Gereja HKBP Unte Mungkur sesudah direnovasi, jadi nyaman dan indah.
Yayasan Buddha Tzu Chi selalu berpegang pada prinsip cinta kasih universal dalam menjalankan setiap misinya. Artinya Tzu Chi tidak membedakan Suku Bangsa dan Agama, di mana ada penderitaan di situlah ladang berkah yang bisa digarap.
Gereja HKBP Unte Mungkur terletak di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Gereja ini sudah berusia 126 tahun. Bangunannya sudah banyak yang lapuk dimakan usia sehingga terjadi bocor di sana- sini dan sangat tidak nyaman untuk para Jemaat gereja menjalankan kebaktian di gereja ini.
Gereja HKBP Unte Mungkur yang telah berusia 126 tahun sebelum direnovasi.
Para relawan Tzu Chi mengikuti jalannya kebaktian di Gereja HKBP Unte.
Jalinan jodoh Tzu Chi dengan Gereja HKBP Unte Mungkur berawal dari sebuah hubungan tali persahabatan antara Ketua Tzu Chi Sumatera Utara, Mujianto, dengan Samsul Sianturi, salah seorang jemaat gereja tersebut. Saat itu Mujianto mengunjungi Samsul Sianturi yang selama pandemi Covid 19 tinggal di Muara, dan gereja HKBP Unte Mungkur berada pas di depan rumah Samsul Sianturi. Melihat kondisi gereja yang sudah tua, timbul niat Mujianto untuk membantu merenovasi bagian yang bocor dan mengecat kembali seluruh gedung agar gereja HKBP Unte Mungkur kembali menjadi rumah ibadah yang nyaman bagi jemaat yang menjalankan kebaktian.
Kata sambutan dari Mujianto yang begitu bahagia melihat jemaat gereja yang begitu hikmah mengikuti kebaktian. Di samping Mujianto, adalah sang sahabat, Samsul Sianturi.
Pendeta Martongo Sitinjak memberikan khotbah mengenai arti sebuah persahabatan.
Minggu, 10 Oktober 2021, enam relawan Tzu Chi Medan menempuh perjalanan selama tujuh jam dari Medan, guna mengunjungi gereja yang sudah selesai direnovasi ini. Para jemaat gereja telah mempersiapkan acara kebaktian sebagai tanda terima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang telah memberikan cinta kasihnya dengan merenovasi bangunan gereja. Sekarang gereja sudah tidak bocor dan sudah nyaman dipakai jemaat untuk kebaktian.
“Puji Tuhan dan rasa syukur serta terima kasih yang tidak terhingga kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah membantu merenovasi gereja kami sehingga jemaat gereja bisa menjalankan ibadah dengan nyaman,” kata Syamsur Sianturi, mewakili jemaat gereja.
Pendeta Martongo Sitinjak sangat mengapresiasi sumbangsih dari Yayasan Buddha Tzu Chi ini. Baginya inilah bukti nyata kekuatan dari penghayatan iman yang benar.
Pendeta Sahat saat mengikuti kebaktian.
Pemberian Kain ulos sebagai bentuk ucapan terima kasih tertinggi dari adat suku Batak.
“Sebab seseorang yang menghayati imannya secara dalam, seperti Master Cheng Yen Beliau melewati batas agama sendiri. Tapi Beliau sudah memasuki roh universal semua orang, sehingga terjadi hubungan yang indah di antara agama yang berbeda. Dengan sebuah keyakinan bahwa universalisme itu harus menerima kebaikan bagi semua, jadi saya rasa apa yang dihayati oleh Buddha Tzu Chi sungguh-sungguh berjiwa universal dan kita sambut dengan sukacita,” tutur Pendeta Martongo Sitinjak.
Sebagai bentuk terima kasih yang tak terhingga, pihak gereja HKBP Unte Mungkur memberikan seuntai kain ulos sebagai adat tertinggi dari suku Batak dan juga memberikan plakat tanda terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi.
“Atas nama HKBP Unte Mungkur, saya sebagai pimpinan tertinggi di sini, mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, yang mana kami tidak menyangka bahwa sekarang gereja ini sudah menjadi seindah ini,” ujar Pendeta Sahat, Pimpinan HKBP Unte Mungkur.
Foto bersama antara Jemaat Gereja Unte Mungkur dengan Mujianto, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Sumatera Utara.
Menerima sambutan yang penuh kekeluargaan dari para jemaat gereja, Mujianto, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Sumatera Utara merasa terharu.
“Hari ini kita ikut ibadah atau kebaktian di gereja HKBP Unte Mungkur, namun kita bukan merubah agama dan keyakinan kita dan Yayasan Buddha Tzu Chi juga tidak pernah merubah kepercayaan dan keyakinan orang lain karena yayasan kita bersifat universal dan menghormati setiap agama. Bantuan yang kita berikan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama walaupun berbeda agama, bangsa dan suku. Dan perbedaan ini bukan penghalang untuk berbuat kebajikan dan menyebarkan cinta kasih,” pungkasnya.
Editor: Khusnul Khotimah