Penarikan kain selubung merah pada papan nama menandai peresmian Kantor Penghubung Tzu Chi Palu, Minggu 26 Juni 2022.
Banyak harapan juga doa yang disematkan dengan diresmikannya Kantor Penghubung Tzu Chi Palu pada Minggu 26 Juni 2022. Bahwa para relawan di kota yang berjuluk Mutiara di Khatulistiwa ini dapat melanjutkan misi kemanusiaan Tzu Chi yang jejaknya telah terpahat sejak lima hari pascagempa, likuefaksi, tsunami, pada 28 September 2018.
Kala itu Tzu Chi hadir menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa kebutuhan logistik, bantuan makanan, dana santunan hingga pelayanan kesehatan bagi korban bencana. Tzu Chi Indonesia bersama Sinarmas dan Indofood juga membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako sebanyak 1.500 unit rumah disertai fasilitas umum pendukung seperti gedung sekolah dan balai warga. Juga 500 unit rumah di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Pombewe di Kabupaten Sigi. Kedua perumahan ini telah diresmikan pada tanggal 3 September 2021.
Saat penularan wabah Covid-19 secara nasional sedang tinggi-tingginya, Tzu Chi Indonesia bersama bibit-bibit relawan Tzu Chi di Palu menyalurkan masker dan tabung oksigen bagi masyarakat yang terjangkit. Tzu Chi Indonesia juga menyalurkan paket sembako bagi 4.100 kepala keluarga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, baik di Tadulako, Palu maupun Pombewe, Sigi.
Yang terbaru tentu Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131 di Kota Palu yang disambut antusias warga Palu bahkan warga di kabupaten sekitar Palu. Pengobatan katarak dan hernia ini telah menjangkau warga yang betul-betul membutuhkan.
Para relawan Tzu Chi dari Jakarta mengucapkan selamat kepada para relawan Tzu Chi Palu atas peresmian kantor mereka.
Bagi Ketua Tzu Chi Palu Ruddy Chandra, peresmian Kantor Penghubung Tzu Chi Palu merupakan wujud komitmen Tzu Chi Indonesia untuk terus mendampingi warga Kota Palu.
“Kami harap hadirnya Kantor Penghubung Tzu Chi Palu dapat menjadi sarana bagi relawan dan masyarakat umum untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan pikiran yang jernih, teguh, dan dipenuhi dengan jiwa kebijaksanaan, serta insan Tzu Chi di Sulawesi Tengah dapat lebih berkembang dan maju,” ujar Joe Riady mewakili Kantor Tzu Chi Indonesia.
Peresmian Kantor Tzu Chi Palu ini berlangsung sederhana. Pemotongan tumpeng nasi kuning menghadirkan suasana kekeluargaan. Namun penarikan kain selubung merah pada papan nama Kantor Tzu Chi Palu turut menghadirkan semangat bagi para relawan di Palu untuk menyebarkan cinta kasih dan menggiatkan kegiatan kemanusiaan.
Ketua Tzu Chi Palu Ruddy Chandra mengatakan, peresmian Kantor Tzu Chi Palu merupakan wujud komitmen Tzu Chi Indonesia untuk terus bersama-sama warga kota Palu.
“Perkenankan kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kantor Jakarta yang telah mendukung dan mendampingi hingga berdirinya Kantor Penghubung Palu saat ini. Harapan kami Kantor Penghubung Palu dapat menjadi penyemangat warga Kota Palu,” ungkapnya.
Pemotongan tumpeng nasi kuning menghadirkan suasana kekeluargaan antar relawan Tzu Chi.
Sebagai kantor Tzu Chi yang secara geografis paling dekat, Tzu Chi Makassar siap mendukung relawan Tzu Chi Palu.
“Sebagai sesama relawan Tzu Chi, saya terharu Tzu Chi akan buka cabang lagi di Palu. Jadi tentunya kita harus dukung. Sangat terharu, luar biasa. Saya mengharapkan Kantor Penghubung Tzu Chi Palu akan maju terus, bertambah relawan sebanyak mungkin,” kata Soandi Gozal, Ketua Tzu Chi Makassar.
Bersama Soandy Gozal, hadir juga 16 relawan Tzu Chi Makassar lainnya yang setelah bersumbangsih pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131 turut bergabung dengan para relawan dari Jakarta dan Palu untuk menghadiri peresmian ini.
Mantap Menjadi Relawan Tzu Chi
Salah satu relawan Tzu Chi Palu, Wijaya Chandra mantap menjadi relawan Tzu Chi karena melihat karya-karya kemanusiaan Tzu Chi. Ia juga menyaksikan bagamana awal Tzu Chi hadir di Palu kala menyalurkan bantuan bencana.
“Saya tahu sejak bencana tim Tzu Chi hadir langsung di Vihara Karuna Dipa. Ketika saya lihat beliau-beliau ini (para relawan Tzu Chi) turun langsung, hati saya tergerak,” tuturnya.
Wijaya Chandra yang akrab disapa Awi ini merasakan begitu banyak berkah yang telah disalurkan Tzu Chi kepada masyarakat Palu dan sekitarnya. Berbagai kegiatan Tzu Chi telah Awi ikuti. Yang terbaru adalah Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131. Tak hanya terlibat langsung melayani para pasien, sejak dalam persiapan pelaksanaan bakti sosial, kontribusinya sangat besar. Antara lain penjaringan pasien, pemenuhan berbagai peralatan pendukung sampai transportasi para relawan dan tim medis.
“Kecapekan itu terobati dengan kebahagiaan, kepuasan. Bahwa sampai hari ini berkah kita tidak berkurang, tapi berkah kita selalu bertambah,” sambungnya dengan rendah hati.
Wijaya Chandra mantap menjadi relawan Tzu Chi karena melihat karya-karya kemanusiaan Tzu Chi.
Relawan Tzu Chi Palu lainnya adalah Masda (56) yang adalah warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako. Masda merupakan penyintas bencana likuefaksi yang menghancurkan tempat tinggalnya di Perumnas Balaroa. Anggota keluarganya selamat karena saat itu hanya ia sendiri yang berada di rumah. Namun ia tertimbun di kedalaman tiga meter dalam rumah selama 17 jam dari pukul 6 malam sampai ia berhasil diselamatkan pada pukul 12 siang. Saat itu ia bersembunyi di bawah meja.
“Kini saya berusaha maju terus. Semua yang diberikan Allah semuanya habis, itukan pemberian-Nya, kembali ke asalnya. Jadi saya harus semangat bangkit lagi. Apa yang hilang tidak kembali, jadi kita harus semangat, cari-cari dan kita membaktikan diri untuk orang lain untuk kebaikan kita nanti di akhirat,” ujarnya.
Masda menjadi relawan Tzu Chi kala itu diajak seorang teman. Ia langsung mengiyakan karena memang Tzu Chi telah banyak membantunya. Tak hanya memberikan bantuan rumah, jauh sebelum itu ternyata ia juga pernah dibantu Tzu Chi saat menemani sang suami cuci darah di Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pascabencana 2018 itu, peralatan medis di rumah sakit di Palu banyak yang rusak, karena itu ia membawa suaminya cuci darah ke kota Makassar. Saat kebingungan terkait biaya, di sana ia bertemu para relawan Tzu Chi.
“Waktu itu saya butuh duit, ada uang sedikit di tabungan tidak bisa saya ambil karena kartu ATM tidak ada. Saya pikir lama prosesnya kalau saya ke kantor sedangkan bapak tidak bisa ditinggal karena sakit parah. Jadi pas ada relawan Yayasan Buddha Tzu Chi, saya dibantu, saya dikasih uang, begitu saya buka, itu banyak. Langsung saya belikan obat untuk bapak,” kata Masda.
Pada peresmian ini, hadir para relawan Tzu Chi Palu yang berasal dari warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako. Salah satunya Masda (dua dari kiri).
Sebelumnya pada 3 Oktober 2018, relawan Tzu Chi Makassar bersama relawan Tzu Chi dari Jakarta mengunjungi para pasien yang dirujuk dari Kota Palu pascagempa. Di sini tim relawan memberikan bantuan dana santunan atau uang pemerhati kepada 37 pasien.
Sekembalinya di Palu, Masda mendengar kabar bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi akan membangun hunian tetap bagi para penyintas bencana. Masda pun mengikuti berbagai tahapan verifikasi dan akhirnya mendapatkan hunian tetap Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako.
“Saya jadi relawan saya mau balas budi baik Yayasan Buddha Tzu Chi. Dia kasih begitu banyak bantuan. Anak saya bilang, ‘Mak, mamak sudah tua, kenapa mau jadi relawan, Mamak kan harus istirahat’. Saya bilang, ‘Tidak, Nak Mamak bersemangat, Mamak mau membalas budi’,” tambahnya.
Dukungan Masyarakat Sekitar
Masyarat sekitar mendukung peresmian Kantor Tzu Chi Palu, salah satunya Ang Andres, pemilik Hotel Rama Palu.
Peresmian Kantor Tzu Chi Palu juga dihadiri masyarakat sekitar. Salah satunya Ang Andres, pemilik Hotel Rama Palu, yang pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-13 membantu akomodasi para relawan dan tim medis Tzu Chi menuju RS Bhayangkara Palu. Bagi Ang Andres, kiprah Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia luar biasa karena pascagempa Palu hingga saat ini tak henti-hentinya membantu masyarakat Palu.
“Belum tentu kami bisa mengimbangi, memberi kepada masyarakat Kota Palu, tapi kami akan berusaha terus berkontribusi terhadap misi kemanusiaan Tzu Chi ini. Yayasan Buddha Tzu Chi ini membawa image yang baik kepada masyarakat Kota Palu tanpa memandang agama, suku, dan ras. Semua orang bisa menerima bantuan yang sama dan seadil-adilnya. Saya berharap Buddha Tzu Chi ke depannya bisa terus berjaya,” ujar Ang Andres.
Sementara itu Vihara Karuna Dipa merupakan pihak yang telah banyak membantu Tzu Chi Indonesia sejak tim relawan Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi tiba di Kota Palu pascabencana 2018. Vihara Karuna Dipa mempersilahkan relawan untuk menginap di sana, membawa serta berbagai bantuan logistik, hingga menggunakan dapur untuk konsumsi para relawan.
Robby Chandra, dari Yayasan Karuna Dipa, Ia mengatakan Karuna Dipa sepenuhnya akan mendukung Misi Kemanusiaan Tzu Chi di tanah Kaili.
Jalinan jodoh ini hingga kini terus terbina. Pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-131, tim Tzu Chi kembali menggunakan dapur Vihara Karuna Dipa sebagai tempat memasak makan siang dan makan malam para relawan dan tim medis, serta makan siang para pasien bakti sosial. Tak hanya itu, tim dari Karuna Dipa juga turut membantu mulai dari belanja bahan, memasak, hingga makanan terhidang.
Robby Chandra, dari Yayasan Karuna Dipa mengatakan Karuna Dipa sepenuhnya akan mendukung Misi Kemanusiaan Tzu Chi. “Semoga kalau masyarakat ada kesulitan, Tzu Chi turun tangan karena sudah punya kantor perwakilan di sini, gampang sekali komunikasi, masyarakat bisa menyampaikan,” ujarnya.
Suasana Khas Tzu Chi
Lim Jeniliwaty, Yosefin Wijaya, dan Chen Liang May, datang langsung dari Jakarta untuk mendekor Kantor Tzu Chi Palu.
Ketika memasuki Kantor Tzu Chi Palu, nuansa khas ala Tzu Chi langsung terasa. Terdapat Kata Perenungan Master Cheng Yen pada poster yang terpasang di dinding, ada kolam dana untuk penuangan celengan bambu, juga dekorasi lainnya. Kebersihan, kerapian, dan keindahan begitu terjaga. Ada tiga relawan yang datang langsung dari Jakarta untuk mendekor ruangan Kantor Tzu Chi Palu ini, yakni Chen Liang May yang sudah lebih dari 20 tahun berkontribusi dalam dekorasi kantor-kantor Tzu Chi Indonesia, lalu Yosefin Wijaya dan Lim Jeniliwaty.
Ketiganya mulai memikirkan dekorasi Kantor Tzu Chi Palu sejak akhir Mei lalu. Ketika di Palu, dengan keterbatasan material, ketiga relawan ini pun memanfaatkan apa yang ada. Seperti gulungan poster mereka jadikan seperti bambu.
“Pertama kami tidak tahu situasi di sini. Kami bawa barang-barang dari Jakarta tidak tahu juga pas atau tidak dan itu semua cuma berdasarkan pengukuran relawan Jakarta yang sudah ke Palu. Biasa di luar kota terbatas untuk ketersediaan bahan,” tutur Lim Jeniliwaty.
Meski demikian, hasil akhirnya tetap indah. Ketiganya pun memiliki harapan agar para relawan Tzu Chi Palu terus semangat. “Relawan Tzu Chi Palu bisa lebih banyak menggalang hati. Soalnya relawan dari Jakarta juga sudah bolak-balik menjalin jodoh dengan warga Palu. Semoga benar-benar bisa menjalin, dan bisa membantu lebih banyak lagi,” kata Yosefin.
Lucky Wijaya bersama relawan Tzu Chi senior dari Jakarta, Puspawati. Lucky yang ahli komputer ini bertanggung jawab atas kelancaran acara peresmian dari segi teknis audio visual.
Kelancaran acara peresmian juga tak lepas dari upaya dua anak muda yang mantap menjadi relawan Tzu Chi, yakni Julius dan Lucky Wijaya. Di sela-sela tugas mereka di baksos kesehatan yang digelar di RS Bhayangkara Palu, mereka bolak-balik ke Kantor Tzu Chi.
“Sebelumnya ada kendala teknis, jadi lantai atas dengan lantai bawah tidak ada kabel. Jadi kan mau sinkron yang di atas dan di bawah itu kan susah,” kata Lucky, mahasiswa jebolan Kampus Ubaya Surabaya ini.
Dengan berbagai upaya, akhirnya Lucky pun menggunakan tiga laptop sehingga para relawan atau masyarakat yang berada di lantai 1 dapat mengikuti acara peresmian yang dipusatkan di lantai dua.
Foto bersama usai peresmian Kantor Tzu Chi Palu. Semoga semangat dan kebersamaan ini terus tumbuh dan terjaga agar Tzu Chi Palu bisa terus berkembang.
Dari Jakarta, Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei turut menyampaikan pesan cinta kasihnya dengan diresmikannya Kantor Penghubung Tzu Chi Palu ini.
“Saya kira pesan Master Cheng Yen untuk setiap kantor Tzu Chi adalah semua orang bisa bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan saling bahu-membahu. Kalau kita sudah bersedia jadi relawan Tzu Chi kita harus bisa melakukan dengan sukarela dan menerima hasilnya dengan sukacita. Kita berharap dengan adanya orang-orang bajik dan bimbingan-bimbingan bajik, semua orang bisa saling belajar dan tumbuh bersama,” pesan Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei.
Editor: Hadi Pranoto