Tzu Chi yang Menginspirasi

Jurnalis : Dwi Hariyanto, Fotografer : Beverly Petrick

Sebanyak 23 orang yang berasal dari daerah Tanjung Batu datang ke Tanjung Balai Karimun untuk mengikuti kegiatan pelatihan relawan baru Tzu Chi

Minggu, 10 April 2016 Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan pelatihan relawan baru. Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 WIB. Sebelumnya para relawan dan Tzu Shao (murid kelas budi pekerti) berbaris rapi di depan pintu untuk menyambut kedatangan relawan yang datang. Dengan wajah tersenyum para relawan dan Tzu Shao menyambut relawan baru yang datang dari daerah Tanjung Batu. Relawan Tanjung Batu yang berjumlah 23 orang ini memiliki semangat yang luar biasa. Karena Tanjung Batu merupakan pulau tersendiri dan relawan harus naik kapal terlebih dahulu untuk bisa datang ke Karimun. Kegiatan pelatihan relawan baru kali itu merupakan kegiatan yang luar biasa karena Kantor Tzu Chi penuh dengan relawan yang hadir pada hari itu. Total keseluruhan relawan yang hadir dalam pelatihan ini sebanyak 140 orang.

Kegiatan pelatihan relawan baru diawali dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan ini dipandu oleh dua orang Tzu Shao yang bernama Jesslyn dan Zoe yang menjadi pembawa acara.

Kemudian acara dilanjutkan dengan tayangan Lentera Kehidupan dari Master Cheng Yen. Setelah itu acara dilanjutkan dengan sharing dari Dwi tentang “Menjadi Relawan Tzu Chi? Siapa Takut”. Di awal sharingnya Dwi bertanya pada salah satu relawan baru, “Apa motivasi Anda untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi?”. “Saya ingin bergabung menjadi relawan Tzu Chi karena ingin banyak melakukan perbuatan baik,” kata salah satu relawan baru. “Nah Shixiong-Shijie, Tzu Shao, niat awal kita ingin bergabung menjadi relawan ini yang harus kita genggam selamanya. Karena di saat kita mengalami malas atau ada masalah dengan relawan lain kita bisa mengingat niat awal kita,” jelas Dwi.

Acara kemudian dilanjutkan dengan isyarat tangan dari Tzu Shao dan sharing mengenai kisah penerima bantuan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun oleh Sukmawati, Ketua Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Sukmawati menceritakan tentang kondisi seorang anak yang berusia 10 tahun, tetapi hanya memiliki berat badan 7 kg. Setelah ditangani dan didampingi oleh relawan, sekarang anak ini telah dapat makan bubur dan berat badannya mulai bertambah.

Dalam pelatihan kali itu, relawan rompi juga diajarkan tata cara makan sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi.dengan didampingi mentor mereka masing-masing.


Narno (Kanan) didampingi Pungki saat memberikan sharingnya mengenai ketertarikannya kepada Tzu Chi.

Setelah sesi sharing, acara kemudian dilanjutkan dengan praktik budaya humanis Tzu Chi tentang tata cara makan. Para relawan baru didampingi para mentor turun ke ruang makan dengan tertib dan teratur. Relawan baru diajarkan mengenai cara duduk saat makan, cara mengambil makanan dan tata cara saat makan. Selesai acara makan kemudian acara dilanjutkan dengan sharing relawan yang dipandu oleh Pungki. Salah satu Tzu Shao yang berasal dari Tanjung Batu yang bernama Risko memberikan sharing jika ia merasa senang bisa bergabung di Tzu Chi. “Saya senang bisa bergabung menjadi relawan Tzu Chi, karena di sini saya bisa banyak berbuat baik walaupun banyak tempat kita bisa berbuat baik tetapi saya senang bisa di Tzu Chi,” kata Risko. Kemudian acara diakhiri dengan berdoa.

Memberi Inspirasi

Narno, salah satu relawan yang ikut pelatihan sangat terinspirasi dengan kegiatan yang dilakukan Tzu Chi. Awalnya saat rumahnya kebakaran di tahun 2010 ia melihat ada 3 karung beras dari Tzu Chi diberikan kepada keluarganya. Yang kedua saat kegiatan baksos di Tanjung Batu ia terkesan dengan relawan Tzu Chi yang bekerja dengan penuh semangat membantu orang lain. Dan ketiga kalinya ia melihat kegiatan pengumpulan celengan di Tanjung Batu. Dia berada satu kapal dengan relawan Buddha Tzu Chi kemudian dalam hatinya berpikir “Mengapa kok mereka terus yang bisa membantu orang lain, mengapa mereka bisa kok saya tidak bisa?” ungkap Narno.

Ani (Rompi) salah satu relawan yang hadir juga memberikan sharingnya tentang perubahan yang terjadi pada keluarganya setelah mengikuti kegiatan Tzu Chi.

Sejak saat itu muncul keinginannya untuk menjadi relawan Tzu Chi. Dan jodoh baik itu datang pada hari minggu ini dia bisa berkesempatan bergabung menjadi relawan Tzu Chi melalui pelatihan ini. “Saya seorang Muslim, saat saya kuliah di Jakarta saya pernah melihat para relawan Tzu Chi yang memakai kerudung, jadi terlintas dalam pikiran saya, relawan Tzu Chi ini bisa dari semua agama. Kemudian saya sangat terinspirasi dengan salah satu kata yang saya lihat di DAAI TV, 'Jangan melihat dari mana bantuan itu datang diberikan, tetapi lihat apa manfaat bantuan itu?' Jadi saya memutuskan untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi untuk bersama-sama memberikan kebahagiaan dan menghilangkan penderitaan bagi masyarakat Karimun," ungkap Narno.

Salah satu relawan yang bernama Ani juga mengungkapkan bahwa Tzu Chi sangat bagus karena bisa mengubah anggota keluarganya. “Tzu Chi ini bisa mengubah keluarga saya. Yang pertama dengan acara pelatihan ini, anak saya pertama kalinya bisa mencuci piringnya sendiri setelah makan. Jadi saya sangat senang sekali, kemudian suami saya saat akan mengikuti kegiatan donor darah di Tzu Chi. Dia sebelumnya suka minum-minuman keras, tetapi demi untuk donor darah di Tzu Chi ia berhenti minum-minuman keras selama 2 minggu. Walaupun saat itu banyak godaan dari teman-temannya yang mengajaknya untuk minum tetapi dia tidak mau menerimanya. Jadi saya sangat senang sekali berkat Tzu Chi keluarga saya berubah. Dan mudah-mudahan suami saya bisa selamanya berhenti untuk minum-minuman keras,” kata Ani berharap.


Artikel Terkait

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -