Uluran Kasih Sayang

Jurnalis : Deliana Sanjaya, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Dengan menghormati dan senyuman hangat para relawan memberikan paket kebakaran kepada para korban kebakaran 28/09/12.

 

 “Dua hari sebelum kejadian tuh perasaan udah nggak enak, udah punya firasat gitu.” Ucap Ibu Ika, salah satu korban bencana kebakaran.

Ricuh warga kelurahan Mangga Besar pukul 10.30 pagi, 28 September 2012, disebabkan oleh kobaran api yang menyala secara tiba-tiba dari arah mess Gereja yang berada tepat di belakang pemukiman warga. Sibuk memadamkan api, para warga tak sempat menyelamatkan harta benda yang mereka miliki, “Kartu Keluarga, KTP, seragam sekolah,  kulkas, TV, semua habis…,” terang ibu Ika (67), salah satu korban kebakaran. Tanpa memikirkan harta benda, para warga bergotong royong memadamkan api yang mulai berkobar dan menjalar liar menuju pemukiman warga.

Setiap harinya, Ibu Ika bekerja sebagai pengumpul botol-botol kemasan air minum untuk membantu ekonomi keluarganya. Rumahnya yang bertingkat dua kini hanya tinggal dinding pembatas yang juga legam terkena sapuan api. Saat kejadian Ibu Ika masih berada di kampung halamannya, Tasikmalaya, untuk mengunjungi saudaranya.  Saat itu dirinya tidak menyangka bahwa kebakaran yang 27 tahun lalu pernah menyambangi kediamannya kini akan terjadi lagi, namun dirinya juga telah merasakan satu firasat pada dua hari sebelum kejadian. Tak banyak yang diinginkan Ika, dirinya hanya ingin membangun kembali rumah warisan keluarganya tersebut dan kembali hidup normal dengan keluarga besarnya. “Gak banyak yang dipengenin, cuma pengen bisa bangun (rumah) lagi biar anak-cucu bisa tidur tenang lagi,” ujarnya.

Siang itu, 2 Oktober 2012, barisan relawan mulai berdatangan dan mendirikan tenda bantuan serta meletakkan bendera Tzu Chi di salah satu sisinya. Beberapa relawan sibuk mengeluarkan dan menyusun paket bantuan, adapula yang memasukkan beberapa air kemasan ke dalam plastik, bantuan terpal juga telah disusun secara rapi.

foto  foto

Keterangan :

  • Para perwakilan Tzu Chi, Kapolres, dan RT setempat menyerahkan secara simbolis bantuan kebakaran kepada warga kelurahan Mangga Besar (kiri).
  • Setelah tiba di rumah masing-masing para keluarga segera membuka paket kebakaran dan memilah-milah barang sesuai dengan fungsinya dengan hati bersyukur dan gembira (kanan).

Tepat pukul 10 pagi, relawan mulai bergerak ke rumah-rumah warga untuk membagikan kupon bantuan. Sebelum memberikan kupon, mereka telah di survei terlebih dahulu untuk mengetahui berapa jumlah anggota keluarga, usia, serta jenis kelamin, sehingga bantuan yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap keluarga seperti pakaian dan alas kaki.

Sebanyak 297 kupon disiapkan oleh relawan, namun hanya 286 Kartu Keluarga (KK) yang dibagikan karena beberapa dari warga sudah tidak ada di tempat. Dimulai dari RT 04, 05, 06, RW 04, berlanjut ke RT 02/05. Ada dua jenis kupon yang dibagikan, kupon yang berwarna putih dan kupon yang ada cap berwarna merah. Kupon berwarna putih mendapatkan bantuan paket kebakaran (alas kaki, pakaian, selimut, peralatan mandi, dan handuk) serta 3 botol air mineral, sedangkan kupon yang berwarna merah berisikan paket kebakaran, 3 botol air mineral, dan 1 buah terpal. 

Sebelum jam 12, relawan tengah merapikan beberapa paket dan meletakannya di atas meja dan tak lama kemudian para pembawa kupon mulai berdatangan dan berbaris mununggu. Barisan dibagi menjadi dua, satu kupon berwarna putih dan satu lagi kupon dengan cap warna merah. Tepat pukul 12 siang, penyerahan paket bantuan secara simbolis dilakukan tanda dimulainya kegiatan hari itu. Para relawan telah siap dan para pembawa kupon satu persatu mulai menerima bantuan. Dengan penuh hati-hati dan kasih sayang satu persatu paket diberikan kepada para korban bencana kebakaran. Pembagian paket bantuan berlangsung selama kurang lebih dua jam.

Hemming Suryanto Shixiong, yang merupakan PIC pembagian paket bantuan ini selain menyiapkan segala hal yang bersangkutan dengan keperluan pembagian juga memberikan pesan pada para warga agar sebisa mungkin waspada dan saling menjaga lingkungan masing-masing sehingga kebakaran dapat di minimalisir. “Bencana apapun itu semua tergantung daripada masyarakat atau warga, sehingga semua warga harus bisa saling waspada dan menjaga satu sama lain di lingkungan mereka. Entah permasalahan listrik atau sebagainya, sehingga kebakaran seperti ini bisa diminimalisir,” ucap Hemming Shixiong.

foto  foto

Keterangan :

  • Ibu Ika terlihat memilah paket lebaran di rumah nya yang telah habis dimakan si jago merah dengan penuh harapan baru untuk memulai kehidupan yang normal seperti sebelumnya (kiri).
  • Para korban bencana kebakaran menyusuri keping-keping bangunan untuk mencari barang-barang yang masih dapat dipakai (kanan).

Rasa Syukur yang Dalam
“Sehabis suapin cucu, saya juga lapar dan baru mau makan nasi uduk, tiba-tiba ada yang teriak-teriak, Api… Api…, saya langsung panik dan segera gendong cucu saya,” tutur Ibu Sopia (67), “Saya bingung, banyak orang yang lari sana lari sini,” Tambahnya. 

Habis sudah perasaan saat itu, hati mereka hancur bagaikan reruntuhan bangunan yang telah dimakan api. Tersisa dinding-dinding pembatas rumah serta puing-puing bangunan yang berwarna hitam. Hampir seluruh bagian dari rumah-rumah itu menjadi arang dan tak tersisa.

Sudah lewat beberapa hari sejak kebakaran itu terjadi. Tampak wajah-wajah yang mulai tegar menata kembali kehidupan mereka. Berbagai bantuan diberikan kepada para korban kebakaran. Mulai dari persediaan makanan seperti mie instan, bantuan tetangga dan yayasan yang kebetulan terletak tidak jauh dari tempat kejadian. “Harta nggak kebawa, tapi Alhamdulillah banyak bantuan,”ucap Sopia.

Perasaan senang tersirat di wajah para penerima bantuan. Walaupun mereka telah kehilangan rumah dan harta benda, namun mereka tetap berdiri dengan tegar menjalani hidup. Mereka tidak merasa sendirian di saat kehilangan segalanya, masih banyak orang di sekitar mereka yang turut membantu meringankan kesulitan yang mereka hadapi.

  
 

Artikel Terkait

Kepercayaan untuk Tzu Chi

Kepercayaan untuk Tzu Chi

11 Oktober 2009 Keseriusan dan keberadaan Tzu Chi dalam setiap bencana membuat Tzu Chi mendapatkan kepercayaan dari pihak luar. Yosafat sendiri menilai Tzu Chi sebagai organisasi yang sangat positif, "Jika Masyarakat tahu visi dan misi Tzu Chi pasti tidak ada hambatan di lapangan."
Letusan Merapi: Di antara Gemuruh Merapi

Letusan Merapi: Di antara Gemuruh Merapi

05 November 2010
Tanggal 3 November 2010, hujan turun dengan derasnya di Yogyakarta. Tidak lama berselang, setelah hujan berhenti lebih kurang 5 menit, tiba-tiba saja langit bergemuruh hebat. Mendengarnya, para warga di pengungsian pun otomatis langsung berhamburan keluar tenda.
Gempa Palu: Berbuat Kebaikan di Tengah Bencana

Gempa Palu: Berbuat Kebaikan di Tengah Bencana

23 Oktober 2018
Selamat dari terjangan tsunami, sebagai wujud rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kasmayadi membantu korban gempa lainnya bersama relawan Tzu Chi di kota kelahirannya. Sehari-hari Kasmayadi bekerja di Sinar Mas dan juga aktif sebagai relawan Tzu Chi.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -