Tzu Chi Entrepreneur Conference: Kesungguhan Hati dalam Melayani

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Arimami SA, Yusniaty (He Qi Utara 1)


Konsep penyajian makan siang mengadopsi penyajian ala restoran. Relawan Komite Tzu Chi sepenuh hati membawakan Leng Pan yang menjadi menu utama makan siang menuju meja peserta Tzu Chi Entrepreneur Conference.

“Kali ini kita (tim konsumsi) menyediakan 8 menu, kalau (kegiatan Tzu Chi) biasanya kita siapkan 4 menu sayur dan 1 kuah,” ujar Lynda Suparto, Koordinator Tim Konsumsi Tzu Chi Entrepreneur Conference.

“Kita mencoba untuk mempersiapkan semuanya menu vegan, ini hari kita ditantang untuk tidak menggunakan bawang-bawangan, tidak menggunakan unsur hewani seperti telur atau susu,” sambung Cindy Lie usai mengaduk menu jamur kuping hitam.

Untuk menyiapkan sekian banyak menu makan siang, para relawan konsumsi dari semua wilayah (He Qi) kali ini bersatu hati bersama-sama menyiapkan yang terbaik.

“Jadi ini suatu kekompakan, terobosan baru dan kita dituntut untuk mengeluarkan menu-menu vegan yang sehat. Kita juga dituntut bagaimana penampilannya supaya menarik karena ini (kegiatan) pengusaha, jadi kita semangat untuk mempersembahkan yang terbaik,” tutur Cindy, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 ini.

Tak heran jika sejak pagi dapur relawan yang berlokasi di basement Aula Jing Si sudah dipenuhi dengan ratusan relawan Tzu Chi yang sibuk dengan tugas masing-masing. Ada yang memotong buah, memasak, ada pula yang menata makanan untuk para peserta Tzu Chi Entrepreneur Conference pertama kali (29/7/2018).

Memberikan yang Terbaik


Lynda Suparto (kiri) memastikan setiap menu yang disajikan. Terdapat delapan menu makan siang yang akan disuguhkan.

Tidak hanya menu makan siang yang berbeda dengan kegiatan-kegiatan Tzu Chi yang pernah diadakan, namun konsep penyajiannya pun berbeda seperti biasanya. Maka relawan tim konsumsi sudah menyaipkannya jauh-jauh hari.

“Sebelumnya sudah ada meeting kita bagi-bagi tugas. Seminggu sebelumnya juga sudah kita list down bahan apa saja yang kita pakai, menu sudah kita tentukan dulu He Qi mana masak apa,” kata Lynda.

Untuk menentukan delapan jenis menu makan yang akan disajikan pada kegiatan ini, keputusan sajian menu makan pun tidak ditentukan oleh segelintir tim konsumsi saja. Karena itu diadakanlah test food dua minggu menjelang kegiatan berlangsung oleh relawan konsumsi dari komunitas masing-masing.

“Dari test food sudah langsung ditata yang menarik, kita kumpul semua mencicipi. Selain rasa, penampilan menarik, kita sama-sama pilih (menu) yang pas susunan menu sesuai kombinasinya,” jelas Cindy.


Sejak pagi ratusan relawan Tzu Chi sibuk dengan tugas masing-masing. Ada yang memotong buah, memasak, ada pula yang menata makanan.

Selain menyiapkan makanan dengan citarasa yang nikmat bagi para peserta, konsep yang diusung dalam penyajian makan siang pun mengadopsi penyajian ala restoran. “Karena pesertanya orang umum, pengusaha kita tentukan dengan cara apa sajikan. Kita sepakat dengan ala makan meja,” ucap Lynda, Ketua Tzu Chi Komunitas He Qi Timur ini.

Meski begitu menu makan siang tidak serta merta langsung tersaji di atas meja. Namun piring saji yang disuguhkan untuk 70 meja tersebut satu persatu dibawakan oleh para relawan Komite Tzu Chi dari basement Aula Jing Si menuju ruang makan kantin Tzu Chi dengan jeda waktu yang ditentukan.

“Biasa kalau ada undangan di restauran itu Leng Pan (menu utama) yang bulat besar, jadi kita akan memberi pemikiran bahwa kita serve seperti itu,” paparnya, “kita mau apa yang kita sajiin itu membawa para pengusaha seolah-olah mereka makan di sebuah restoran.”


Cindy Lie memasak menu vegan bagi para pengusaha yang mengikuti kegiatan yang digelar pada Minggu, 29 Juli 2018 di dapur relawan Tzu Chi.

Masakan yang disajikan pun dibuat seperti bukan makanan vegetaris. “Pesertanya dari umum, pengusaha. Biasa kalau kita bilang vege orang pikirannya cuma sayur-sayur saja, jadi orang sudah tolak dulu. Kita mau memberitahukan kepada orang umum kalau vegetaris ini nggak seperti apa yang mereka pikirin sehingga mereka takut untuk mulai bervegetaris,” ujarnya. “Apa yang mereka makan yang non vege bisa didapatkan dengan makanan yang diolah vegetaris, contohnya menu udang goreng ala gandum, kita pikirin ala gandumnya saja bahannya bisa kita tukar dengan talas atau jamur,” jelasnya.

Sebagai relawan yang memasak sajian makanan pada kegiatan pengusaha kali ini, Cindy berharap agar insan Tzu Chi ke depannya semakin mantap, profesional dalam mempersiapkan sajian menu-menu yang lebih baik lagi, lebih lezat yang tidak kalah dengan menu-menu yang terdapat di restoran.


Untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan menu yang sesuai, relawan tim konsumsi mengadakan test food dua minggu sebelum kegiatan berlangsung.

“Sehingga membuat mereka yang tadinya tidak mengenal vege, mereka tidak akan merasa bahwa vege itu tidak enak tetapi mereka akan merasa oh vege itu bukan vegetarian namun memandang sebagai satu (makanan) yang enak dan membuat mereka ingin (nambah) lagi,” tukas relawan sekaliagus pemilik Dharma Kitchen ini.

Menjadi Pengalaman Pertama

Dengan konsep penyajian makanan yang berbeda dari kegiatan-kegiatan Tzu Chi sebelumnya, relawan tim pelayanan (Sheng Huo Zhu) pun juga harus kerja keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Tak heran jika kegiatan kali ini menjadi pengalaman pertama bagi mereka.

“Makan siang kali ini harus benar-benar panas, jadi kita pikirkan makanan disajikan di meja panas-panas,” ujar Jesiska Ellies.


Jesiska Ellies bersama ratusan relawan tim pelayanan menata piring saji dengan sangat teliti di basement Aula Jing Si.

Sebanyak 120 orang relawan yang terlibat di tim pelayanan semuanya melakukannya dengan hati untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan. Terlebih ini pelayanan yang diberikan kepada tamu undangan dari umum yakni para pengusaha.

“Memang agak butuh perhatian extra, semua dikerjakan dengan senang hati. Ini menjadi latihan juga ke depannya sehingga jika ada (kegiatan seperti ini) lagi sudah berpengalaman,” ujar relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 ini tersenyum.


Para relawan Sheng Huo Zhu bergotong royong mencuci piring-piring para peserta Tzu Chi Entrepreneur Conference usai makan siang.

Tidak hanya menata makanan di piring-piring saji, usai makan siang para relawan Sheng Huo Zhu juga masih mengemban tugas mencuci piring-piring tersebut. “Kalau di kegiatan training (relawan) kita tidak cuci piring, karena ini tamu jadi kita cuciin,” ucapnya.

Melihat para relawan komunitas bekerja dengan sepenuh hati, Lynda sebagai koordinator tim konsumsi pun merasa bahagia. “Sangat bahagia karena ada kekompakan dari setiap He Qi. Tim konsumsi dan Sheng Huo Zhu bekerja sangat berat, masing-masing sudah siapkan waktu dan siap diri,” ungkap Lynda.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Tzu Chi School : Semarak Entrepreneur Day

Tzu Chi School : Semarak Entrepreneur Day

29 April 2016
Pada Tanggal 25-27 April 2016, TK Tzu Chi School mengadakan kegiatan Entrepreneur Day (hari kewirausahaan). kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan mengenalkan siswa dan berperan aktif dengan dunia wirausaha dengan menggunakan barang-barang bekas yang diubah menjadi karya yang penuh kreativitas dari para siswa.
Entrepreneur Day 2017: Melatih Kejujuran dan Kerjasama

Entrepreneur Day 2017: Melatih Kejujuran dan Kerjasama

27 April 2017

TK Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan bazar sebagai salah satu rangkaian kegiatan Entrepreneur day 2017. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa TK Sekolah Tzu Chi Indonesia dari tingkat Nursery, Kindergarten One Level, dan Kindergarten Two Level. Melalui kegiatan ini, pihak sekolah mendidik anak-anak untuk belajar bersikap jujur, toleransi, dan mampu bekerjasama.

TK Tzu Chi Indonesia Donasikan 31 Model Permainan ke Sekolah Atmabrata, Cilincing

TK Tzu Chi Indonesia Donasikan 31 Model Permainan ke Sekolah Atmabrata, Cilincing

29 Mei 2017

Bekerja sama dengan Daai Mama dan orangtua murid, TK Tzu Chi Indonesia mengumpulkan donasi dan menyalurkannya ke sekolah lainnya. Sekolah Atmabrata yang berlokasi di Cilincing, Jakarta Utara, menjadi satu dari empat sekolah yang menerima donasi tersebut.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -