Tzu Ching Camp 2015: Pelengkap Dunia Akademis
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariSebanyak 190 mahasiswa di wilayah Jabodetabek dan Bandung ikut serta dalam kegiatan Tzu Ching Camp 2015 yang dilaksanakan di Aula Jing Si, PIK, 15 sampai 17 Agustus 2015.
Kegiatan Tzu Ching Camp 2015 yang diadakan sejak 15 hingga 17 Agustus 2015 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK cukup menarik minat dari para mahasiswa di wilayah domisili Jabadetabek dan Bandung untuk mengisi waktu liburan mereka. Buktinya, kegiatan ini diikuti 190 mahasiswa yang aktif di berbagai Universitas. Dengan mengambil tema TIME (Treasure Our Invaluable Moment), Elysa Wu, Ketua Tzu Ching Camp 2015 ingin mengajak para mahasiswa untuk memanfaatkan waktu mereka sebaik mungkin untuk bisa berbuat kebajikan.
“Saya ingin menjadi anak muda yang tidak hanya mementingkan akademis (Pendidikan) saja karena bagi saya bagus dalam akademis belumlah cukup membuat saya menjadi pemuda yang baik. Saya juga harus punya hati nurani sebagai manusia yang peduli sesama,” ucap Rudy Ong, Mahasiswa semester 5 Teknik Mesin ITB, Bandung yang menuturkan harapannya setelah mengikuti Tzu Ching Camp 2015. Teman seangkatannya, Pandi Uwieto turut merespon dengan mengangguk setuju dengan penuturan Rudy, “kita harus memanusiakan manusia,” tambahnya.
Sejalan dengan harapan Elysa, Carolina seorang Mahasiswa tahun ketiga di Shanghai International Studies University, Tiongkok merasa mempunyai kesempatan yang baik karena bisa mengikuti Tzu Ching Camp diakhir masa liburnya di Indonesia. “Camp ini membuat saya sadar untuk menghargai waktu yang saya punya,” katanya. Ia juga merasa lega karena rasa penasarannya akan Tzu Chi yang telah lama ia simpan akhirnya terjawab. “Saya tahu Tzu Chi sejak lama, sejak SMP dan kakak saya juga sering bercerita tentang Tzu Chi karena ia mengambil studi di Hualien, Taiwan. Penasaran, tapi akhirnya lega bisa tahu Tzu Ching ini,” jelasnya.
Kegiatan Tzu Ching Camp 2015 tidak hanya berisi materi pengenalan Tzu Chi dan Tzu Ching. Di sela-sela acara mereka juga diajak untuk bernyanyi dan mempraktikkan isyarat tangan Tzu Chi.
Para peserta diajak untuk membuat bio-enzim yang berasal dari kulit buah yang dicampur dengan air dan gula merah. Hal ini merupakan salah satu praktik pelestarian lingkungan dimana mereka diajak untuk memanfaatkan sampah organik.
Merlyn Martin, yang juga berdomisili di Tiongkok merasa hal yang sama. Lega karena akhirnya mengenal Tzu Ching, organisasi muda-mudi Tzu Chi. Ia menuturkan bahwa ingin mengucapkan terima kasih kepada Tzu Chi yang pernah membantu keluarga mereka pada tahun 2011 silam. “Tahun 2011, keluarga kami dibantu oleh Tzu Chi. Waktu itu kakak saya mengalami kecelakaan dan kondisinya sangat parah. Relawan Tzu Chi memberikan dukungan pada kami,” jelas Mahasiswa tahun kedua di Anhui University ini. Walaupun jauh dari Tzu Ching Indonesia, baik Carolina maupun Merlyn merasa bahwa jarak bukanlah halangan untuk berbuat baik. “Kami akan berusaha untuk bisa mempraktikkan apa yang kami dapat selama tiga hari ini di lingkungan sekitar kami nantinya,” ucap Merlyn.
Renaldy Adi Saputra, mahasiswa Universitas Kristen Maranatha, Bandung juga setuju dengan teman-teman lainnya. Ia yang mengenal Tzu Chi melalui Drama Sutra Bakti Seorang Anak mengaku senang bisa ikut bergabung dalam Tzu Ching Camp 2015. “Bagi saya, Tzu Ching ini keren karena melalui Tzu Ching kita bisa memanfaatkan jiwa muda kita untuk melakukan hal positif,” katanya. Ia juga menilai bahwa ladang berkah yang ada di dalam Tzu Ching sangat bagus bagi muda-mudi untuk menjalin satu komunitas dengan lingkungan yang baik. “Kalau pergaulan di lingkungan baik, hasilnya pasti kurang lebih akan baik juga,” tambahnya.
Merlyn Martin (kedua dari kanan) ikut dalam kelas merangkai bunga yang termasuk dalam salah satu kelas budaya humanis Tzu Chi. Ia merasa senang bisa merajut kembali jalinan jodohnya dengan Tzu Chi melalui Tzu Ching Camp 2015.
Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan souvenir pada akhir acara. Ia berharap anak muda dengan jiwa muda dapat turut serta membagikan cinta kasih dan kepedulian terhadap orang lain.
Dalam kegiatan Tzu Ching Camp 2015 ini, para peserta tidak langsung dilantik menjadi anggota Tzu Ching. Elysa menjelaskan bahwa untuk berseragam Tzu Ching para peserta ini harus mengikuti 5 kali kegiatan Tzu Ching, 1 kali sosialisasi, dan 1 kali training Tzu Ching. “Tzu Ching Camp 2015 ini merupakan kegiatan sosialisasi. Jadi mereka masih perlu ikut dalam 5 kali kegiatan dan 1 kali training lagi untuk bisa dilantik menjadi Tzu Ching,” jelasnya. Hal ini dilakukan untuk menyaring mahasiswa yang benar-benar ingin bersumbangsih memanfaatkan waktu untuk melakukan hal yang bermanfaat.
Artikel Terkait
Menjadi Remaja yang Dewasa dan Bertanggung Jawab
28 Agustus 2018Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya
25 Agustus 2015Pertama kali mengikuti Tzu Ching Camp, Fatah dipenuhi dengan semangat. Setelah camp ini, ia ingin menerapkan apa yang sudah ia pelajari selama camp dan bergabung dalam barisan relawan Tzu Ching.
Tzu Ching Camp 2022 yang Seru dan Berkesan
16 Desember 2022Tzu Ching Bandung kembali menggelar Tzu Ching Camp pada 10 hingga 11 Desember 2022 di Aula Jing Si, Tzu Chi Bandung. Ini merupakan kemah Tzu Chi Indoor yang bertemakan “Bring Happiness Everyday”.