Tzu Chi Entrepreneur Conference: Menggalang Banyak Hati di Tzu Chi
Jurnalis : Hadi Pranoto, Teddy Lianto, Fotografer : Arimami, Halim Kusin (He Qi Barat 1), James Yip (He Qi Barat 2), Yusniati (He Qi Utara 1).Membuka acara Tzu Chi
Enterpreneur, sebelas putra relawan Tzu Chi memainkan genderang dengan penuh
semangat. Setidaknya ada enam kali proses latihan yang mereka jalani sebelum
pentas di acara pertunjukan.
Sehari menjelang kegiatan Tzu Chi Entrepreneur Conference, sebelas pemuda berlatih bermain genderang di ruang Guo Yi Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada Sabtu, 28 Juli 2018. Ini merupakan latihan mereka yang keenam kalinya (terakhir) sebelum pementasan sehingga latihan kali ini akan sangat menentukan performance mereka di acara sesungguhnya esok. Kesebelas pemuda ini adalah anak-anak dari relawan Tzu Chi yang juga merupakan pengusaha. Salah satunya adalah Ryan Laurenzi (23), anak kedua dari pasangan relawan Tzu Chi; Siswanto dan Shelly Widjaja.
“Sebenarnya jadwal kita latihan hanya sampai lima kali saja, tetapi karena kita (para pemain) masih kurang percaya diri maka ditambah waktu latihan sekali lagi,” kata Ryan. Latihannya sendiri dibimbing oleh Chi Ying Shijie, relawan Tzu Chi asal Taiwan.
Ryan Laurenzi (23),
anak kedua dari pasangan relawan Tzu Chi; Siswanto dan Shelly Widjaja. Ryan
bersedia bergabung dalam kegiatan ini setelah merasa bahwa Tzu Chi merupakan
wadah yang tepat dalam berkegiatan sosial dan melatih diri.
Ryan sendiri ikut bergabung sebagai salah satu pemain genderang setelah dikenalkan oleh orang tuanya untuk bergabung dalam satu grup media sosial yang berisikan anak-anak relawan Tzu Chi lainnya. “Kesulitannya mungkin karena baru pertama kali (main genderang). Teknik-tekniknya, cara pegang stik dan cara pukulnya juga kita belum tahu,” ungkapnya.
Ryan sendiri bersedia bergabung dalam kegiatan ini karena selain melihat kedua orang tuanya yang aktif dan enjoy di Tzu Chi, ia secara pribadi merasa bahwa Tzu Chi adalah organisasi sosial yang benar-benar berlandaskan ketulusan. Karena itulah ia juga ke depannya siap menjadi relawan Tzu Chi.
“Ke depannya pasti mau karena Tzu Chi kan tempat yang sangat bermanfaat (melatih diri) dan membantu orang lain. Namun untuk sementara fokus dulu sama pekerjaan. Nanti kalo sudah ada waktu luang lebih banyak (baru aktif jadi relawan),” kata lulusan dari Pennsylvania University, Amerika, jurusan Supply Chain ini.
Lima belas tahun
melangkah di jalan Tzu Chi membuat pasangan Eva dan Hendro Wiyogo semakin
mantap menjalaninya. Semangat ini juga mereka wariskan kepada anak dan menantu
mereka.
Ryan juga berkaca kepada kedua orang tuanya yang mengalami banyak perubahan-perubahan positif semenjak bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Mama pastinya lebih sabar. Terus juga lebih menyayangi bumi dan makhluk hidup lainnya,” kata Ryan.
Terkait dengan menyayangi bumi dan makhluk hidup lain, Shelly menerapkan atau mempraktikkannya dengan cara bervegetaris. Relawan Komite Tzu Chi ini selalu menyediakan makanan vegetaris untuk suami dan anak-anaknya di rumah. Meski awalnya sempat kaget dan merasa kurang cocok, namun Ryan akhirnya mulai menyukai dan terbiasa dengan menu makanan vegetaris di rumah – meski belum full vegetarian.
“Awalnya sempat ngeluh, tapi setelah dipikir-pikir bagus juga kok untuk kesehatan kita,” tegasnya.
Dari sang ayah yang seorang pengusaha, Siswanto, Ryan mendapatkan pedoman hidup dalam bekerja. “Papa selalu bilang bahwa bisnis (bekerja) itu nggak hanya sekadar mencari duit saja, tetapi harus bermakna juga apakah kita bisa membantu orang lain yang kesulitan. “Papa selalu ingatkan kalau kita membantu orang lain itu seperti kita membantu diri sendiri. Jaid kita walaupun berbisnis kita harus lihat efeknya, harus bermanfaat bagi orang lain dan membantu juga,” terang Ryan. Dan ini disampaikan sang ayah kepada para pekerja lain di perusahaannya; PT Intisumber yang bergerak di bidang penjualan besi.
Ryan merasa kedua orang tuanya sangat enjoy dan cocok menjadi relawan Tzu Chi, di mana mereka bisa merasakan bahagianya bisa membantu orang lain. “Ini yang paling penting, bagaimana mereka bisa merasakan kebahagiaan ketika bisa membantu orang lain. Yang pasti, saya tahu mereka suka di Tzu Chi karena hati mereka benar-benar di sini,” ungkap Ryan.
Menggalang Banyak Hati
Para relawan berlatih
dengan sungguh-sungguh demi menampilkan performance terbaik mereka dalam
gathering pengusaha ini. Setidaknya ada 4-5 kali proses latihan yang mereka
jalani agar bisa tampil maksimal dalam kegiatan ini.
Selain persiapan dari segi acara, para relawan Tzu Chi juga harus mengundang para peserta agar tujuan dari kegiatan Tzu Chi Entrepreneur Conference ini bisa tercapai. Relawan pun memulainya dengan mencoba mengajak orang-orang terdekat mereka dahulu, mulai dari suami atau istri, anak, kakak, adik, dan rekan-rekan bisnis mereka. Salah satu relawan yang berpartisipasi adalah Eva Wiyogo dan suaminya Hendro Wiyogo.
“Di acara ini kita berusaha undang pengusaha sebanyak mungkin. Karena Master Cheng Yen mengimbau kita harus mengajak orang yang mampu untuk membantu yang kurang mampu. Kita berharap pengusaha yang datang hari ini juga bisa bergabung menjadi relawan Tzu Chi,” kata Eva seusai acara.
Menurut Eva, berbuat kebajikan bukan hanya soal uang saja, tetapi juga bagaimana kita merasakan kesulitan orang yang kurang mampu dan belajar menghargai kehidupan kita yang saat ini. “Ini tujuan kita mengapa menggalang pengusaha dalam kegiatan ini,” tegasnya.
Sebagai salah satu seorang pengusaha yang sudah bergabung di Tzu Chi 15 tahun lalu, Eva juga merasa sangat nyaman berada dalam organisasi kemanusiaan ini. Di Tzu Chi, relawan selain berbuat kebajikan juga mendapatkan kesempatan untuk belajar. “Karena Master Cheng Yen tidak hanya mengajarkan kita membantu sesama, tetapi juga mengajarkan kita untuk mengubah sifat buruk kita untuk lebih baik dan makin bijaksana,” terang Eva.
Edy Wiranto (ketiga dari kanan), relawan Tzu Chi yang juga Board of Director (BOD) DAAI
TV Indonesia ikut berpartisipasi dengan mengikuti pertunjukan paduan suara.
Perubahan yang terjadi dalam diri Eva dan suami juga “menular” dalam diri anak dan menantu. Hal ini karena Eva juga menerapkan apa yang diperolehnya di Tzu Chi ke rumah. Anak bungsu dan menantunya pun ikut menjadi relawan Tzu Chi. Salah satunya adalah untuk bervegetaris dan menyediakan tempah sampah khusus untuk barang-barang daur ulang. “Kita mengajarkan keluarga untuk menghargai sumber daya alam.
Dalam mempersiapkan acara, para relawan juga berupaya memberikan pelayanan dan acara yang menarik, salah satunya lewat paduan suara. Edy Wiranto, relawan Tzu Chi yang juga Board of Director (BOD) DAAI TV Indonesia ikut berpartisipasi dengan mengikuti pertunjukan paduan suara. Dan ini tidak mudah, karena mayoritas mereka adalah pengusaha dan tidak suka menyanyi.
“Sudah dites dan dilatih 2-3 kali pun juga masih dinilai kita belum siap. Tapi karena kita semua kompak dan memiliki tekad yang besar, jadi selama lebih kurang tiga bulan kita latihan terus di rumah hingga sampai bisa tampil baik hari ini,” ungkapnya. Hasilnya pun bagus. Bahkan guru yang mengajar pun merasa sangat gembira.
“Saya merasa karena para pemain (relawan) ini memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk menyebarkan (semangat) cinta kasih ini melalui musik,” ungkap Edy.
Melalui kegiatan Tzu Chi Entrepreneur Conference ini, Edy berharap bisa lebih banyak menghimpun relawan dan donatur Tzu Chi agar semakin banyak masyarakat kurang mampu yang bisa dibantu.
“Jadi makin banyak orang yang bergabung, maka akan semakin banyak tenaga, dan pasti banyak niat baik (kekuatan) yang terhimpun. Seperti kata Master Cheng Yen, jika ada banyak orang yang bergabung maka tenaga menjadi besar, sehingga berkah pun menjadi lebih besar,” ungkapnya.