Upgrade Semangat untuk Hasilkan Karya Inspiratif
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Henry Tando, Markus (He Qi Barat), Agus D.S (He Qi Barat)
Sekitar 180 karyawan DAAI TV Indonesia mengikuti kamp selama tiga hari. Diharapkan lewat kamp ini, para karyawan makin kompak sehingga suasana kekeluargaan makin kental.
“Kamp ini membangkitkan rasa lebih bersyukur, menghormati dan juga mencintai dari karyawan seperti saya. Kita juga diingatkan agar tidak membatasi diri untuk belajar supaya lebih berkembang,” ujar MG Retno Widyastuti, karyawan DAAI TV saat mengikuti Kamp Humanis Karyawan DAAI TV.
Sekitar 180 karyawan DAAI TV mengikuti kamp yang digelar selama tiga hari, dari 24-26 Maret 2017 di Fu Hui Ting - Jing Si Hall lantai 2, Tzu Chi Center. Kamp berlangsung serius namun santai. Para karyawan diajak untuk mendengarkan materi-materi dan diselingi beberapa permainan, yang mengundang tawa dan mengakrabkan satu sama lain. Tema materi seperti tentang budaya humanis dalam empat misi Tzu Chi, keindahan insan Tzu Chi, melampaui diri sendiri, misi amal, serta sukacita dalam profesi.
Komisaris DAAI TV Indonesia, Mansjur Tandiono berharap para karyawan lebih semangat berkarya untuk memberikan inspirasi kebaikan di masyarakat.
“Dengan DAAI TV yang makin hari makin dilengkapi dengan hardware, tentu software kita juga perlu di-upgrade. Melalui kamp humanis ini (materi yang diberikan) kita terapkan dalam program dan acara-acara kita akan membawa sesuatu yang sangat berguna untuk masyarakat,” ujarnya.
CEO Da Ai TV
Taiwan Susan Yeh bersama Komisaris
DAAI TV Indonesia, Mansjur Tandiono
usai membagikan pengalamannya di dunia jurnalistik.
Tiap tahunnya, selalu ada karyawan baru di DAAI TV. Karena itu melalui kamp yang digelar setahun sekali ini, karyawan diingatkan tentang penerapan budaya perusahaan, yakni budaya humanis.
Kamp kali ini juga menghadirkan CEO Da Ai TV Taiwan, Susan Yeh, yang menyampaikan materi tentang bertekad menjadi insan yang berbudaya humanis. Selain itu ada juga Wakil CEO, James Ho dan News Manager, Hong Yui yang membagikan pengalamannya selama ini di Da Ai TV Taiwan.
“Master Cheng Yen sering bilang kalau baik dan buruk itu tarik-menarik. Tentu dalam dunia broadcasting, di dunia media, ini juga banyak tarik menarik antara positif dan negatif. Jadi kita harus menambah kekuatan baik ini. Kita harus gunakan banyak platform. Kenapa kita ada teknologi mobile, supaya semua orang bisa pakai mobile phone-nya untuk menyebarkan kebaikan, kita punya perpanjangan tangan untuk menyebarkan kebaikan ke masyarakat. Dengan demikian kekuatan akan lebih besar,” kata Susan.
Susan Yeh berharap DAAI TV Indonesia bisa terus berperan menciptakan masyarakat yang harmonis. DAAI TV juga terus menjadi mata dan telinga untuk mendengar orang-orang yang kesulitan.
Sementara itu, saat ini ada dua program dari DAAI TV Indonesia yang diputar di Da Ai TV Taiwan, yakni Jurnal DAAI, serta Refleksi. Di Taiwan, Refleksi mendapatkan rating yang bagus, di mana setiap menit, ada 22.000 orang yang melihat tayangan tersebut. Susan juga ingin lebih banyak lagi program DAAI TV Indonesia yang bisa diputar di Taiwan.
“Kita juga ambil program Refleksi dari Indonesia untuk diputar di Taiwan. Dan itu sangat mengharukan. Langkah insan Tzu Chi sangat cepat perkembangannya. Tapi kita harus berusaha bagaimana dengan program-program kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Ini kerja sama kita,” tambahnya.
Tayangan DAAI TV juga telah mengubah pandangan hidup banyak pemirsanya. Termasuk Gianny Trixie (47). Merasa tak memiliki seseorang yang mendukungnya, Gianny pernah mencoba mengakhiri hidup. Hingga ia melihat tayangan DAAI TV tentang sumbangsih para relawan Tzu Chi kepada orang-orang yang membutuhkan perhatian. Gianny langsung menyadari bahwa ia telah salah memaknai hidup.
“Saya
benar-benar gan en dengan semua staf
DAAI TV karena sudah mengembalikan hidup saya. Saya melihat begitu banyak
relawan yang benar-benar bersumbangsih,” kata Gianny.
Para karyawan DAAI TV bersama-sama menuangkan Celengan Bambu.
Karyawan
DAAI TV bersama para relawan Tzu Chi mengunjungi salah satu penerima bantuan.
Dalam kamp kali ini, karyawan juga diajak untuk melakukan kunjungan kasih kepada para penerima bantuan Tzu Chi. Elisa, koordinator kegiatan mengatakan, selama ini interaksi karyawan dengan para pasien atau penerima bantuan Tzu Chi masih kurang karena padatnya pekerjaan. Dengan kunjungan kasih, para karyawan dapat merasakan, melihat, mendengarkan langsung isi hati para penerima bantuan sehingga dapat membuat satu program yang benar-benar berbudaya humanis.
“Kalau kita tidak bisa merasakan dulu waktu kita membuatnya, program itu jadi hambar. Dengan kunjungan kasih, mereka merasakan bagaimana sih kunjungan kasih itu, kenapa ya mereka dibantu. Juga ini memotivasi para penerima bantuan untuk membuat satu lingkaran kebajikan. Artinya membantu orang lain lagi walaupun keadaan ekonomi mereka kurang memungkinkan,” ujar Elissa.
Are You Ready for Change?
Kameramen Senior National Geographic & Discovery, German G. Mintapradja membakar semangat insan DAAI TV untuk terus belajar agar tak tergilas zaman.
“Siapkah kita menghadapi masa depan dengan perubahan?” tanya German G Mintapradja saat Kamp Humanis Karyawan DAAI TV. Kameramen Senior National Geographic and Discovery ini tak hanya berbagi pengalamannya selama menggeluti dunia jurnalistik dan film, tapi mencoba membuka cakrawala berpikir insan media tentang perubahan. German mencontohkan tentang pertikaian antara angkutan kota dengan angkutan berbasis online adalah karena banyak orang yang tidak siap berubah dan sudah terlalu nyaman dengan keadaan saat ini. Begitu juga dengan redupnya Nokia dan Blackberry. Perubahan ada di mana-mana, karena itu insan media harus terus belajar.
“Terus belajar untuk mengambil angle-angle yang berbeda. I must to do something impressive. Kenapa teman-teman tidak mengambil yang impresi karena mau mengambil yang save. Belajar tentang hal-hal kecil di antara kita. Kadang-kadang kita belajar sama newcomer. Ada angle lain,” kata German.
Selain itu, insan media harus bertahan lama dalam berkarya. Ibarat terjun payung, insan media harus punya payung cadangan.
“Anyway
tetap berkarya, tetap menghasilkan sesuatu, dan coba bertahan selama mungkin.
Kita bakal tahu kita big waktu turun
kita punya sayap, bisa flow. Jadi kita mesti melayang. Reporter mesti punya
second option. Jadi apa kalau tidak jadi reporter. Begitu juga editor,
cameramen juga begitu,” tambahnya.
Editor : Yuliati
Artikel Terkait
Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia
16 Maret 2015Sedikitnya 500 hadirin yang terdiri dari donatur dan pemirsa DAAI TV mengikuti acara ini. Memang, menurut Linawaty, koordinator acara, Malam Keakraban DAAI TV ini ditujukan untuk menjalin silaturahmi para donatur, dan pemirsa DAAI TV.
Sosialisasi Produk Daai Tech di Medan
02 Maret 2017Tzu Chi Medan bakal menggelar peragaan busana untuk memperkenalkan produk Daai Technology di Bazar Cinta Kasih Tzu Chi di Sekolah Chandra Kusuma Kompleks Cemara Asli Medan. Salah satu persiapannya antara lain sosialisasi tentang asal usul produk Daai Tech di Jingsi Books & Cafe Jati Junction Medan, pada Sabtu 25 Februari 2017.