Tzu Ching Camp: Ada Tekad, Ada Hati
Jurnalis : Henry Jusrin (Tzu Ching), Fotografer : Edy Kurniawan, Mikidana Yanuar Budiman (Tzu Ching)
|
| |
Secara nyata mempraktikkan jalan Bodhisatwa Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan Para pemeran drama dan shou yu pun tersenyum lepas. Walau kami tahu, kami belum menampilkan yang luar biasa, tapi kami sudah menampilkan yang terbaik. Tanggung jawab di pundak kami sudah kami lepas. Salah satu sutra Buddha sudah kami tampilkan dan sampaikan maknanya kepada para peserta Tzu Ching Camp VI dan penonton pertunjukan kali ini. Rasa bahagia pun semakin muncul, ketika lagu “Wo De Ming Zi Jiao Yong Gan” (Namaku adalah si pemberani) diputar dengan diiringi video perjalanan drama mulai dari awal hingga usai. Beberapa diantara kami terharu, karena selain drama dan shou yu ini bisa berjalan dengan maksimal, kami juga berhasil mengatasi kesulitan ini. Kesulitan yang membuat kami, para pemain drama dan shou yu, semakin mendalami Dharma Master.
Keterangan :
Langkah Awal, Langkah yang Berat Latihan pada awal-awalnya pun kurang maksimal. Setiap minggu, pemeran yang ikut latihan selalu kurang. Sehingga, efektivitas latihan ini pun berkurang. Banyak yang pesimis, bahwa pementasan ini tidak berjalan dengan maksimal. Banyak yang pesimis bahwa drama ini dapat sekelas dengan Sutra Bakti Seorang Anak (SBSA) yang dipentaskan tahun lalu oleh Tzu Ching sendiri. Sikap pesimis itu terus muncul. Rasa khawatir, ragu, gelisah, terus datang silih berganti di antara pemain drama dan shou yu. Apalagi, setiap minggunya, ada saja pemain yang mundur, atau pindah peran karena kondisi tertentu. Ditambah lagi, kondisi lain-lain yang terjadi di setiap pemain. Sesuatu pun Terjadi Salah satu pemeran drama, yang juga anggota Tzu Ching, Padma, mengajak salah satu rekannya yang bernama Kak Ivan yang sering melatih drama di berbagai Universitas dan kelompok ini untuk membantu mengajarkan drama. Kak Ivan datang dan bersedia untuk membantu agar drama ini berjalan dengan sukses. Lewat tangan hangat dan didikannya yang nyaman inilah, para pemain drama bisa latihan dengan alur yang tepat sesuai dengan cerita. Para pemain drama dilatih ekspresi wajah, tubuh, gesture, dan sebagainya oleh Kak Ivan setiap minggu. Kak Ivan dengan teliti dan sabar, melatih para pemain drama agar bisa tampil dengan maksimal.
Keterangan :
Tapi, bantuan ini tidak lantas membuat kondisi jadi berubah 180 derajat. Kesulitan satu per satu tetap datang, seperti dubbing (rekaman suara) yang belum maksimal. Rasa letih pun terasa karena selain mengikuti drama, juga harus mengatur persiapan Tzu Ching Camp. Rasa kantuk karena latihan yang terus menerus diulang-ulang. Walaupun itu semua terjadi, tapi dibalik kesulitan itu, semua pemain drama dan shou yu tetap bersemangat dan tetap berusaha karena satu prinsip, “Ada tekad, ada hati, tiada yang sulit.” Bulan Pementasan Tiba Keesokan hari, hari pentas itu pun dimulai. Pukul 13.00, di mana saat para peserta sedang menikmati santap siang, para pemain drama sudah bersiap siap. Menyiapkan segala properti dan kostum. Satu per satu pemain drama dan shou yu bersiap. Para PIC (koordinator) terus mondar mandir untuk memastikan bahwa semua telah siap. Waktu demi waktu terus maju, dan pada akhirnya, pementasan itu pun dimulai. Di hadapan para peserta dan relawan yang hadir, kami mementaskan drama dan shou yu “Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan”. Satu setengah jam, kami berakting dan beraksi, menampilkan isyarat tangan yang indah, dan makna cerita yang mendalam di setiap adegan ceritanya. Para peserta dan penonton bertepuk tangan mengakhiri setiap adegan sebagai ucapan selamat atas perjuangan para pemain. Rasa puas, senang, lega, bangga, serta haru bercampur aduk. Kesulitan itu dapat kami atasi. Kesulitan itu dapat kami tempuh dengan cara yang indah. Kesulitan itu, seperti yang dikatakan oleh Master, dapat diatasi jika ada tekad dan hati yang bersungguh sungguh, “ada tekad, ada hati, tiada yang sulit.” |
Artikel Terkait
Memperpanjang Barisan TIMA Medan
29 November 2018Bersamaan dengan HUT TIMA Indonesia ke-16 di bulan November ini, pada Minggu 25 November 2018 sebanyak 66 relawan Tzu Chi Medan mengadakan acara Ramah Tamah TIMA Medan di lantai V Gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Komplek Jati Junction No P1 Medan.

Empati Berlabuh di Hati, Kebajikan Menyertai
01 April 2015 Tangis oma Wiwik meledak keras ketika Ridwan, salah seorang relawan Tzu Chi mencium tangan oma Tanti yang duduk di depan oma Wiwik. Tangis itu adalah tangis nelangsa karena oma Wiwik teringat pada keluarga yang hampir tidak pernah mengunjunginya di Panti Jompo tempat dia dirawat. Air mata Oma Wiwik pelahan surut, ketika sentuhan lembut merangkul pundaknya, menghibur dan membisikkan kata penuh kasih.