Tzu Ching Camp VII: Sebarkan Semangat
Jurnalis : Juliana Santy, Metta Wulandari, Martha Khosyahri (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Edy Kurniawan (Tzu Ching ) dan Metta Wulandari
|
| ||
Kaum Muda Pembawa Harapan Sebut saja Deasy Smas, salah satu peserta kelahiran Biak, yang kini sedang menempuh pendidikan Hukum di Sekolah Tinggi Hukum Pasundan Sukabumi, Jawa Barat. Tzu Chi bukanlah hal yang asing lagi baginya karena ayahnya yang tinggal di Biak, kerap kali bercerita kepadanya mengenai Tzu Chi. Ayahnya, Decky Smas yang merupakan salah satu relawan aktif di Biak ini pun mendukung Deasy untuk ikut Tzu Ching Camp. Keikutsertaan Deasy pun karena ia diajak oleh seorang Tzu Ching yang menjadi koordinator Tzu Ching Camp ke-VII ini yaitu, Chandra Ferdinand, yang juga berasal dari Biak, “Saya senang saya dapat pengalaman baru, terus saya bisa belajar banyak. Saya kalau kuliahnya sudah beres, saya akan pulang ke Biak, saya akan kerja dan mengumpulkan relawan yang banyak seperti papa, saya juga pasti bisa mengumpulkan muda-mudi dari papua,” ucapnya dengan penuh keyakinan. Lain lagi dengan Deasy, namun ia memiliki tekad yang tak kalah kuat, ia adalah Nuraisyah yang kerap di sapa Icha, ia adalah anak asuh Tzu Chi di Makassar. Ia datang bersama dengan 4 orang temannya. Kedatangannya ke Jakarta yaitu untuk memenuhi satu harapan, yakni membentuk Tzu Ching yang belum berkembang di Makassar. “Karena Shigu-Shibo mengatakan di daerah lain sudah ada Tzu Ching, tapi cuman Makassar yang belum, jadi saya merasa ingin sekali mewujudkan mimpi dari Shigu-Shibo,” ucapnya.
Keterangan :
Bagi gadis kelahiran tahun 1992 yang kini menempuh pendidikan di Universitas Negeri Makassar ini, untuk mengikuti Tzu Ching Camp ia harus membuat sebuah pilihan yang membuatnya untuk pertama kalinya tak dapat merayakan lebaran bersama keluarga. Karena tekadnya untuk membentuk Tzu Ching Makassar ia pun rela dan ikhlas tak merayakan bersama keluarga. Semangat yang tinggi ia rasakan, namun begitu sampai di Jakarta dimana panitia tengah melakukan berbagai persiapan, mereka pun diajak untuk ikut membantu menyiapkan ruangan kamar untuk tidur peserta. Hal tesebut sempat membuatnya merasa kesal diawal, “Sebenarnya ada perasaan kesal awalnya dan kami berpikir, kami kan peserta, kok malah disuruh-suruh? Tapi kami kemudian menyadari bahwa inilah Tzu Ching, kita kesini untuk belajar, untuk pelatihan, bukan untuk tidur saja, jadi benar-benar merasa menikmati,” jelasnya. Selama 3 hari 2 malam di kegiatan Tzu Ching Camp, Icha dan kawan-kawannya tak merasa risih dengan perbedaan yang ada. Sebelum mengikuti Camp di hari pertama, ia pun bersama teman-temannya pergi ke sebuah Mesjid untuk menjalankan sholat Idul Adha. Saat kebaktian pagi dan Chao Shan di camp, mereka pun mengikuti dari belakang, ia merasa tak ada masalah dengan perbedaan tersebut karena ia yakin Tzu Chi tak mengenal perbedaan, Tzu Chi adalah Cinta kasih universal, dan ia yakin walaupun saat kebaktian, apapun kepercayaan yang dianut, setiap orang dapat merepresentasikannya dengan kepercayaannya masing-masing. Sosok Master Cheng Yen pun menginspirasinya, “Master aja hidup kekurangan, tapi beliau masih mau dan bisa berbagi dengan yang lainnya, jadi Master itu sosok yang sangat menginspirasi karena mana mungkin orang miskin bisa bantu orang lain? Padahal sebenarnya juga bisa bantu bukan hanya materi, tapi melalui tenaga, dan hal lainnya.” Dari sana ia pun bertekad, di tahun depan ia dapat kembali lagi dalam camp dan berbagi kisah mengenai apa yang sudah Tzu Ching Makassar lakukan, “Walaupun Cuma berempat, mudah-mudahan bisa terlaksana,” ucapnya yakin.
Keterangan :
Satu Barisan yang Semakin Mantap dan Besar “Kali ini, di camp ini Tzu Ching berasal dari beberapa kota, jadi Shigu berharap semoga apa yang kalian pelajari di sini, semangat apa yang kalian dapatkan di sini, bisa kalian bawa pulang ke tempat masing-masing, kemudian kembangkanlah Tzu Ching di sana, ajaklah teman-teman baru bergabung dengan Tzu Ching. Tahun depan Tzu Ching pasti akan menjadi satu barisan yang semakin mantap, semakin besar, dan tentu saja, itu tidak terlepas dari bimbingan Shigu-Shibo,” tutur Su Mei Shigu dengan penuh senyum di wajahnya. Ia pun kembali menambahkan, “Shigu berharap cinta kasih ini bisa kalian bawa pulang, bisa kalian kembangkan, karena Tzu Ching adalah generasi penerus di Tzu Chi, jadi kelak kalianlah yang akan melanjutkan semua misi-misi Tzu Chi ini. Shigu-Shibo di sini juga selalu berharap Tzu Ching cepat-cepat dewasa, jadi setelah kalian dewasa, kalian bisa melanjutkan kerja dari Shigu-Shibo dan berharap kalian bisa meneruskan pekerjaan itu dengan penuh cinta kasih dan semangat.” Setiap orang menaruh harapan, setiap orang membangun tekad di dalam dirinya. Seperti pesan yang disampaikan oleh Su Mei Shigu, semoga semangat ini dapat terus berlanjut di setiap daerah dan Tzu Ching pun dapat berkembang hingga seluruh wilayah di Indonesia. Jia You Tzu Ching! You Ni Men Zhen Hao. | |||
Artikel Terkait
Meluruskan yang Salah Menjadi Benar
16 November 2011 Hendry Zhou, relawan Tzu Chi yang membawakan materi saling mewariskan ajaran Jing Si ini mengatakan jika Master Cheng Yen pernah mengatakan, “Asalkan ada jodoh yang dalam, tidak takut jodoh itu datang terlambat. Asalkan ketemu jalan, tidak takut jalan itu jauh.”Bersukacita di Kelas Budi Pekerti
28 September 2016Siswa Belajar Bersatu Hati dan Menjalin Keharmonisan
17 September 2013Pada tanggal 23 agustus 2013 merupakan sebuah hari yang penuh dengan semangat, sekolah Sekolah Dasar Tzu Chi Indonesia menyelenggarakan kegiatan hari olahraga.