Tzu Ching Camp: Belajar dari Kunjungan Kasih

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto

fotoDalam Tzu Ching Camp ini para peserta juga melakukan kunjungan kasih ke rumah para penerima bantuan pengobatan Tzu Chi. Kunjungan kasih ini dapat menumbuhkan rasa cinta kasih kepada sesama.

Suasana terasa hening di ruang serba guna RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Sebanyak 62 muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang tergabung dalam Tzu Ching Camp terlihat begitu antusias memerhatikan relawan Hok Cun yang bercerita tentang pasien-pasien Tzu Chi. Di acara itu Hok Cun berkisah tentang bagaimana perjuangan hidup dan semangat seorang pasien. Bahkan ia juga menceritakan suka dukanya saat mendampingi dua bersaudara Rahmad dan Syarif yang mengalami keterbelakangan mental.

 

Intinya Hok Cun berpesan bahwa kita harus menjalani hidup ini dengan penuh syukur dan menghargai setiap orang sebagai ladang berkah.

Sesudah Hok Cun berbagi kisah, panitia langsung membagi para peserta dalam beberapa kelompok. Erwin, Intan, Sandra, Tuti, dan Jeniffer masuk dalam kelompok 1. Mereka bersama Johny Shixiong pergi mengunjungi pasien penerima bantuan Tzu Chi, salah satunya adalah dua bersaudara Tomy Chandra dan Devi M. Chandra yang mengalami autis (suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa Balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal, Wikipedia). Begitu sampai di rumahnya yang sederhana Tomy dengan riuh menyambut kedatangan Johny dan para Tzu Ching. Tomy yang berpostur tinggi tegap berteriak sambil melambaikan tangan, ia terlihat gembira melihat kedatangan tamu. Edi ayahnya pun begitu ceria menyambut kehadiran Johny dan para Tzu Ching dalam acara kunjungan kasih itu. Saat semuanya berkumpul di ruang tamu, Tomy lantas mendekati Intan, meraih kedua tangan Intan lalu meletakkan tangan Intan di wajahnya seraya mengajak main cilukba.

Kepada para Tzu Ching, Edi menjelaskan Tomy baru diketahui mengalami autis setelah berusia 2 tahun. “Ketika berusia 2 tahun, Tomy tidak merespon apa-apa, setelah diperiksa di rumah sakit oleh dokter kejiwaan baru diketahui kalau Tomy ternyata autis,” jelas Edi. Semestinya Tomy harus menjalani serangkaian terapi, tetapi berhubung keterbatasan biaya maka terapi untuk Tomy tak tuntas dijalankan. Dan Edi mengasuh Tomy dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Selain itu Devi M. Chandra, anak kedua Edi juga mengalami keterbatasan. Meski secara fisik tubuh Devi layaknya anak-anak yang lain, tetapi ia tak mampu untuk melayani dirinya sendiri seperti, makan atau membersihkan diri. Keadaan ini menjadi ujian kesabaran bagi pasangan Edi dan istrinya Hie Siu Tjin. “Anak itu sudah pemberian Tuhan, biar bagaimanapun harus saya terima dan jaga,” kata Edi. 

foto  foto

Keterangan :

  • Sejak kecil Devi (kaus kuning) tidak mampu merawat dirinya sendiri, karena itu ia sangat memerlukan bantuan dari orang-orang di sekitarnya (kiri)
  • Kunjungan kasih membuat para peserta Tzu Ching Camp memahami arti bersyukur dan mencintai (kanan)

Melihat ketegaran Edi dalam menjalani hidupnya, membuat Erwin, Intan, Sandra, Tuti, dan Jeniffer terharu. Mereka bukan saja merasa tersentuh melihat kehidupan Tomy dan Devi, tetapi juga kagum pada sikap Edi dan Hie Siu Tjin. “Mereka orang tua yang tegar dan bertanggung jawab. Melihat mereka membuat saya harus menghargai kasih orang tua. Bahwa sesungguhnya orang tua akan selalu menyayangi anak-anaknya,” aku Intan.

Intan yang berasal dari Bandung merasa kalau kegiatan Tzu Ching Camp yang ia ikuti sangatlah bermanfaat. Di Tzu Ching camp ia tak hanya belajar tentang tata krama, tetapi juga kasih sayang. Dengan mengikuti kegiatan Tzu Ching Camp, Intan merasa menemukan keluarga baru yang saling memberikan perhatian. Bagi Intan mengikuti Tzu Ching Camp merupakan pengalaman yang berharga untuk membina diri. Di acara itu ia belajar untuk bersyukur dan melihat realita kehidupan secara lebih dekat. “Saya merasa mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan ini. Seperti saat kunjungan kasih semula saya masih takut-takut menghadapi Tomy, tetapi ternyata setelah bermain bersama saya baru mengetahui kalau mereka juga butuh kasih sayang,” ungkap Intan jujur.  


Artikel Terkait

Gerak Cepat untuk Korban Gempa Padang

Gerak Cepat untuk Korban Gempa Padang

01 Oktober 2009
Dalam hitungan jam, Tim Tanggap Darurat Tzu Chi segera berkoordinasi untuk mempersiapkan bantuan yang akan diberikan kepada para korban gempa. Pagi ini, pukul 08.50, dipimpin oleh Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi, Adi Prasetio, sebanyak 13 relawan Tzu Chi yang terdiri dari tim medis dan relawan tanggap darurat berangkat menuju Padang menggunakan pesawat Hercules dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Banjir Konawe: Bantuan Langsung Bagi Pengungsi

Banjir Konawe: Bantuan Langsung Bagi Pengungsi

18 Juni 2019

Tzu Chi Indonesia merespon kejadian banjir yang melanda wilayah Konawe, Sulawesi Tenggara dengan memberikan bantuan medis dan paket kebutuhan bagi para pengungsi di wilayah Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pada Senin, 17 Juni 2019.

Kasih untuk Masyarakat Nias

Kasih untuk Masyarakat Nias

01 Juli 2011
Dari tanggal 4 - 6 Juni 2011, 70 orang menjalani operasi katarak dan 180 orang menjalani pemeriksaan THT di Rumah Sakit Stella Maris. Sebuah berkah bagi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan dapat mengikat jodoh yang baik dengan masyarakat di pulau Nias.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -