Upaya Relawan Tzu Chi Menyatukan Kembali Sebuah Keluarga

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand, Dok. He Qi Barat 1

Erni sangat gembira ketika Evelyn, Hendrawati, dan Merlin, relawan Tzu Chi mengunjunginya di tempat kosnya di Tegal Alur, Jakarta Barat.

Erni (60) adalah anak bungsu dari empat orang bersaudara. Ketika lulus kuliah Erni langsung bekerja di perusahaan besar di Jakarta dan berada di puncak kejayaan karier dan ekonomi yang serba berkecukupan. Erni memiliki mobil dan apartemen dengan dengan fasilitas lengkap dan terbaik. Semua kebutuhan bisa dipenuhinya sendiri dengan baik.

Sayangnya, hubungan Erni dengan ketiga saudara kandung serta beberapa keponakannya tidak harmonis. Empat saudara kandung ini selalu cekcok, berbeda prinsip. Pada saat ayah Erni meninggal dunia, hubungan keempat orang bersaudara ini semakin renggang. Mereka hidup sendiri-sendiri dan asyik dengan keluarganya masing-masing, tidak ada komunikasi, apalagi saling bertemu. Erni sendiri belum berkeluarga. “Saya saat itu masih kerja, masih muda, karier bagus, bawa mobil sendiri, masih kuatlah, jadi saat itu saya sombong,” kenang Erni sambil menangis.

Jalan hidup tak selalu berjalan mulus. Di usia senjanya, Erni juga mendapatkan ujian berat. Pada bulan Juli 2023, Erni mengalami sakit dan mual-mual seperti sakit mag. Pada saat berobat ke dokter ternyata Hemoglobin (Hb) Erni sangat rendah di bawah normal. Saat itu Erni masih tinggal di apartemen seorang diri. Di apartemen itu Erni sudah tidak bisa lagi merawat diri dan tempat tinggalnya. Kamar apartemen Erni sangat berantakan. Belum lagi bau air seni dan kotoran yang terasa begitu menyengat.

Di depan relawan Tzu Chi, Erni berkali-kali menyampaikan keinginannya untuk meminta maaf secara langsung kepada kakak-kakak dan keponakannya.

Terpanggil Karena Rasa Kemanusiaan
Evelyn Susanti, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 yang tinggal satu apartemen dengan Erni mengutarakan kondisi fisik Erni kala itu. “Pertama kali bertemu Ibu Erni dia sedang duduk di lobi sendirian. Saya lihat dia dalam keadaan sakit, sangat kurus,” ungkap Evelyn.

Evelyn langsung memperkenalkan diri jika ia adalah relawan Tzu Chi, dan menawarkan kepada Erni sekiranya ia membutuhkan bantuan melalui Tzu Chi. “Karena dengan saudaranya tidak akur, saat itu dia minta saya untuk menjadi referensi penghuni apartemen untuk pengelola karena Erni hidup sendiri dalam kondisi sakit,” ujar Evelyn.

Evelyn tergerak untuk membantu Erni karena kemanusiaan. “Saya pikir kalau posisi saya seperti Ibu Erni sendiri itu bagaimana?” ungkap Evelyn.

Evelyn kemudian mengajukan bantuan ke Tzu Chi.  Bersama Ketua Misi Amal He Qi Barat 1, Caroline, mereka mencarikan panti wreda. “Kita langsung survei dan langsung kita tempatkan di panti jompo itu,” terang Evelyn. Erni saat ini menerima bantuan dari Tzu Chi berupa biaya hidup, susu formula, dan diapers.

Baru beberapa minggu tinggal dipanti jompo ternyata dari pemeriksaan dokter, Erni diketahui mengidap sakit Tuberkulosis (TBC) dan pengurus panti tidak bisa menerima Erni lagi untuk tinggal karena berisiko menulari penghuni panti lainnya.

Relawan Tzu Chi ketika mengantar Erni dari apartemen ke panti wreda agar ia bisa lebih terurus dan berinteraksi dengan sesama penghuni panti lainnya.

Relawan Tzu Chi mulai kebingungan untuk mencarikan tempat karena sakit dan BAB-nya Erni makin parah. Erni kemudian dibawa ke RS Mitra Keluarga Kalideres, dan dari rumah sakit ini Erni dirujuk ke RS Pelni Petamburan. Dari sini baru diketahui jika Erni ternyata juga mengalami kanker usus stadium 4.  Selama sepuluh hari menjalani operasi di Rumah Sakit Pelni, Erni diurus dan ditemani Lisa, kerabat Erni di gereja. “Saya dengan Ibu Erni ini satu jemaat di gereja,” ujar Lisa, yang merupakan pensiunan perawat dari RS Carollus Salemba.

“Awalnya pada akhir bulan September 2023 ketika digereja, saya dan kerabat saya saling menanyakan kabar Ibu Erni karena memang sudah sangat lama putus komunikasi. Pada akhirnya kita dapat info bahwa Ibu Erni ini ada di panti jompo di wilayah Citra 5. Waktu itu yang bawa ke panti adalah relawan Tzu Chi,” ungkap Lisa.

Beberapa hari kemudian Flora Riany (kakak Erni) menelepon kawannya yang satu gereja mengabarkan jika Erni sudah selesai menjalani operasi usus di RS Pelni Petamburan. Meski kurang baik hubungannya dengan sang adik, nyatanya Flora Riany masih sangat perhatian kepada adiknya. “Waktu dirawat di rumah sakit Pelni itu Erni katanya sering manggil-mangil nama saya,” kata Lisa.

Selama 10 hari Erni dirawat, Flora meminta tolong kepada Lisa untuk menjaga dan mengurus pemulihannya. “Saya bingung, Erni mau dibawa kemana?” ungkap Lisa. Panti jompo tidak bisa menerima karena Erni mengidap TBC, sementara jika dikontrakkan rumah siapa yang akan menjaganya setiap hari.

Sewaktu di panti wreda, Erni berkesempatan untuk meminta maaf langsung kepada Flora Riany, kakaknya.  Momen ini bisa terjadi berkat hadirnya relawan Tzu Chi yang mendamaikan kembali hubungan kakak-beradik ini.

Akhirnya Lisa memutuskan untuk membawa Erni ke rumah. “Saya juga sudah berdiskusi dengan anak-anak saya dan mereka mengizinkan,” kata Lisa. Erni tinggal di lantai bawah dekat ruang tamu, sedangkan anak-anak Lisa tinggal di lantai dua. Namun beberapa minggu tinggal di rumah Lisa, tingkah laku Erni berubah.

Apalagi anak-anak Lisa sudah mulai keberatan karena Erni sering BAB di kasur. Walaupun sudah memakai diapers namun tetap berceceran di kasur. “Saya harus menjaga hubungan baik dengan anak-anak. Memang niat saya menolong Ibu Erni, tetapi kalau hubungan dengan anak menjadi tidak baik, nggak bagus juga,” ungkap Lisa jujur.

Lisa kemudian memutuskan untuk mencari kamar indekos yang dekat dengan rumah adiknya di daerah Tegal Alur. Kini Erni tinggal sendiri di kamar indekos itu bersebelahan dengan adik Lisa yang mengurus Erni makan dan mandinya.

Ketika Evelyn, Hendrawati, dan Merlin, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 datang ke kos an Erni pada 18 Desember 2023, kondisi Erni sudah sedikit lebih baik.

“Ada perubahan sekarang lebih segar, saya sangat senang sekali ada perubahan dari Ibu Erni, semoga ada mukjijat dari Tuhan kasih kesembuhan dan bisa menjadi relawan Tzu Chi nantinya,” ucap Evelyn yang diamini oleh Erni.

“Saya mau minta maaf sama saudara-saudara dan keponakan-keponakan, saya banyak dosa, saya minta maaf,” ucap Erni.

Evelyn, relawan Tzu Chi yang satu apartemen dengan Erni sedang mendampingi Erni ketika dirawat di RS Mitra Keluarga.     

Erni berharap kondisinya bisa cepat sehat kembali. “Saya minta mukjijat dari Tuhan agar bisa cepat sembuh, biar saya b tidak bergantung sama orang lain. Terima kasih Ibu Lisa, Ibu Lisa baik sekali, Ibu Lisa berhati Malaikat, saya ditolong, saya sangat dibantu. Saya terima kasih banyak sama relawan Tzu Chi, saya gak bisa balas kebaikan relawan Tzu Chi yang begitu mulia yang begitu baik membantu saya,” ucap Erni. Erni juga menyampaikan keinginannya jika sudah sehat ia ingin aktif dalam kegiatan kemanusiaan.

Dalam kesempatan kunjungan kasih ini, Evelyn berpesan kepada Erni lebih sabar, membuka hati, dan menjalin hubungan kembali dengan saudara-saudaranya. “Berkompromilah dengan saudara-saudara, saling maaf memaafkan. Kalau sudah sembuh nanti Erni bisa bersilaturahmi dengan saudara-saudara kandung, itu saja harapan saya,” harap Evelyn sambil memandang wajah Erni.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Senyum Terindah Dari Panti Asuhan  Muhammadiyah

Senyum Terindah Dari Panti Asuhan Muhammadiyah

30 Mei 2015

Sebanyak 30 insan Tzu Chi yang dikoordinatori oleh Ami Haryatmi bermain bersama 35 anak panti. Mereka sangat bersukacita. Terlihat pula beberapa anak asuh yang masih jauh di bawah umur yang seyogyanya masih sangat membutuhkan kepedulian dari masyarakat yang peka akan penderitaan mereka.

Berbagi dengan Sukacita

Berbagi dengan Sukacita

24 Juli 2017

Relawan Tzu Chi Bandung menyambangi para pasien penerima bantuan yang tersebar di wilayah Selatan dan Timur Kota Bandung. Ini merupakan bentuk kepedulian terhadap para penerima bantuan.

Bahu Untuk Keluh Kesah Dan Suka Cita Mereka

Bahu Untuk Keluh Kesah Dan Suka Cita Mereka

31 Oktober 2014

Manusia adalah mahkluk sosial. Meskipun punya segalanya: sehat, memiliki keluarga, berkecukupan, kita tetap membutuhkan teman untuk berbagi cerita suka maupun duka. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki keluarga, yang sakit, tidak berdaya dan tidak berkecukupan?

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -