Ungkapan Cinta untuk Ayah

Jurnalis : Wismina (Tzu Chi pekanbaru), Fotografer : Hoon Tai Pengdan John Andrew (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

foto
Pada tanggal 16 Juni 2012, relawan Tzu Chi Pekanbaru mengadakan perayaan Hari Ayah sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada para ayah.

Dua sosok manusia yang sangat berjasa yang telah menghadirkan kita dan menunjukkan kita kepada dunia adalah kedua orangtua kita. Tanpa mereka maka kita tidak akan ada di dunia ini. Setelah bulan Mei kita merayakan hari Ibu, maka tidak ketinggalan, bulan Juni kita pun merayakan  hari Ayah yang jatuh di bulan Juni minggu ketiga.

 

 

 Sabtu malam, biasanya anak-anak datang ke Tzu Chi untuk belajar kata perenungan dan isyarat tangan. Namun Sabtu malam di tanggal 16 Juni 2012, ada sedikit berbeda. Karena mereka akan merayakan hari Ayah dan pada hari itu sebagian besar mereka datang dengan ditemani oleh papa dan mamanya.

Tentunya selain anak-anak, tidak ketinggalan relawan juga datang membawa sang ayah tercinta, seperti Kiho Shixiong. Sore itu, sebelumnya Kiho Shixiong mengikuti salah satu kegiatan di kantor Tzu Chi yang selesai sekitar pukul 18.30 WIB, dan Kiho Shixiong sengaja pulang ke rumah lagi untuk menjemput sang ayah tercinta untuk bisa bersama-sama mengikuti acara perayaan hari Ayah.

Suka cita bersama
Mengawali acara, para ayah tercinta diberikan kejutan berupa kue yang dibuat sendiri oleh relawan bersama anak-anak kelas budi pekerti, disertai doa dan ucapan  untuk para ayah. Lutiana Shijie selaku pembawa acara dimalam hari itu, mempersilahkan para ayah untuk bisa meniup lilin bersama-sama. Merupakan kebahagiaan luar biasa bagi Yuli Yanto Shixiong karena inilah pertama kalinya ia memperingati sebuah momen yang berkesan dengan meniup lilin.

Setelah penampilan isyarat tangan lagu “Gan Xie” (Terima Kasih-red) dari Bodhisatwa cilik, ternyata ada  dua ayah yang biasanya setiap sabtu datang belajar isyarat tangan kelas dewasa, menampilkan lagu    “Pu Tian San Wu”(Tiga Tiada-red). Dari yang sama sekali tidak mengenal isyarat tangan, kedua ayah ini tampak lentur memperagakan isyarat tangan yang telah dipelajarinya selama mengikuti kelas isyarat tangan sejak beberapa bulan yang lalu. Ternyata sosok ayah yang selama ini mungkin dikenal sebagai sosok yang agak kaku, namun saat memperagakan isyarat tangan, ayah pun bisa memperlihatkan sisi lembutnya. Dan semua itu kemudian disampaikan oleh Hong Thay Shixiong yang membacakan “Suara Hati Sang Ayah”. Selama ini, sebagian besar dimata anak-anak, ayah adalah sosok yang tidak bisa bersikap lembut seperti ibu, namun lewat bacaan “Suara Hati Sang Ayah” sesungguhnya sosok ayah adalah sosok yang mempunyai cinta dan kelembutan hati yang sama seperti ibu, yang berbeda hanyalah cara mengungkapkannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Mengawali acara, para ayah tercinta diberikan kejutan berupa kue tart yang dibuat sendiri oleh relawan bersama anak-anak kelas budi pekerti, disertai doa dan ucapan untuk para ayah (kiri).
  • Malam hari itu, para ayah benar-benar bersuka cita, apalagi ditambah dengan adanya permainan “Mencari Tangan Ayah”. Para ayah dipersilahkan untuk bersembunyi di balik kain, dan yang dikeluarkan hanyalah tangan ayah saja (kanan).

Malam hari itu, para ayah benar-benar bersuka cita, apalagi ditambah dengan adanya permainan “Mencari Tangan Ayah”. Para ayah dipersilahkan untuk bersembunyi di balik kain, dan yang dikeluarkan hanyalah tangan ayah saja. Para buah hati sang ayah, kemudian mulai mencari tangan-tangan ayah mereka, dan ternyata para buah hati  tidaklah mengecewakan sang ayah karena hanya dalam sekali permainan, para buah hati sudah berhasil menemukan tangan ‘Super Hero’ mereka.

Suka cita ayah tidak hanya sampai di situ, para ayah kemudian dipersilahkan duduk untuk menerima suguhan teh dari anak . Suasana haru pun semakin menyelimuti saat anak-anak bersujud di depan sang ayah. Terlihat ada anak yang mulai menitikkan air mata. Setelah mempersembahkan teh, anak-anak kemudian memberikan pelukan hangat untuk sang ayah tercinta. Semua itu sungguh merupakan hadiah yang tak ternilai buat ayah di hari Ayah. Sebagai wujud menghimpun berkah di hari ini, ayah maupun ibu beserta anak-anak sama-sama menyisihkan koin penuh harapan ke dalam celengan bambu.

Terima Kasih Ayah
Kejutan demi kejutan dihadirkan oleh anak untuk ayahnya. Salah satunya Pricilia berserta adiknya, mereka berdua masing-masing telah mempersiapkan kartu yang berisi ungkapan gan en atas jasa papanya. “Pa, terima kasih telah membesarkanku. Aku sangat mengagumimu. Papa dengan susah payah mencari nafkah untuk menyekolahkanku, memberikan aku makan dan sebuah keluarga yang bisa diandalkan. Jika aku besar nanti, aku pasti akan berbakti padamu. Terima kasih Pa... Papa sudah bersusah payah selama ini.Pa, saya ingin bilang Saya Menyayangi Papa.”

Tidak hanya Pricilia dan adiknya, Evelyn dan Jocelyn, Cindy dan Jesslyn,  dan juga Irene, semuanya telah menuliskan ungkapan terima kasih kepada papanya dalam sebuah kartu. Evelyn membuatkan sebuah puisi yang berjudul “Ayahku Tercinta”. Irene tidak sanggup mengucapkan kata-kata yang telah dituangkan di kartunya, Irene hanya menangis haru. Semua ayah pun merasakan kebahagiaan saat mendapati ternyata anak-anak mereka begitu berbakti dan mengerti akan jerih payah mereka.

foto  foto

Keterangan :

  • “Saya sangat senang, anak-anak bisa tumbuh dengan baik dan bisa gan en dengan saya” kata Karim shixiong yang setiap sabtu malam, bersama istri dan permata hati mereka, Cindy Jeo dan Jesslyn Jeo mengikuti kelas kata perenungan dan isyarat tangan (kiri).
  • Jocelyn sedang membacakan ungkapan cinta dan terima kasih untuk papa (kanan).

“Saya sangat senang, anak-anak bisa tumbuh dengan baik dan bisa gan en dengan saya”  kata Karim Shixiong yang setiap sabtu malam, bersama istri dan  permata hati mereka, Cindy Jeo dan Jesslyn Jeo mengikuti kelas kata perenungan dan isyarat tangan.

Tidak semua anak mempunyai kesempatan untuk bisa langsung mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya. Tidak semua anak yang saat ini masih mempunyai papa atau mama. Namun seperti yang disampaikan oleh Lutiana Shijie di penghujung acara, kita bisa menganggap orangtua di dunia ini sebagai orangtua kita sendiri.

Bakti seorang anak tentu tidak hanya diwujudkan ketika merayakan hari ibu ataupun hari ayah sekali dalam setahun, melainkan setiap hari adalah hari ibu dan hari ayah. Wujud bakti anak hendaknya diwujudkan dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Master Cheng Yen berkata, “Tubuh kita ini adalah pemberian dari orangtua kita, walau kita tidak memiliki hak milik atas tubuh ini, hanya mempunyai hak pakai, maka kita harus menggunakan tubuh pemberian orangtua dengan baik, dan  mempergunakannya untuk membantu sesama dan bersumbangsih untuk masyarakat – inilah cara kita membalas budi jasa orangtua kita.”

  
 

Artikel Terkait

Pelatihan Jurnalistik

Pelatihan Jurnalistik

08 Maret 2012
Pelatihan jurnalistik di Singkawang diikuti Sembilan orang relawan. Dibuka oleh Bambang Mulyantono, relawan dokumentasi Singkawang yang pernah mengikuti pelatihan 3 in 1 di Jakarta awal 2011 lalu. Menurutnya materi pelatihan kali ini juga dikirm dari Tim Redaksi Dunia Tzu Chi, sama seperti yang diikutinya pada awal 2011 lalu.
Suara Kasih: Menaati Prinsip Kebenaran

Suara Kasih: Menaati Prinsip Kebenaran

24 November 2011 Keluarga Tuan Chang sangat mendedikasikan diri. Terutama anaknya yang dapat menginspirasi anak muda lainnya untuk bergabung menjadi relawan. Jadi, kita dapat melihat di Honduras, benih yang ditabur telah tumbuh  dan mengakar di sana.
Syukuran Sebelas Tahun DAAI TV

Syukuran Sebelas Tahun DAAI TV

05 September 2018
Sudah sebelas tahun lamanya, DAAI TV merajut jalinan kasih di seluruh pelosok tanah air. DAAI TV terus berupaya menginspirasi kebaikan dan cinta kasih kepada generasi saat ini dan penerus, sehingga masyarakat dapat lebih berbudaya humanis, berbudi pekerti, dan berkarakter yang baik. 
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -