Untaian Kasih untuk Korban Gempa Hualien

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Yuliati


Staf Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melakukan penuangan celengan untuk menggalang dana sebagai wujud solidaritas kepada mereka yang terkena bencana gempa bumi di Hualien, Taiwan Timur.

Gempa bumi yang terjadi di Taiwan akhir pekan lalu mengundang duka dan kekhawatiran dari banyak lapisan masyarakat, termasuk Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Pasalnya lokasi gempa bumi berkekuatan 6,4 skala Richter itu berada tidak jauh dari Yayasan Buddha Tzu Chi Taiwan yang berpusat di Hualien, Taiwan Timur.

Wujud duka dan kekhawatiran tersebut lalu tertuang dalam doa bersama yang digelar oleh yayasan, sekolah, rumah sakit, relawan, dan DAAI TV Indonesia, kesemuanya berada di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Semua instansi ini juga melakukan penggalangan dana sebagai wujud solidaritas kepada mereka yang terkena bencana. “Kami tentu sebagai sesama ingin membantu tapi karena waktu dan jarak, maka kami melakukan apa yang kami bisa dengan penggalangan dana dari internal Yayasan Buddha Tzu Chi,” ucap Suriadi, Kepala Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

“Penggalangan dana ini utamanya menggalang niat baik, ketulusan dari banyak orang. Jadi niat baik dan ketulusan dari banyak orang ini adalah poinnya. Sehingga ketulusan dan niat baik yang kita keluarkan ini nantinya tidak hanya bermanfaat bagi para korban bencana di Taiwan, namun niat baik kita ini bisa menimbulkan satu atmosfer yang baik sehingga nantinya tidak hanya Taiwan, Indonesia, tapi juga dunia bisa bebas dari bencana,” jelas Suriadi.

Menggalang Ketulusan

Penggalangan dana dengan penuangan celengan bambu ini dilakukan serentak pada Rabu, 14 Februari 2018 di masing-masing instansi. Santi, Kepala Divisi Bakti Amal Yayasan Buddha Tzu Chi yang turut dalam penuangan celengan pagi itu merasa senang. Acara sederhana yang dibalut dengan ketulusan bersumbangsih itu diharapkan bisa menyampaikan doa kepada para korban bencana. “Memang yang kami sumbangkan hanya kecil, tetapi semoga dengan setitik ketulusan ini bisa membantu mereka yang terkena bencana. Seperti yang Master Cheng Yen katakan, ‘lakukanlah sebisa kita’. “Semoga para korban bisa cepat pulih dan kembali menjalani kehidupan seperti semula,” kata Santi.


Semua instansi di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi, termasuk DAAI TV Indonesia melakukan doa bersama sebagai wujud dukungan kepada para korban.


Tommy (tengah), staf Yayasan Buddha Tzu Chi pun berdoa semoga semua korban bisa tetap sehat, menjalankan hari-harinya dengan baik, dan mentalnya tetap terjaga.

Tommy, staf Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun mempunyai doa yang sama. Ia berharap semua korban bisa tetap sehat, menjalankan hari-harinya dengan baik, dan mentalnya tetap terjaga. “Semoga bencana alam ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua sehingga kita tetap waspada sekaligus menjaga bumi dan meminimalkan segala perusakan di Bumi,” tutur Tommy.

Tekad Bersumbangsih

Tidak jauh berbeda dengan lainnya, Iing Felicia Joe, Kepala Sekolah TK Tzu Chi Indonesia merasa turut tergerak. Sudah sejak Senin, 12 Februari 2018 hingga Kamis, 15 Februari 2018 early childhood di Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan pengumpulan koin. Awalnya memang untuk sekadar perayaan Chinese New Year (Tahun Baru Imlek) dan berbagi kasih sayang. Namun ketika kemudian tahu peruntukkan bagi memberikan bantuan untuk korban gempa bumi, ia semakin semangat.

“Sebenarnya bukan karena Taiwan, tapi kami merasakan ada keinginan untuk memberikan sesuatu kepada mereka yang membutuhkan. Caranya seperti apa? Kami sampaikan bantuan ini melalui yayasan sehingga mereka bisa menyampaikannya kepada yang membutuhkan di tempat yang tepat,” jelas Iing.

Iing menjelaskan bahwa setiap harinya para murid dibiasakan untuk membawa koin dan memasukkannya ke celengan yang ada di kelas. Para guru juga mendorong orang tua di rumah harus bekerja sama, melakukan hal yang rutin ini agar anak dan orang tua bisa ada penyatuan hati. Sehingga anak-anak bisa menghilangkan rasa serakah ataupun kikir. “Karena dari sekolah mereka terus diajari untuk berbagi sehingga bisa juga mengerti bahwa uang kecil itu bisa bantu orang banyak,” tambah Iing.


Richard, Mariana, Rebecca anaknya menuang celengan bersama-sama di TK Sekolah Tzu Chi Indonesia. Richard senang bisa bersumbangsih bersama keluarganya.


Sudah sejak Senin, 12 Februari 2018 hingga Kamis, 15 Februari 2018 early childhood di Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan pengumpulan koin.

“Tentu kami senang bisa ikut tuang celengan karena bisa ajak anak bisa berdonasi. Belum tahu anak kami sudah mengerti atau belum karena usianya masih 2.5 tahun, tapi kami membiasakan sharing sejak dia kecil,” kata Richard, orang tua murid bernama Rebecca, murid N1 Gratefull.

Sesuai anjuran sekolah, Richard dan Mariana, membiasakan anaknya untuk memasukkan koin ke dalam celengan. “Ketika dia melakukan sesuatu yang baik atau sekadar menuruti permintaan orang tua, saya berikan dia koin dan dia masukkan ke celengannya. Misalnya bisa lepas sepatu sendiri, makan bisa sampai habis, beresin mainan dia sendiri,” tutur Richard. “Jadi koin itu kami ibaratkan seperti kebaikan, kalau dia sudah berbuat baik, dia masukkan koin ke celengannya, terkumpullah kebaikan itu,” lanjutnya senang. Dirinya juga tak lupa membubuhkan doa semoga dunia bisa aman dan tidak terjadi banyak bencana ketika menuangkan celengan bersama anak dan istrinya.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Untaian Kasih untuk Korban Gempa Hualien

Untaian Kasih untuk Korban Gempa Hualien

15 Februari 2018

Acara sederhana yang dibalut dengan ketulusan bersumbangsih itu diharapkan bisa menyampaikan doa kepada para korban bencana. “Memang yang kami sumbangkan hanya kecil, tapi semoga dengan setitik ketulusan ini bisa membantu mereka yang terkena bencana. Seperti yang Master Cheng Yen katakan, lakukanlah sebisa kita,” kata Santi, Kepala Divisi Bakti Amal Yayasan Buddha Tzu Chi.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -