Tzu Ching Camp: Jodoh yang Baik

Jurnalis : Mikidana (Tzu Ching), Fotografer : Edy Kurniawan, Mikidana (Tzu Ching)

fotoTzu Ching Camp yang keenam ini bertema, "Melihat Dunia dengan Hati". Sebanyak 62 peserta mengikuti Tzu Ching Camp yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 November 2011.

Tanggal 25-27 November 2011 merupakan jodoh baik yang dirasakan oleh muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) dengan 62 peserta yang berasal dari Jakarta, Bandung, Batam, Medan, Pekanbaru, Makassar dan Papua, serta 1 peserta yang berasal dari Malaysia.

Selama mengikuti camp, mereka didampingi oleh 2 pendamping, yaitu 12 mentor besar yang terdiri dari Shigu dan Shibo yang meluangkan waktunya untuk membimbing peserta serta 12 mentor kecil yang terdiri dari para Tzu Ching dimana mereka dapat membantu apabila ada beberapa peserta yang mungkin malu bertanya kepada Shigu dan Shibo.

Tzu Ching Camp kali ini bertema “Melihat Dunia dengan Hati” yang berarti bahwa apabila kita melihat sekitar kita dengan mata hati kita pasti merasakan bahwa semua makhluk hidup di sekitar kita adalah bagian dari diri kita, baik kepedulian dalam pelestarian lingkungan maupun peduli kepada sesama manusia tanpa membeda-bedakan.     

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu membersihkah lingkungan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat (kiri).
  • Pada hari kedua, Tzu Ching juga mengunjungi Aula Jing Si dan Sekolah Tzu Chi Indonesia yang terletak di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. (kanan).

Pada hari pertama pukul 08.30 WIB, registrasi dibuka di depan halaman RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Setiap peserta yang datang diberikan kartu identitas Tzu Ching. Camp kali ini sangat spesial karena tidaklah mudah untuk ikut serta dalam Tzu Ching Camp 6 sebab mereka yang boleh mengikuti camp ini adalah orang-orang yang sudah pernah mengikuti sosialisasi, kegiatan Tzu Chi, dan telah memiliki seragam. Persyaratan–persyaratan ini diterapkan guna untuk menyaring peserta yang benar-benar ingin berkontribusi besar pada setiap kegiatan Tzu Chi dan mendalami visi dan misi Tzu Chi.

Meskipun jumlah peserta lebih sedikit dari tahun kemarin, namun kali ini selama 3 hari peserta mendapatkan banyak acara yang berbeda dari tahun–tahun sebelumnya, seperti materi yang lebih mendalam, kunjungan ke Aula Jing Si yang ada di Pantai Indah Kapuk (PIK) yang dilakukan pada hari kedua, pelestarian lingkungan dimana peserta turun langsung membersihkan sampah–sampah di sekitar Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, pembuatan bio enzym dari kulit buah-buahan, kunjungan kasih ke rumah Gan En Hu dan pementasan drama dari buku “Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan”.

foto  foto

Keterangan :

  • Shela Suparman (kanan) menyampaikan sharingnya di hari ketiga. Ia berkata bahwa setelah pulang ke rumah dan bertemu dengan kedua orang tuanya, ia ingin minta maaf apabila selama ini kurang berbakti kepada mereka (kiri).
  • Camp selama 3 hari 2 malam ini memberikan kesan tersendiri bagi setiap pesertanya (kanan).

Rasa Cinta Kasih dan Kekeluargaan
Ajaran yang universal diajarkan Master Cheng Yen (pendiri Yayasan Budha Tzu Chi) tanpa memandang perbedaaan agama, suku, ras, maupun golongan. Beberapa peserta ada yang menganut agama Islam yang ikut serta sebagai peserta Tzu Ching Camp. Salah satunya adalah Shela Suparman. Ia menyampaikan sharingnya di hari ketiga. Ia berkata bahwa setelah pulang ke rumah dan bertemu dengan kedua orang tuanya, ia ingin minta maaf apabila selama ini kurang berbakti kepada mereka, dan ia pun akan bervegetarian seusai mengikuti Tzu Ching camp ini. ”Saya ingin menyebarkan cinta kasih kepada seluruh masyarakat karena dengan cinta kasih dapat banyak membantu banyak orang,” ujar Shela. Shela juga berterima kasih kepada Master Cheng Yen karena mengajarkan cinta kasih universal tanpa membedakan suku, agama, dan ras.

Peserta lainnya, Handy Purnama juga menyampaikan kesan-kesannya selama mengikuti camp. Awalnya ia diajak ikut Tzu Ching Camp ke-VI ini oleh temannya. ”Kata teman acaranya seru dan saya ingin hadir di acara Tzu Ching Camp 6 ini. Saya sudah menyiapkan baju terbaik, dengan jam tangan dan bersepatu agar terlihat keren di acara tersebut. Tetapi ternyata..., saya terkejut di hari pertama kita disuruh membersihkan sampah dan dilihat oleh orang banyak. Awalnya malu dan ternyata di sini saya sadar bahwa barang mewah tidaklah penting, yang terpenting adalah rasa peduli kepada sesama,” ucapnya. Di sini Handy pun mendapatkan sahabat baru yang tidak pernah terlupakan baginya yaitu Hok Lay Shibo. Handy pun berpelukan dengan Hok Lay Shibo pada saat ia menyampaikan sharingnya. Di sinilah jalinan jodoh yang baik yang dapat mempertemukan setiap individu yang tidak saling mengenal, tetapi karena ada rasa cinta kasih  dan kekeluargaan seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Dalam menghadapi makhluk hidup maupun benda mati, kita harus hadapi dengan sikap hormat, sayang, dan penuh rasa syukur. Kita harus menghargai jalinan jodoh dan berkah.”

 

 


Artikel Terkait

Menginspirasi Kebajikan dan Cinta Kasih

Menginspirasi Kebajikan dan Cinta Kasih

04 Oktober 2022

Meringankan beban masyarakat, Polsek Sukajadi bekerja sama dengan Tzu Chi Pekanbaru memberikan paket sembako dan layanan kesehatan bagi masyarakat di Kec. Sukajadi. Selain mendapatkan paket sembako, warga juga bisa memeriksakan kondisi kesehatannya. 

Lim Lay Nio (Bagian 1)

Lim Lay Nio (Bagian 1)

30 Juli 2009 Jakarta pada tahun 60-an masihlah lengang. Rumah-rumah masih terlihat berjauhan, lebih-lebih jalanannya sepi oleh lalu-lalang kendaraan. Transportasi yang paling banyak waktu itu adalah becak. Becak menjadi transportasi andalan masyarakat Jakarta kala itu. Daerah Glodok sampai Jembatan Dua juga belum terlalu ramai.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -