Tzu Ching Camp VII: Bersatu Tekad

Jurnalis : Deliana Sanjaya, Fotografer : Edy Kurniawan (Tzu Ching ), Juliana Santy, Teddy Lianto
 
 

foto
Sekitar pukul 05.30 pagi barisan biru muda melakukan ritual chao san untuk mengikis kesombongan dan berterimakasih kepada alam.

Tidak terasa sudah hari ketiga. Minggu, 28 Oktober 2012 merupakan hari terakhir kegiatan Tzu Ching Camp VII yang diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Pagi itu, pukul 05.00 WIB, kegiatan dimulai dengan melakukan chao san, berjalan tiga langkah dan bersujud satu kali.

 

Sekitar pukul 09.00 WIB para peserta memasuki fu hui ting yang terdapat di lantai 2. Kegiatan hari itu berfokus pada Tong Yuan, satu tekad. Pagi itu akan di mulai dengan sharing Tzu Ching luar kota mengenai apa yang telah mereka lakukan di daerah mereka dan apa yang akan mereka lakukan atau rancangan kerja para Tzu Ching di daerah mereka masing-masing.

8 IN 1
Pagi itu seperti mengelilingi Indonesia, ada 10 kota yang datang berpartisipasi dalam Tzu Ching Camp VII kali ini, yakni Surabaya, Batam, Bandung, Pekanbaru, Medan, Makasar, Singkawang, Biak, Tangerang, dan Jakarta dan 9 kota diantaranya sharing tentang kegiatan di daerah-daerah mereka. Dimulai dari kota Pekanbaru yang dibawakan oleh ketua Tzu Ching Pekanbaru, Jhonny, dan Kevin Audrino sebagai mantan ketua Tzu Ching Pekanbaru.

Jhonny dan Kevin berbagi kegiatan pengobatan panti jompo yang berjalan di dua misi, misi amal dan pengobatan. Pada awalnya mereka mengikuti kegiatan pengobatan panti jompo dengan shigu shibo. Menghibur para oma opa yang sedang menunggu antrian karena disana hanya ada satu dokter sedangkan ada 50-an oma opa yang mengantri. “Kami mempunyai tekad untuk melakukan suatu perubahan dengan melakukan satu acara hiburan sehingga opa oma bisa teralihkan kerisauan batinnya selama acara menunggu pengobatan ini, jadi acara pengobatan dan hiburan berjalan bersamaan,” tutur Kevin Audrino. Kegiatan pengobatan panti jompo itu menjadi kegiatan rutin mereka setiap bulan.

Tidak kalah menarik kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Ching Batam yang dibawakan oleh Santo sebagai Ketua Tzu Ching Batam dan David, wakil ketua Tzu Ching Batam.  Mereka berbagi pengalaman kegiatan pelestarian lingkungan “Bagai Matahari Tak Terbenam” pada 15 Juli 2012 yang diadakan serempak di seluruh dunia. Tzu Ching Batam melakukan sosialisasi kepada warga-warga dengan memberikan informasi apa itu global warming dan apa yang bisa dilakukan, mereka juga membagikan brosur daur ulang. “ada yang mudah, lakukanlah daur ulang,” ucap Santo. Dari sharing Batam, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa gunakanlah sepasang mata kita utk melihat keadaan lingkungan dan gunakan kedua tangan kita untuk melakukan daur ulang.

foto  foto

Keterangan :

  • Hari ketiga, 28 Oktober 2012, bertemakan satu tekad, Tong Yuan, yang dibawakan oleh Sudarno Shixiong (kiri).
  • Para perwakilan Tzu Ching dari delapan daerah saling berbagi pengalaman melalui laporan kegiatan yang telah mereka lakukan selama tahun 2012 (kanan).

Dari Batam terbang ke Bandung, Ika, Ketua Tzu Ching Bandung beserta Subi, Wakil Ketua Tzu Ching Bandung, dan Mincy juga ikut berbagi kepada teman-teman Tzu Ching pagi itu. Di bandung sendiri, Tzu Ching tengah mengadakan bedah buku yang diadakan setiap hari Rabu jam 19.00 – 21.00. “Tujuan dari diadakannya bedah buku ini adalah untuk memperdalam ajaran Jing Si,” tutur Ika. Tzu Ching Bandung memperkuat landasan atau akar mereka agar dapat lebih mengenal dan tetap berada di dalam jalur sehingga dapat mengurangi kekhawatiran Master Cheng Yen terhadap murid-muridnya.

Sharing hari itu dilanjutkan oleh Tzu Ching yang baru terbentuk, yaitu Singkawang. Deddy, Tzu Ching Singkawang berbagi pengalamannya dengan cara yang sangat menghibur. Tzu Ching Singkawang sendiri melakukan kunjungan panti jompo dan mengajak anak-anak dilingkungannya untuk diajarkan budi pekerti dan pengetahuan lainnya. Dalam kunjungan panti jompo tersebut secara tidak langsung mendidik para anak untuk menghormati dan menyayangi orang tua mereka.

Tidak tertinggal Tzu Ching Tangerang juga berbagi pengalaman mereka. Anthony, Ketua Tzu Ching Tangerang membawakan sharing pagi itu. Di Tangerang sendiri juga berfokus kepada pelestarian lingkungan. Dengan adanya depo pelestarian lingkungan memudahkan Tzu Ching Tangerang untuk secara rutin melakukan pelestarian lingkungan. Kegiatan itu diadakan di minggu ke-4 setiap bulannya. Dengan mengajak para muda mudi untuk bersama-sama melakukan tindakan kecil menyelamatkan bumi, Tzu Ching Tangerang terus bersemangat mengubah sampah menjadi emas dan mengubah emas menjadi cinta kasih.

Kumala Dewi dan Steven sebagai perwakilan dari Surabaya menjelaskan kegiatan yang mereka lakukan. Mereka menceritakan kegiatan baksos kesehatan yang mereka lakukan bersama shigu shibo di wilayah Karang Timur. Pengobatan yang disediakan adalah pengobatan umum, akupuntur, dan perika mata. Kegiatan baksos itu tidak hanya berkisar pada kesehatan fisik, namun mereka juga melakukan pengobatan secara batin melalui pemberian makanan kecil, susu, dan lain-lain kepada anak-anak kecil yang ada disana. Sungguh indah dapat mengobati secara fisik dan batin, menyehatkan fisik dan menenangkan batin para penerima bantuan.

foto  foto

Keterangan :

  • Kelas hari itu ditutup dengan bersama-sama berikrar bervegetarian demi menyelamatkan bumi dan ajaran Master Cheng Yen (kiri).
  • Para peserta Tzu Ching Camp VII menuliskan tekad mereka di kertas berbentuk daun bodhi yang ditempelkan pada bola dunia dengan harapan lahan yang gersang akan kembali hijau bersama tekad para muda mudi Tzu Chi (kanan).

Pada tahun ini, Tzu Ching Camp VII kedatangan empat orang peserta dari Makassar. Salah satu peserta dari Makassar, Nuraisyah begitu bersemangat memberi sharing pada hari itu. “Inilah yang selama pandang yang memakai jilbab, inilah keindahan Tzu Chi sebenarnya, karena tidak ada perbedaan apapun suku, ras, disini kita bersatu!” ujar Nuraisyah dengan penuh semangat. “Tahun ini kami insyallah dapat untuk membuat Tzu Ching di Makasar dan tahun depan kami dapat menampilkan karya-karya kami disini,” tambah Nuraisyah. Tekad yang begitu kuat, Makasar pasti bisa.

Dari Makasar kita beralih ke Medan, Prayugo sebagai Ketua Tzu Ching Medan menutup kegiatan laporan Tzu Ching daerah. Di Medan mereka mengadakan pameran 10 tahun Tzu Chi Medan di salah satu mall di Medan, Tzu Ching Medan mendapat ladang berkah untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang, mereka memperkenalkan Tzu Chi ataupun Tzu Ching lewat kegiatan pameran itu. Mereka juga melakukan kunjungan kasih ke panti jompo. Kita juga diajarkan untuk menghargai waktu, karena sakit, tua, dan mati itu kita tidak tahu kapan waktu itu akan datang, sehingga kita harus menghargai waktu yang ada dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Menyatukan, Memperkuat, dan Menjalankan Tekad
Sesi terakhir pada hari itu yang bertemakan fa xin li yuan, mengajak seluruh Tzu Ching untuk berikrar bersama-sama. Sudarno shixiong menceritakan bagaimana keadaan bumi sekarang. Sudarno shixiong mengundang Hasan dan saya, Deliana (Ketua dan Wakil Ketua Tzu Ching Jakarta) untuk mengajak para Tzu Ching berikrar. Mereka melaporkan kegiatan yang telah dilakukan di tahun 2012 dan rencana kegiatan di tahun 2013 yang mana akan mengumandangkan vegetarian kepada para muda mudi Tzu Chi melalui program yang diberi nama WAVES (We Are Vegetarian and Earth Saviors). Tidak membuang waktu yang diberikan,  kami dengan begitu semangat dan tanpa ragu mengajak seluruh peserta Tzu Ching Camp VII untuk berikrar, bersatu tekad untuk bervegetarian demi menyelamatkan bumi, kesehatan dan ajaran Master Cheng Yen. Sekitar 10 menit, para peserta Tzu Ching Camp VII menuliskan tekad mereka untuk bervegetarian, walaupun tidak seumur hidup, ada yang satu hari bervegetarian, tiga hari dalam seminggu bervegetarian, dan lain-lain, namun mereka tetap mengambil langkah berani dan berikrar untuk ikut menyelamatkan bumi melalui vegetarian. “saya akan terus bervegetarian seumur hidup, bahkan kehidupan mendatang tetap bervegetarian,” ujar Diana, Tzu Ching Medan, dengan penuh semangat dan tanpa ragu mengobarkan ikrar bervegetarian di hadapan teman-teman Tzu Ching lainnya.

Setelah selesai menulis ikrar di daun Bodhi yang telah disediakan, mereka per kelompok maju ke depan dan menempelkan daun bodhi tersebut di sebuah bola dunia yang dibuat oleh para panitia berbahan rotan. Dengan harapan, bumi yang sudah kering dan gersang dapat hijau kembali dan sembuh dari sakitnya. Tzu Ching bersama-sama menyatukan dan menjalankan tekad untuk bervegetarian menyelamatkan bumi dan menyayangi seluruh kehidupan yang telah ada di bumi. “Go Tzu Ching, Go Vegetarian!”

  
 

Artikel Terkait

Perumahan Cinta Kasih Tadulako yang Menghapus Kesedihan Warga Palu

Perumahan Cinta Kasih Tadulako yang Menghapus Kesedihan Warga Palu

05 Maret 2019

Lebih dari lima bulan sudah, warga Palu, khususnya yang rumahnya hancur karena gempa, tsunami, dan likuifaksi terpaksa tinggal di tempat sementara. Menjawab harapan warga untuk dapat kembali tinggal di rumah yang layak, kemarin, Senin 4 Maret 2019, peletakan batu pertama Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako 1 dan 2 akhirnya terlaksana.

Satu Langkah Menuju Kesembuhan

Satu Langkah Menuju Kesembuhan

12 Desember 2018
Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas bekerja sama dengan Korem 121/ABW Sintang merencanakan pelaksanaan operasi katarak pada bulan Desember 2018 di kota Sintang, Kalimantan Barat. Proses persiapan dimulai dengan melakukan survei bagi calon pasien di 3 kabupaten.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -