Untaian Kebahagiaan di Jelambar

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A

Ketiga relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2, Ayen Rita, Suwarni, dan Nur Maghfiro bersama dengan Justina Djaja (57) saat menunjungi kediamannya di Jl. Jelambar Baru VI.

Kendaraan yang digunakan relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Utara 2 masuk dan menyusuri ruas-ruas jalan di wilayah Jelambar, Jakarta Barat. Tiga relawan yang akan melakukan kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan di wilayah tersebut, mulai mengingat-ingat lokasi rumah yang akan mereka kunjungi di salah satu wilayah padat penduduk di kota Jakarta itu.

Sebelumnya, Minggu pagi, 8 Oktober 2017 beberapa relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 mengadakan pertemuan di Jing Si Book and Café Pluit, Jakarta Utara untuk rapat koordinasi pembagian wilayah dan kelompok kunjungan kasih ke tempat para penerima bantuan Tzu Chi.

Ucapan salam mengawali perjumpaan relawan dengan Justina Djaja (57) di depan pintu rumahnya yang berada di Jl. Jelambar Baru VI. Senyum bahagia Justina pun terlihat saat berjabat tangan dengan Ayen Rita, Suwarni, dan Nur Maghfiro. Ketiga relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 itu pun langsung dipersilahkan masuk rumah oleh Justina.

Setelah dipersilahkan duduk, suasana di ruang tamu rumah Justina pun mendadak ceria. Dengan penuh semangat, Justina menceritakan kondisinya saat ini. “Alhamdulilah, kondisi mata saya saat ini sudah bisa melihat tetapi tidak bisa seutuhnya. Mungkin 90 persen mata saya bisa melihat, karena ada jahitan permanen di mata kiri saya,” ungkap Justina. Ia pun juga menceritakan bagaimana kondisi awalnya saat matanya bermasalah. “Awalnya tidak tau apa-apa, ya seketika gelap pengelihatan mata kiri saya,” cerita Justina. Setelah diperiksa, syaraf mata kiri Justina dinyatakan putus oleh dokter.

doc tzu chi

Keharuan Justina Djaja sambil memeluk satu persatu relawan Tzu Chi yang mengunjunginya.

Ayen Rita menemani Nenek Tarsiah mengupas bawang di pos keamanan warga di Jl. Jelambar Ilir.

Setelah mengalami lika-liku dalam penanganan matanya, pada saat pascaoperasi, Justina membutuhkan perawatan jangka panjang seperti transportasi ke rumah sakit dan biaya obat pascaoperasi. Karena biaya operasi sudah ditanggung dengan BPJS, kebutuhan perawatan inilah yang menjadi beban Justina. Kemudian bulan April 2013, Justina berjodoh dengan Tzu Chi karena informasi dari temannya yang juga salah seorang penerima bantuan Tzu Chi dan kebetulan tempat tinggalnya tidak jauh dari rumah Justina. Teman yang mengetahui kondisi Justina tersebut kemudian menyarankan untuk meminta bantuan ke Tzu Chi.

Sejak saat itu Justina pun menjadi salah satu penerima bantuan Tzu Chi. Relawan juga kerap kali mengunjungi rumahnya untuk memberikan pendampingan atau memberikan bantuan hingga saat ini. “Mereka adalah relawan yang aktif, mereka mengembalikan kepercayaan diri orang-orang yang sudah down dan putus asa,” ungkap Justina.

Kebahagiaan Justina bersama relawan Tzu Chi begitu terlihat saat dikunjungi oleh tiga relawan tersebut. Dengan mata berkaca-kaca, ia bercerita keseharian dan pengalamannya dalam masa penyembuhan bersama relawan Tzu Chi. “Saya harapkan cinta kasih mereka (relawan Tzu Chi) bertambah besar, dan menolong orang banyak lagi,” ungkap mantan kader posyandu tersebut sambil memeluk ke tiga relawan yang mengunjunginya satu persatu. Justina pun juga bersedia saat diminta sharing pada saat gathering penerima bantuan Tzu Chi oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2

Menjenguk Nenek Tarsiah

Masih di seputar wilayah Jelambar, Jakarta Barat, Ayen Rita, Suwarni, dan Nur Maghfiro kemudian mengunjungi juga penerima bantuan Tzu Chi lainnya. Saat relawan berada di Jl. Jelambar Ilir, tampak sosok lansia sedang mengupas bawang di pos keamanan warga di wilayah tersebut. Dialah Nenek Tarsiah (64), seorang lansia penerima bantuan Tzu Chi.  

Tidak ada pilihan lagi untuk Nenek Tarsiah selain tinggal bersama 2 orang cucu di ruangan berukuran 2 x 3 meter di lantai 2 sebuah rumah. Ia sendiri menumpang di rumah tersebut, sang pemilik rumah juga berbaik hati mempersilahkan Nenek Tarsiah tinggal bersama cucunya tanpa membayar sepeser pun.

Di lingkungan tempat tinggalnya, ia biasa dipanggil Nenek Tarsiah. Ia menjadi janda setelah suaminya meninggal dunia. Nenek Tarsiah memiliki 4 orang anak, tetapi sudah menikah dan tinggalnya di luar kota. Penghasilan anak-anaknya juga tidak bisa diandalkan karena mereka hanya bekerja sebagai buruh bangunan atau menjadi ibu rumah tangga biasa. Dua orang cucu yang menemaninya juga titipan dari salah satu anaknya yang menikah lagi dan kini tinggal di luar kota Jakarta.

Dulu, Nenek Tarsiah bekerja mencuci dan menyetrika baju. Tetapi karena usia, ia pun dipensiunkan oleh orang yang mempekerjakannya. Tanpa penghasilan tetap, Nenek Tarsiah pun bekerja seadanya demi menghidupi dirinya dan kedua cucunya. “Sekarang bantu-bantu tetangga, daripada bengong di rumah,” ungkap Nenek Tarsiah.

Relawan Tzu Chi juga berbincang-bincang di dalam ruangan tempat Nenek Tarsiah tinggal bersama kedua cucunya

Ungkapan kebahagiaan Nenek Tarsiah saat relawan berpamitan untuk pulang.

Kesehariannya saat ini diisi dengan mengupas bawang milik tetangga rumahnya, dari sinilah ia menghidupi hari-harinya bersama kedua cucunya. “Ngandelin anak-anak mah nggak bisa, kasihan mereka juga lagi usaha buat menghidupi keluarganya. Mereka juga jauh-jauh tinggalnya,” cerita Nenek Tarsiah. “Ngasih tapi sangat jarang,” tambahnya. Kedua cucunya juga terkadang membantunya, salah satunya sudah putus sekolah dan memutuskan bekerja untuk membantu neneknya.

Nggak tentu, kadang seratus atau dua ratus ribu. Itu juga kasihnya seminggu atau dua minggu kemudian sama yang suruh kupas bawang,” cerita Nenek tarsiah. Beban hidup Nenek Tarsiah ini juga yang mengatarkannya berjodoh dengan Tzu Chi. Pada tanggal 22 Agustus 2014, ia pun mengajukan bantuan biaya hidup dan sembako.

Hingga saat ini, Nenek Tarsiah masih didampingi oleh relawan Tzu Chi. Ayen Rita, salah satu relawan yang mengikuti kunjungan kasih ini juga sangat terkesan dengan semangat Nenek Tarsiah. “Saya salut sama perjuangannya (Nenek Tarsiah), walaupun sudah lansia masih tetap semangat menghidupi keluarga dengan segala keterbatasannya,” ungkapnya. Beberapa bantuan yang diberikan Tzu Chi seperti selimut, biaya hidup, mi instan, dan beras pun cukup membantu kelangsungan hidup Nenek Tarsiah dan cucunya.

Selama dibantu Tzu Chi, Nenek Tarsiah memiliki kesan tersendiri. Kerap kali relawan ikut masuk ke dalam tempat tinggalnya yang sempit dan pengap. “Relawan yang bantuin saya itu baik, ramah. Saya berterima kasih sudah dibantu relawan Tzu Chi,” kata Nenek Tarsiah. Untaian kebahagiaan pun kembali diungkapkan lewat bahasa tubuh Nenek Tarsiah. Saat ketiga relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 hendak berpamitan, Nenek Tarsiah memeluk erat mereka satu persatu.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Untaian Kebahagiaan di Jelambar

Untaian Kebahagiaan di Jelambar

10 Oktober 2017

Minggu, 8 Oktober 2017, Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 melakukan kunjungan kasih ke wilayah Jelambar, Jakarta Barat. Relawan mengunjungi dan menyemangati dua penerima bantuan Tzu Chi di wilayah tersebut.

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -