Ulambana yang Sesungguhnya

Jurnalis : Budianto, Mina (Tzu Chi Batam), Fotografer : Budianto (Tzu Chi Batam)
 
 

fotoTanggal 15 Agustus 2010, Tzu Chi Batam mengadakan acara Bulan Tujuh Penuh Berkah yang dihadiri oleh 300 orang lebih peserta.

Dalam komunitas Tionghoa, setiap bulan tujuh lunar disebut “Bulan Hantu”. Mereka mengira itulah saatnya pintu neraka dibuka, karenanya mereka harus menpersembahkan daging dan banyak makanan, juga membakar uang kertas untuk memohon keselamatan. Selama ini orang-orang hidup dalam kepercayaan yang keliru. Maka beberapa tahun belakangan ini, Kantor Pusat dan Perwakilan Tzu Chi di seluruh dunia mengadakan acara Bulan Tujuh Penuh Berkah. Begitu pula dengan Kantor Perwakilan Tzu Chi Batam.

Pada tanggal 15 Agustus 2010, relawan Tzu Chi Batam mengundang masyarakat untuk menghadiri acara ini, agar masyarakat bisa memahami arti Ulambana yang sesungguhnya, membangun konsep kepercayaan yang benar.

Karenanya, dua minggu sebelum acara, para relawan telah berlatih drama pendek tentang merayakan Ulambana yang benar. Sehari sebelum acara, tim pelaksana melakukan tugas dengan baik, dari panggung, billboard budaya humanis dan lain-lain, semuanya mencerminkan kesungguhan hati para relawan.

Memuji dan Menghormati Triratna
Tanggal 15 Agustus 2010, pukul 13.30 WIB, seluruh perserta memasuki ruangan dengan diiringi pujian nama Buddha. Para peserta dan relawan Tzu Chi di bawah iringan musik “Zan Yang San Bao” (Memuji dan MenghormatiTriratna) dengan hati yang tulus mempersembahkan lilin, bunga dan buah kepada Buddha, lalu beranjali dan berdoa, menampilkan rasa hormat yang paling dalam kepada Buddha dan para leluhur. Hari itu, peserta yang hadir berjumlah 300 orang lebih.

Di awal acara, pembawa acara mengucapkan terima kasih pada para peserta yang telah hadir, beryukur bisa berkumpul bersama, bersama melakukan kebajikan dan mengembangkan cinta kasih agar tercipta masyarakat yang damai dan sejahtera. Pada kesempatan itu, relawan juga memperagakan bahasa isyarat tangan “Gan Xie Tian, Gan Xie Di (Terima Kasih Langit dan Bumi)”, agar semua orang bisa memahami bahwa kita hidup di dunia ini harus saling mendukung terhadap segala hal dan orang lain juga harus dengan hati yang penuh syukur.

foto  foto

Ket : - Para peserta dan relawan Tzu Chi di bawah iringan musik “Zan Yang San Bao” (memuji dan                menghormati Triratna)” dengan hati yang tulus mempersembahkan lilin, bunga dan buah kepada                Buddha, lalu beranjali dan berdoa. (kiri)
        - Relawan membimbing para peserta naik ke panggung, membungkukkan badan 90º pada Rupang            Buddha, beranjali dan berikrar. (kanan)

Merayakan Ulambana dengan Kepercayaan yang Benar dan Bervegetarian

Dalam acara ini, panitia menampilkan Ceramah Master Cheng Yen tentang Bulan Tujuh demi mensosialisasikan kepercayaan yang benar dalam merayakan Ulambana kepada para peserta, agar mereka memahami mengapa bulan tujuh lunar adalah bulan penuh syukur, penuh berkah, dan penuh sukacita.

Selain itu, para relawan juga menampilkan drama pendek tentang bagaimana merayakan Ulambana dengan kepercayaan yang benar dan juga tentang kegiatan pelestarian lingkungan. Dramanya bercerita tentang Mijie yang sangat percaya pada pandangan yang keliru, dimana saat bulan tujuh lunar tiba, ia mengajak putrinya pergi sembayang ke kelenteng dengan membawa persembahan daging dan makanan. Mijie berdoa pada para dewa, bulan depan anaknya akan ujian,  dan berharap para dewa bisa membuat putrinya lulus ujian dan mendapat rangking 1,  sehat, dan doanya selalu terkabul. Setelah ujian, putri Mijie memang memperoleh rangking 1, tetapi dari belakang.

Karena kepercayaannya yang keliru, agar anaknya menjadi lebih pintar dan sehat, Mijie membunuh babi dan mengambil otaknya untuk dimasak agar menambah kepintaran putrinya. Ia juga memasak kaki babi untuk menambah kekuatan kakinya. Tetapi bukannya memperoleh nilai yang tinggi, justru kolesterolnya yang menjadi tinggi. Setelah itu, para relawan mengunjungi Mijie, menjelaskan arti sesungguhnya Ulambana. Drama ini mengajarkan kita harus menjalani kehidupan dengan kepercayaan yang benar, mengubah pandangan yang keliru, giat melakukan pelestarian lingkungan dan juga bervegetarian.

foto  foto

Ket : -Peserta ke bagian Qing Fa untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam. (kiri).
         - Para peserta menuangkan uang dari celengan bambu ke dalam gentong besar, bagaikan aliran cinta             kasih yang mengalir ke Tzu Chi. (kanan)

Tzu Chi melakukan pelestarian lingkungan sudah berjalan selama 20 tahun lebih. Master Cheng Yen mengimbau bahwa untuk melestarikan lingkungan harus dengan menjaga kebersihan dari sumbernya— rumah masing-masing. Zhou Bao Zhu Shijie, seorang relawan Tzu Chi Batam, giat melakukan pelestarian lingkungan di rumah. Zhou Bao Zhu Shijie bercerita, bagaimana ia mengurangi sampah dengan membawa tas sendiri saat ke pasar. Ia juga menerangkan bagaimana membuat enzim dari kulit buah, yang dapat digunakan untuk membersihkan kotoran di lantai dan juga bisa untuk membersihkan kotoran yang berminyak.

Di akhir acara, seluruh peserta dengan tulus berdoa bersama. Setelah itu, peserta ke bagian Qing Fa untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam, juga ada bagian celengan bambu. Terlihat para peserta menuangkan uang dari celengan bambu ke dalam gentong besar, bagaikan aliran cinta kasih yang terus mengalir ke seluruh dunia.

  
 
 

Artikel Terkait

Wujud Kepedulian Terhadap Anak Bangsa

Wujud Kepedulian Terhadap Anak Bangsa

17 Mei 2009 Panas terik matahari yang memanggang di atas kepala, tidak menghalangi kegembiraan dan keceriaan siswa-siswi SMP Al Muttaqin atas peresmian gedung baru sekolah mereka. Gedung yang pembangunannya dimulai pada 13 April 2008 ini, akhirnya rampung dan siap untuk digunakan.
Pembinaan Diri ke Luar

Pembinaan Diri ke Luar

31 Juli 2018
“Sutra Makna Tanpa Batas mengajarkan kita metode pembinaan diri keluar,” papar Hok Lay yang menjadi pembicara acara Bedah Buku Sutra Wu Liang Yi Jing di komunitas relawan Tzu Chi tepatnya di Pluit Gan En. Bedah buku ini dihadiri oleh 40 peserta, baik relawan maupun masyarakat umum.
Bahagianya Maya Terbebas dari Katarak

Bahagianya Maya Terbebas dari Katarak

23 November 2020

Maya Fauziah (15), salah satu pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi  yang berhasil ditangani oleh tim dokter TIMA Indonesia pada tahun 2016. Setelah 5 tahun berlalu, kehidupan Maya kini dipenuhi kebahagiaan setelah terbebas dari katarak. 

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -