Tzu Chi Talk: Vaksin Covid-19 Apakah Perlu?
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahTzu Chi Talk perdana yang digelar pada 23 Januari 2021 ditayangkan secara live melalui kanal youtube, Facebook Tzu Chi Indonesia serta Zoom dengan dimoderatori oleh dr. Andre Prawiranegara dari TIMA Indonesia.
Vaksin Covid-19 menjadi sebuah harapan yang sudah lama dinanti. Namun di sisi lain timbul berbagai pertanyan di tengah masyarakat terutama pemberian dan efek sampingnya. Inilah tema yang dibahas dalam Tzu Chi Talk episode perdana tahun 2021. “Vaksin Covid-19 Apakah Perlu?” dibahas tuntas oleh Prof.dr.Menaldi Rasmin, Sp.P(K).,FCCP, Ketua Dewan Pakar Pengurus Besar IDI, Dokter Spesialis Pulmonologi & Kedokteran Respirasi.
Pemberian vaksin Covid-19 di Indonesia sendiri telah dimulai sejak 13 Januari 2021. Presiden Joko Widodo adalah orang pertama yang divaksin. Beliau juga telah menjalani vaksin yang kedua pada 27 Januari 2021 yang lalu.
Sebelum membahas bagaimana urgensi pemberian vaksin Covid-19, Prof Menaldi terlebih dulu menjelaskan bahwa manusia dapat hidup dan bertahan dari serangan penyakit karena memiliki sistem ketahanan. Ketahanan, berarti kita tidak menyerang tapi kita tidak takut untuk diserang karena memiliki ketahanan atau imunitas yang cukup. Pada suatu saat imunitas kita diuji apakah dapat membendung serangan penyakit.
Ada dua hal di sini, pertama, kita terinfeksi, artinya bakteri atau kuman, virus, jamur, atau parasit masuk ke badan dan menyebabkan kita terinfeksi tapi belum tentu sakit. Tapi kalau kita kalah maka kita akan sakit.
“Jadi yang harus dijaga adalah walaupun mikroorganisme itu masuk dalam tubuh kita, cukuplah dia menyebabkan kita terinfeksi saja paling maksimal dan jangan menyebabkan kita sakit,” terang Prof Menaldi.
Prof.dr.Menaldi Rasmin,
Sp.P(K).,FCCP, Ketua Dewan Pakar Pengurus Besar IDI, Dokter Spesialis
Pulmonologi & Kedokteran Respirasi menjadi narasumber dalam Tzu Chi Talk
kali ini.
Seringkali yang terjadi adalah pembentukan sistem imun yang dibangun secara pasif, apakah itu? Memang kita jadi sakit, atau bahkan terinfeksi, dan yang paling sering justru kita jadi sakit, kemudian badan kita membentuk perlawanan, membentuk daya tahan yang khusus, yang spesifik terhadap penyakit itu, lalu kita menjadi sembuh. Ketika kita menjadi sembuh berarti sudah terjadi kekebalan tubuh kita yang didapatkan dengan rangsang dari mikroorganisme, bakteri atau virus yang tadi masuk tadi lalu kita terpicu untuk membentuk pertahanan kita lebih banyak, dan lebih mampu mengatasi si penyakit tadi.
“Ketika penyakitnya itu satu-satu barangkali tidak apa-apa juga ya, misalnya kalau kita kena influenza, atau kita kena radang tenggorokan. Itu yang terjadi sebetulnya, kumannya masuk, virusnya masuk, kita terinfeksi, sedikit kita lelah atau kita tegang atau apapun, jadi daya tahan tubuh kita sedikit kalah, dia menjadi penyakit. Tapi ketika menjadi penyakit, secara pasif badan kita dirangsang untuk membangun sebuah sistem imunitas, menghasilkan antibodi namanya yang dapat melawan penyakit tadi dan kita sembuh,” jelasnya.
Namun masalahnya tak semua seperti itu. Ada kejadian yang penting seperti yang disebut dengan pandemi. Pan berarti menyeluruh, dan endemies adalah penyebaran penyakit secara luas. Jadi kalau pandemi, maka meluasnya betul-betul luas, seperti pandemi Covid-19 yang bermula dari Wuhan, Tiongkok dan kemudian menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia karena sistem transportasi memang begitu mudah sehingga memungkinkan penyebaran terjadi.
Ketika itu terjadi kita melihat sekarang begitu tinggikah penularannya? banyak kah orang yang jadi sakit? Tinggikah kematian yang terjadi? Apakah perlu dilakukan sebuah tindakan intervensi yakni sengaja dilakukan untuk membangun daya tahan tubuh orang di negara ini supaya kuat untuk melawan itu? jangan sampai satu negara ini hancur karena penyakit ini. Karena ini berupa pandemi.
Tindakan melakukan perbuatan aktif untuk mencapai sistem imunitas yang baik, itulah vaksinasi. Yaitu membangun kekebalan dengan cara memasukkan seluruh atau sebagian dari mikroorganisme tadi yang dipakai untuk menstimulasi supaya badan kita menghasilkan antibodi yang sesuai untuk melawannya.
Pemerintah
menargetkan vaksinasi bagi 1,5 juta tenaga kesehatan yang tengah berlangsung
ini dapat selesai pada Februari 2021. Sementara bagi kelompok masayarakat ditargetkan
dapat dilaksanakan pada April 2021.
Vaksin adalah bahan antigenik (bahan asing dari luar masuk ke badan kita) yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Jadi vaksinasi adalah tindakannya, tindakan memberi vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk membangun kekebalan (sistem imun) terhadap penyakit tertentu.
Ada berbagai vaksin yang dihasilkan, yakni platformnya itu bisa dari:
- DNA
- RNA (seperti yang dibuat oleh Pfizer-BioNtech, Moderna)
- Vector virus (Astrazeneca)
- Subunit virus
- Live attenuated
- Virus yang dilemahkan (Sinovac, Sinofarm)
- VLP (Virlus Like Particles)
- Split virus vaccine
- RNP
Lalu mengapa kita harus divaksinasi? Yang pertama sudah jelas bahwa seseorang yang divaksinasi adalah cara membangun imunitas dengan cara aktif. Artinya kalau dia punya imunitas, kita mencegah orang tersebut jatuh sakit. Atau kalau dia sakit, maka sakitnya mestinya tak berat. Tapi tetap sebetulnya dia sakit karena dia sudah punya virus yang terkonfirmasi. Kalau banyak orang yang bisa kita cegah tidak sakit, di situlah apa yang kita sebut kita sedang membangun herd immunity atau kekebalan kelompok atau kekebalan masyarakat.
Pada herd immunity maka akan lebih banyak didapatkan orang-orang yang sudah divaksinasi, yakni orang-orang yang sudah punya imunitas. Kalau orang-orang yang sudah punya imunitas ini lebih banyak, tentu morbiditas atau besarnya penyakit di masyarakat turun. Dengan begitu tidak terjadi penularan yang tinggi seperti sekarang.
Jika jumlah orang-orang yang sudah punya imunitas lebih banyak, maka morbiditas atau besarnya penyakit di masyarakat turun. Dengan begitu tidak terjadi penularan yang tinggi seperti sekarang.
Kita melihat di Indonesia angka penderita Covid-19 tak pernah turun atau melandai, naik terus, bahkan sudah sampai 6.000 kasus baru tiap hari. Kalau kita bisa membuat orang-orang lebih banyak tervaksinasi, maka kita bisa berharap kasus baru bisa turun jumlahnya. Kalau menurun maka berkurang yang sakit berat. Kalau yang sakit berat turun, berkurang pula orang yang kritis. Maka angka kematian atau mortalitas bisa diturunkan dengan sangat baik.
Jadi siapa yang bisa divaksin?
Yang pertama, pastinya orang yang sehat, yakni orang yang terbukti belum pernah tertular Covid-19. Yang kedua adalah penyintas, yakni yang sudah pernah sakit, boleh diberi vaksin tapi waktunya kapan? Pada Covid-19, hampir sama pada penyakit virus lain, ternyata virus itu pengaruhnya menghasilkan daya tahan tubuh kalau orang itu sehat berarti daya tahan tubuhnya bisa bertahan selama tiga bulan.
Maka orang-orang yang sudah pernah Covid-19, kalau ingin divaksinasi, mintalah pada bulan ke-4 atau ke-5.
“Jangan sekarang. Jadi tidak boleh ya? Boleh, tapi kan di Tzu Chi, filosofinya adalah berbagi. Kalau saya penyintas dua minggu lalu dinyatakan sembuh, saya kan masih punya waktu 3 bulan ke depan dengan antibodi saya. Kita kasihlah vaksin yang saya punya ini kepada orang sehat yang belum sakit supaya dia tidak sakit. Kenapa? Karena kita membantu juga semua manusia ini untuk mencapai herd immunity,” terangnya.
“Dengan paham Tzu Chi yang sangat hebat, yaitu memberi, saya yakin sekali kita bisa mencapai herd immunity dengan cepat. Jika Tzu Chi bisa menyebarkan pikiran dan keyakinan tentang berbagi ini, saya yakin kita bisa cepat mencapai herd immunity,” pungkas Prof Menaldi.
Editor: Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
Membuang Cinta Kasih Hanya untuk Menjadi Benar
13 Juli 2020Tzu Chi Talks ke-2 dengan topik “Membuang Cinta Kasih Hanya untuk Menjadi Benar” dengan narasumber Oey Hoey Leng, seorang relawan Komite Tzu Chi, berlangsung pada Sabtu 11 Juli 2020, diikuti oleh 292 partisipan LIVE melalui ZOOM, Youtube, Instagram, dan Facebook Tzu Chi Indonesia.
Pendampingan Humanis Tzu Chi
03 September 2020Tzu Chi Talk edisi kesembilan berlangsung pada Sabtu, 29 Agustus 2020 mengusung tema Pendampingan Humanis dalam Pelayanan Sosial, sebagai bagian dari Misi Amal Tzu Chi. Tzu Chi Talk diikuti oleh lebih dari 200 partisipan melalui aplikasi Zoom, YouTube, Instagram, dan Facebook.
Pola Hidup Baru di Kenormalan Baru
20 Juli 2020Tzu Chi Talks ke-3 bertopik “New Normal New Lifestyle” dengan narasumber Shelly Widjaja, seorang relawan Komite Tzu Chi, berlangsung pada Sabtu 18 Juli 2020, diikuti oleh 323 partisipan LIVE melalui ZOOM, Youtube, Instagram, dan Facebook Tzu Chi Indonesia.