Tzu Ching Kamp 2014
Jurnalis : Elysa (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Clarissa, Deliana, Rudy DarwinTzu Ching kamp 2014 ini diadakan di Aula JIng Si, Pantai Indah kapuk, Jakarta Utara, dengan total peserta sebanyak 84 Tzu Ching.
Pada tanggal 5-7 september 2014, Tzu Ching mengadakan Kamp Kepengurusan Tzu Ching se-Indonesia di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Pendaftaran dimulai pada hari Jumat sore, setelah semua peserta berkumpul dan berkenalan dengan kelompoknya masing-masing, kami bermain games perkenalan. Games ini bertujuan agar pada Tzu Ching dapat berkenalan tidak hanya dengan kelompoknya saja tetapi dengan kelompok yang lain juga.
Hari kedua dimulai dengan mengikuti xun fa xiang, lalu ada sharing dari Marissa xuejie tentang awal mengikuti xun fa xiang ini. Pada awalnya Marissa masih mengantuk mendengarkan ceramah yang dimulai pukul 5.40 pagi, dan pernah suatu kali juga ketiduran ditengah ceramah. Namun sekarang sudah dibuat group chat untuk membahas inti sari yang akan dibuat secara bergiliran dan dapat saling sharing tentang apa yang didapat atau pun yang ingin ditanyakan.
Kemudian dilanjutkan dengan sharing dari Hendry xuezhang tentang semangat Jing Si. Kata Jing Si adalah merenung dalam keheningan yang menjadi semangat-semangat dasar di dalam Tzu Chi. Kata Jing Si ini didapat oleh Shigong Shangren (Master Cheng Yen) pada saat meninggalkan rumah. Saat sedang menunggu bus ada sebuah majalah Buddhist yang didalamnya ada kalimat bahwa Buddha bermeditasi dalam keheningan ( Jing Si), Shigong Shangren merasa arti kata tersebut sangat bagus, maka beliau mengambil nama tersebut untuk di pakai. Dalam sesi ini juga dijelaskan mengenai berbagai produk Jing Si mulai dari lilin, sabun, cereal, nasi Jing Si, dan lainnya.
Berbagai games diadakan agar dapat membangun keakraban dan kekompakkan dari setiap perserta kamp.
Setelah sharing dari Hendry xuezhang, Liu Su Mei shigu juga datang sharing kepada kita. Dalam Talkshow ini shigu menceritakan bagaimana awalnya beliau menjadi relawan Tzu Chi, bagaimana ia menjadi seorang ketua Tzu Chi. Dan memberikan pesan kepada kami, kita harus bersandar kepada Dharma jangan kepada orang. Kita datang ke Tzu Chi karena belajar dengan Tzu Chi jangan karena hanya satu atau dua hal yang membuat kita menjadi kesal kita langsung meninggalkan Tzu Chi. Jadi kita harus ingat kita di Tzu Chi ini karena kita mau belajar Dharma dengan Master Cheng Yen.
Kemudian dilanjutkan dengan sharing dari Sudarno Xuezhang. Dalam sesi ini, Sudarno xuezhang meminta kita untuk mengingat tentang kebaikan-kebaikan orang tua dengan relaksasi, kami (para peserta camp) diminta untuk melupakan segala rasa benci ataupun dendam kepada orangtua. Setelah itu kami berpindah tempat ke lapangan didepan gedung Gan En untuk sharing kelompok sambil menikmati kue bulan dengan ditemani oleh sinar bulan meski hanya sebentar karena gerimis.
Pada hari ketiga, dari masing-masing kota memberikan laporan tentang kegiatan yang dilakukan dalam satu tahun terakhir. Kota-kota yang memberikan laporan adalah Medan, Pekanbaru, Batam, Jakarta, Bandung, Makassar, dan satu yang istimewa adalah dari Palembang. Relawan Palembang bukanlah memberikan laporan, tetapi meminta dukungan dari kota-kota yang lain karena ingin membuat Tzu Ching di kota tersebut dengan langkah awalnya ingin membuat sosialisasi dan pengadaan kegiatan untuk muda mudi disana.
Menambah keakraban seperti keluarga, Tzu Ching dan papa mama Tzu Ching berkumpul di lapangan sekolah dalam kegiatan sharing kelompok dan makan kue bulan bersama.
Kemudian dilanjutkan dengan sharing dari Jisou shibo, tentang Wisdom Life GPS. Shibo menjelaskan bahwa tujuan kita dari lahir sampai meninggal itu sebenarnya adalah belajar, belajar untuk meningkatkan jiwa kebijaksanaan yang dapat memberikan kebahagiaan dan ketenangan. Wisdom Life GPS di bagi menjadi tiga, yaitu pandangan kosmologi tentang alam semesta yang besarnya sampai sekarang tidak terhingga tapi bisa dikalahkan ego manusia yang lebih besar, pandangan dunia tentang 5 tren kehidupan yaitu ageing, power shift eastward, koneksi sedunia, grin technology dan environmental crisis, dan yang terakhir adalah pandangan kehidupan tentang apa yang akan kita pilih hidup untuk bekerja atau bekerja untuk hidup.
Setelah sharing dari Jisou shibo, Hasan selaku ketua Tzu Ching se-Indonesia memberikan arahan kepada semua kota tentang apa yang akan dilakukan dalam setahun kedepan. Dan setelah itu, sampailah pada acara penutupan, bertepatan pada hari jadi Tzu Ching Indonesia maka dilakukan juga perayaan kecil-kecilan untuk memperingati hari jadi yang ke-11 dan masing-masing perwakilan dan para xuezhang-jie juga tidak lupa untuk mengucapkan harapannya untuk Tzu Ching se-Indonesia.
Semoga dengan adanya camp ini, barisan Tzu Ching dapat bertambah panjang dan dapat lebih berkembang lagi dimasing-masing kota.
Sebanyak 4 relawan Palembang datang ke kamp ini untuk belajar mengenai apa itu Tzu Ching dan berharap dapat mendirikan Tzu Ching di wilayahnya.
Artikel Terkait
Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya
25 Agustus 2015Pertama kali mengikuti Tzu Ching Camp, Fatah dipenuhi dengan semangat. Setelah camp ini, ia ingin menerapkan apa yang sudah ia pelajari selama camp dan bergabung dalam barisan relawan Tzu Ching.