Ujang mengatakan jika sumber mata air benar-benar kecil dan air tidak dapat memenuhi kebutuhan warga seluruhnya. Bahkan ada yang mendonasikan air dalam bentuk mobil tangki air berkapasitas 8 ribu liter.
“Ada yang sumbang entah dari yayasan atau warga swadaya beli air per tangki dengan kapasitas 8 ribu liter itu seharga 350 ribu. Dan masing-masing warga biasanya membawa dua tempat air berukuran 25 liter. Masing-masing warga mendapatkan sekitar 50 liter,”ungkap Ujang.
Sumber mata air warga Kampung Warung Loa berada di puncak Gunung Salak. Dari sumber mata air ini, kemudian air dialirkan ke penampungan yang berukuran 2 X 1 meter dengan kedalaman 1 meter yang berada di Ajisaka tepatnya di kaki Gunung Salak.
Tempat penampungan air Ajisaka ini air selanjutya dialirkan dengan pipa-pipa dengan sistem gravitasi ke pemukiman warga yang berjarak sekitar 300 meter dari bak penampungan Ajisaka.
Pembangunan Bak Penampungan
Tempat penampungan air di Ajisaka inilah yang saat ini telah selesai di perbesar bak penampungannya oleh TNI AD dan Tzu Chi Indonesia dengan ukuran lebar 3 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1.7 meter dengan kapasitas tampung air 10 kubik. Bangunan bak penampungan ini posisinya lebih tinggi dari bak penampungan yang lama, di ketinggian 1.045 Mdpl (Meter di atas permukaan laut). Kapasitas penampungan air ini diperbesar untuk antisipasi jika musim kemarau tiba kebutuhan air bagi warga Kampung Warung Loa dapat terpenuhi.
Tjiu Bun Fu bersama relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia menyarankan supaya bangunan bak penampungan ini bisa bertahan hingga 100 tahun kedepan. Menurutnya penampungan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga bangunannya harus kuat.
Kemudian pada 31 Mei 2023, relawan Tim Tanggap darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia bersama relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor dan prajurit TNI AD kembali berkunjung ke Kampung Warung Loa tepatnya di pos pendakian Gunung Salak Ajisaka, Bogor. Delapan orang relawan Tzu Chi melihat pembangunan bak penampungan yang sudah hampir 90 persen rampung.
Relawan TTD Tzu Chi Indonesia, Tjiu Bun Fu berharap bak penampungan yang di bangun oleh TNI AD bersama relawan Tzu Chi ini dapat bermanfaat oleh warga dan bangunan bak penampungan ini bisa tahan hingga 50 tahun atau sampai 100 tahun ke depan.
“Kita mau bangun bak penampungan ini yang kuat sampai 100 tahun. Jadi kita maksimalkan banguanan ini supaya kuat, jangan baru 5 tahun atapnya pada bocor, kasihan warga nanti airnya gak bersih karena masuk kotoran,” ucap Bun Fu.
Relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia sempat menyusuri pipa dari bak penampungan hingga di ketinggian 1045 Mdpl untuk memastikan bahwa pipa air sudah terpasang dengan baik.
Relawan Tim Tanggap darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia berkesempatan menyusuri pipa selang di atas bangunan bak penampungan sekitar 30 menit perjalanan. Namun mereka tidak bisa ke sumber mata air karena medan perjalanan yang terjal dan membutuhkan waktu enam hingga tujuh jam perjalanan.
Anggota TNI AD Sersan Dua (Serda) Munawar mendampingi para relawan Tzu Chi untuk melihat langsung pembangunan bak penampungan dan sedikit ke atas untuk menyusuri pipa air yang sudah terpasang. “Kalau bak penampungan sudah selesai tinggal kita aliri saja dari sumber mata air di atas melalui pipa yang sudah kita siapkan di atas sana,” ucap Serda Munawar.
Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia, Joe Riadi juga turut hadir melihat langsung pembangunan bak penampungan air bersih di Ajisaka ini. “Kita membantu masyarakat sini supaya pada musim kemarau mereka tetap dapat air bersih. Selama ini jika musim kemarau mereka airnya dijatahiin karena dari sumber mata airnya debitnya kecil, kalau yang ini kita ambil dari sumber mata air yang gak habis terus airnya,” ujar Joe Riadi.
Joe Riadi juga berharap pembangunan bak penampungan ini bisa mencukupi kebutuhan air bersih warga Kampung Warung Loa pada musim kemarau tiba.
Editor: Arimami Suryo A.