Tzu Ching Camp VII: Menguatkan Barisan

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

fotoPara Tzu Ching menempelkan daun ikrar untuk bervegetarian di bola dunia.

Euforia kegembiraan berbagi pengetahuan dalam dunia Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) terasa kental di acara Tzu Ching Camp 7 yang diadakan di Aula Jing Si lantai 2 dari tanggal 26-28 Oktober 2012. Di penghujung kegiatan, tanggal 28 Oktober 2012, para muda-mudi Tzu Chi kembali saling berbagi pengalaman di kota mereka masing-masing. Sebanyak 186 orang peserta dari berbagai penjuru Indonesia memadati ruang Jing Si Da Ting.

Dalam sesi ini, para Tzu Ching Jakarta mengajak para Tzu Ching dari seluruh pelosok Indonesia untuk ikut menyukseskan program Waves (We Are Vegetarians and Earth Saviors) di kota mereka. Waves sendiri bertujuan mengajak para muda-mudi Tzu Chi untuk bervegetarian, menjaga bumi, dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, seperti hemat dalam penggunaan air dan listrik, serta semakin peduli terhadap sesama makhluk dan juga mulai menggunakan produk ramah lingkungan.

Jalinan Jodoh yang Unik
Selain program Waves, para Tzu Ching juga diajak untuk dapat bersumbangsih bagi dunia. Seperti misalnya Rudi Hartono dan Hariyanto atau akrab disapa dengan Akuang. Pertalian jodoh Rudi dan Akuang terbilang cukup unik. Sebab dari kota yang berbeda mereka dipertemukan dalam sebuah jalinan rantai jodoh yang unik. “Ketika masih bekerja di kantor yang lama, saya yang dari daerah dapat sekantor dengan Sucipto yang kebetulan adalah Tzu Ching. Dari dia, saya bergabung di Tzu Ching. Tidak lama kemudian, saya pun mengajak Akuang yang juga tertarik dengan Tzu Chi untuk bergabung,” terang Rudi.

Pertalian jodoh ini membuat Rudi yang jarang ke wihara untuk berdoa menjadi yakin untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa. ”Karena setiap hari mendengar Ceramah Master cheng Yen. Ada semacam kekuatan yang memberikan rasa keyakinan pada diri ini jika jalan inilah yang harus saya jalani,” ujar Rudi dengan yakin. Keyakinan Rudi cukup beralasan karena dirinya yakin Tzu Chi telah menanamkan benih-benih kebaikan kepada para remaja di setiap universitas. ”Sekarang Tzu Chi telah menanamkan benih-benih kebajikan kepada generasi muda melalui kegiatan Tzu Ching. Dengan adanya Tzu Ching di setiap universitas otomatis dari satu benih dapat menjadi seribu benih yang kelak akan tumbuh para pelajar yang berperilaku baik, bijak, dan bersahaja,” ungkap Rudi.

Sama seperti Rudi, Akuang juga merasa dengan adanya Tzu Ching masuk ke setiap universitas, kebencian dan dendam dalam kehidupan pelajar dapat perlahan tersapu bersih dengan aliran jernih cinta kasih yang disebarkan oleh relawan Tzu Ching. “Jika dalam pendidikan kita hanya mendapatkan pengetahuan, di Tzu Chi kita mendapat pengetahuan, pembinaan diri dan pelajaran etika serta sopan santun yang kini semakin merosot. Saya yakin dengan adanya Tzu Ching permasalahan ini dapat dihilangkan,” ucap Akuang dengan yakin.

foto   foto

Keterangan :

  • Andrew (tengah yang mengenakan seragam Tzu Ching) merasa bersyukur pada hari ini dapat membantu teman-teman Tzu Ching dalam menyukseskan Tzu Chin Camp 7 (kiri).
  • Rudi (berkacamata) dan Hariyanto yang bergabung ke Tzu Ching merasa yakin telah berada di jalan yang benar karena jalan ini telah dipraktikkan langsung oleh Master Cheng Yen (kanan).

Roda yang Terus Berputar
Dalam acara ini turut hadir Andrew Iskandar, relawan Tzu Ching sekaligus anak asuh Tzu Chi. Dalam kegiatan ini Andrew bertugas sebagai kepala bagian akomodasi. Andrew yang semasa kecil hidupnya dalam dunia serba kecukupan berubah 100% setelah kasus penipuan yang dialami oleh ayahnya pada tahun 2005 lalu. Jika dulu untuk pergi ke sekolah ia selalu diantar dengan menggunakan mobil, kini untuk bersekolah ia harus menggunakan angkot (angkutan kota).

Perubahan hidup ini tidak membuat semangat anak berusia 19 tahun ini semakin terpuruk. Justru di saat peristiwa kelam itu terjadi, rasa gotong royong dan saling mengasihi dalam keluarganya semakin kuat. Andrew dan kedua kakaknya mulai memberikan les pelajaran kepada anak-anak sekolah dasar (SD) yang tinggal di sekitar rumahnya. Setiap hari Senin hingga Jumat, pada pukul 15.00 WIB, sehabis pulang sekolah Andrew mulai mengajar hingga pukul 21.00 WIB.

Mellihat bagaimana keluarganya saling bahu membahu untuk bangkit, hati ayah Andrew semakin terharu. “Papa merasa musibah yang dialaminya memberikan sebuah hal yang positif. Karena jika anak-anaknya tidak mengalami fase ini. Kemungkinan ketika dewasa, kami akan menjadi manja dan tidak mandiri. Karena itu, Papa merasa bersyukur telah diberikan cobaan yang justru membuat keluarga kami semakin bersahaja,” kata Andrew yang kini berkuliah di Universitas Tarumanegara semester 5.

Andrew yang merupakan Wakil Ketua Tzu Ching Tangerang ini juga ingin menguatkan barisan Tzu Ching di setiap kampus. Kini, ia dan beberapa Tzu Ching Tangerang mulai menyebarkan keindahan kelompok Tzu Ching hingga ke kampus-kampus di Tangerang, seperti UPH, UMN, dan Yayasan Pendidikan Dharma Putra. Melihat para remaja Tzu Chi yang terus berkarya, menyebarkan cinta kasih hingga ke pelosok daerah membuat hati ini terasa tenang. Karena dengan adanya niat baik di setiap daerah maka akan timbul berbagai bunga teratai bermekaran di setiap sudut dunia dan dunia ini akan menjadi tanah suci yang penuh dengan cinta kasih dan bebas dari kekeruhan.

  
 

Artikel Terkait

Survei Pembagian Beras di Singkawang

Survei Pembagian Beras di Singkawang

09 November 2011 Tidak hanya itu, sosialisasi yang dilakukan juga bertujuan untuk menepis anggapan bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi hanya untuk umat agama tertentu dan etnis tertentu. Inilah pentingnya soasialisasi.
Waisak 2019: Bersatu Hati Berdoa Bersama

Waisak 2019: Bersatu Hati Berdoa Bersama

20 Mei 2019

Bertempat di Lapangan Vihara Buddha Dharma Biak, Relawan Tzu Chi Biak melaksanakan Doa Jutaan Insan dalam rangka perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia.

Dua Hal yang Tidak Bisa Ditunda

Dua Hal yang Tidak Bisa Ditunda

26 Maret 2015

Pada hari itu sebanyak 83 warga datang untuk mendonor, namun setelah melalui pemeriksaan hanya 58 warga yang dapat mendonorkan darahnya.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -