Tzu Ching Camp: Momen yang Paling Berharga

Jurnalis : Yosephine (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Elysa (Tzu Ching Jakarta)
 
 

foto
"Untuk pertama kalinya, selama 21 tahun hidup di dunia ini, saya mengatakan: ‘Mama, aku sayang mama. Papa, aku sayang papa’, itu merupakan momen paling berbahagia dalam hidupku,” ucap Yosephine.

Saya Yosephine, saya mengetahui adanya Tzu Chi dari televisi, menonton Master Cheng Yen yang sedang berceramah. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMP, walaupun kurang mengenal apa itu Tzu Chi, tapi dengan melihat sekelompok malaikat berseragam biru putih sedang membantu saudara yang membutuhkan, saya bermimpi suatu hari akan pergi ke Tzu Chi dan melakukannya bersama mereka. Bagiku itu mimpi yang mustahil karena yang saya tahu, Tzu Chi hanya ada di Taiwan, tetapi saya tidak pernah berhenti bermimpi.

Ketika kuliah ke Jakarta, saya baru tahu bahwa Tzu Chi juga ada di Jakarta dan adalah sebuah jalinan jodoh yang baik, pada tanggal 25 November 2012, saya berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi mereka di Monas. Akhirnya pada tangal 8 Maret 2013 yang lalu, saya dilantik dan resmi menjadi Tzu Ching, jalinan jodoh itu pun berlanjut hingga sekarang saya mengikuti Tzu Ching Camp VIII.

Di Tzu Ching Camp ini saya belajar banyak. Saya mendengar, saya mengetahui dan saya memahami, saya tidak menyesal ikut Camp ini. Bagi saya, semua sesi yang diberikan itu membuat saya semakin mengenal Tzu Chi, Tzu Ching, dan tentunya Shigong Shangren (Master Cheng Yen). Sesi yang paling berkesan bagi saya itu sesuai dengan tema Camp tahun ini, yaitu: “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini, yang pertama ada lah berbakti dengan orang tua, yang kedua adalah berbuat kebajikan”. Banyak orang selalu beranggapan bahwa berbuat kebajikan itu sulit sekali, bahkan mereka selalu bertanya-tanya,  bagaimana caranya berbuat kebajikan? Sebenarnya berbuat kebajikan itu sangat sederhana, bisa kita mulai dari hal yang paling kecil, misalnya membuang sampah pada tempatnya, membantu mengepangkan rambut  Tzu Ching perempuan, dan lain sebagainya. Bervegetarian juga  salah satu wujud kebajikan, dari sini juga kita belajar berwelas asih, karena kita tidak sampai hati mengonsumsi saudara-saudara kita, karena kita menyayangi mereka, kita tahu bagaimana rasanya jika kita berada di posisi mereka. Mengapa harus berbuat kebajikan? Shigong Shangren selalu berkata: “Satu hari satu kebajikan, akan memperluas jalinan jodoh yang baik”, renungkanlah kalimat itu setiap hari ketika kita berbuat kebajikan, maka secara perlahan kita akan merasakan dan mengerti maksudnya.

Orang tua bagaikan gunung yang kokoh, apapun yang terjadi akan selalu ada untuk kita, menjadi tempat kita bersandar.

Saya selalu mengingatkan teman-teman untuk berbakti dengan orang tua, memotivasi mereka untuk menyampaikan isi hati, dan katakan pada kedua orang tuanya bahwa kalian menyayangi mereka. Oleh karena itu, saya dikenal sebagai sosok seorang anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tua, memotivasi orang lain memang lebih mudah dibandingkan memotivasi diri sendiri. Saya memang berbakti dengan kedua orang tua, tetapi sulit sekali bagi saya untuk mengatakan bahwa saya sayang papa mama. Terdapat keterbatasan jarak yang tidak terlihat antara saya dan kedua orang saya, perasaan itu seperti sebuah batu yang sangat besar dan sangat berat tertimpa di lubuk hati.  

foto   foto

Keterangan :

  •  Mentor kelompok mendampingi peserta yang menangis ketika mengingat kembali perjuangan orang tua (kiri).
  • Tak sedikit peserta camp yang mengambil telepon genggamnya untuk menelepon orang tua mereka dan menyampaikan, “Papa, Mama, Wo Ai Ni” (Papa, Mama, Aku sayang kamu) (kanan).

Setelah mendegar sesi yang dibawakan oleh Sudarno Xuezhang mengenai sutra bakti seorang anak, saya berpikir inilah saatnya, hati saya tergerak dan termotivasi untuk mengatakannya. Akhirnya dengan keberanian yang tak terhingga, saya meraih handphone dan menghubungi kedua orang tua saya. Untuk pertama kalinya, selama 21 tahun hidup di dunia ini, saya mengatakan: “Mama, aku sayang mama. Papa, aku sayang papa”, itu merupakan momen paling berbahagia dalam hidupku. Seketika itu juga, batu yang besar dan berat dalam hatiku berubah menjadi sekelompok awan putih yang terbang bebas di langit biru. Tidak ada lagi ganjalan dalam hati, tidak ada lagi penyesalan, semuanya terasa begitu nyata, begitu bebas dan menyenangkan. Saya juga memohon maaf kepada kedua orang tua karena baru mengatakannya sekarang, tetapi anda tahu apa yang dikatakan kedua orang tua ku? “Tidak apa-apa, kamu tidak harus menjelaskan ataupun menyampaikan semua isi hati mu, papa mama tahu kamu sayang kami, tidak semua perkataan itu harus disampaikan, kami cukup hanya dengan merasakannya”, begitulah besarnya welas asih orang tua kita.

Papa mama selalu mengerti perasaan anaknya, tetapi mengapa kita sebagai anak tidak pernah mengerti perasaan mereka. Ketika dipukul papa, kita beranggapan papa jahat; ketika dimarahi mama kita beranggapan mama cerewet, tapi apakah kita tahu di saat kita dipukul dan dimarahi, sakit yang dirasakan kita itu hanya sakit luar, sebaliknya yang dirasakan papa mama itu sakitnya hingga ke hati mereka. Ada pepatah kuno mengatakan: “Pukul itu adalah sayang, marah itu adalah cinta”, cobalah mengerti hati kedua orang tua kita. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam menyayangi anak-anaknya, apapun caranya itu, percayalah bahwa semua itu merupakan wujud cinta kasih kedua orang tua.

Dulu saya hanya bisa memotivasi teman-teman saya, tetapi ketika mereka berkata bahwa mengatakan sayang itu sulit, saat itu juga saya bingung bagaimana caranya memotivasi mereka, karena saya sendiri belum pernah melakukannya. Tetapi sekarang berbeda, saya mengerti perasaan mereka dan saya tahu bagaimana caranya menumbuhkan keberanian dalam hati mereka. Seperti kata Shigong Shangren: “做就对了!”, JUST DO IT! Jangan berkata bahwa orang tua tidak akan mengerti kata sayang, jangan berasumsi bahwa orang tua akan menertawakan kita ketika kita mengatakan semua itu, kita tidak akan pernah mengetahuinya sebelum kita melakukannya.

Bedakan pernyataan rasa sayang yang kita sampaikan kepada orangtua ketika mereka membelikan kita sesuatu yang kita dambakan, ingatlah bahwa rasa sayang itu harus disampaikan dengan tulus dan sepenuh hati. “Aku sayang kamu” memang merupakan kata yang sangat sederhana, namun ketika kita mengucapkannya dengan sepenuh hati, maknanya luar biasa. Pulanglah ke rumah, genggam kedua tangan orang tua anda, pandangi wajah mereka dengan lekat; seberapa kasarnya tangan mereka seberapa banyak keriput yang timbul di wajah mereka, seberapa banyak rambut putih yang tumbuh di rambut mereka, seberapa lelahnya wajah mereka yang selalu disembunyikan oleh senyumannya yang selalu menghangatkan. Semua itu bukan dikarenakan usianya yang semakin tua, tetapi hanya satu alasan, yaitu anak semata wayangnya. Apabila anda menyadari bahwa andalah penyebabnya, maka janganlah ragu lagi untuk mengatakan “Aku sayang papa, aku sayang mama.”

Melalui Tzu Ching Camp VIII, saya semakin merasakan jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi.  Semoga Teman-teman Camp lainnya juga merasakan hal yang sama, anda semua telah membuka jalinan jodoh ini, janganlah menutupnya kembali pintu jodoh ini dan ajak teman-teman anda lainnya untuk menjadi keluarga besar Tzu Chi. Saya tidak bisa menjanjikan apapun, namun apabila jalinan jodoh ini terus berlanjut, saya bersedia melakukan Tzu Chi dan menjadi bagian dari Keluarga Besar Tzu Chi ini, seumur hidup saya,“我愿生生世世做慈济, 我愿生生世世当慈济人”.

  
 

Artikel Terkait

Keluarga, Kekayaan Hati

Keluarga, Kekayaan Hati

05 Juni 2018
Relawan Tzu Chi bekerja sama dengan PT Samudera Marine Indonesia (SMI) memberikan bantuan Paket Lebaran bagi 1.215 warga kurang mampu di Desa Bojonegara, Serang, Banten pada Minggu, 4 Juni 2018.
Tekad Berbagi Melalui Penuangan Celengan Bambu

Tekad Berbagi Melalui Penuangan Celengan Bambu

20 Oktober 2017

Dengan tekad untuk berbagi, relawan dan warga di sekitar wilayah perkebunan Sei Pelakar, Jambi berkumpul dan menyatukan hati dalam penuangan Celengan Bambu pada Rabu, 11 Oktober 2017.

Membabarkan Dharma di Tengah Ketidakpastian

Membabarkan Dharma di Tengah Ketidakpastian

04 Maret 2021

Tzu Chi Batam mengadakan kegiatan Pemberkahan Awal Tahun 2021. Kegiatan ini diadakan pada hari ke-10 Hari Raya Imlek di Auditorium Pembabaran Sutra, Aula Jing Si Batam. Sebanyak 137 relawan bertugas menggenapi pemberkahan yang istimewa ini.

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -