Vegetarian Food Festival Sambut Bulan Tujuh Penuh Berkah

Jurnalis : Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi (Tzu Chi Tebing Tinggi), Amir Tan (Tzu Chi Medan)

doc tzu chi

Tzu Chi Tebing Tinggi menggelar sosialisasi Bulan Tujuh Penuh Berkah melalui Vegetarian Food Festival, Minggu 20 Agustus 2017.

Masyarakat awam banyak yang masih menganggap bulan tujuh penanggalan lunar sebagai bulan hantu dan bulan yang tidak baik untuk melakukan aktivitas. Apabila ingin melakukan aktivitas, maka harus melakukan ritual tertentu atau sembahyang tahunan dengan membakar banyak kertas sembahyang, juga memberi persembahan daging hewan. Padahal, dalam ajaran Agama Buddha, bulan tujuh penanggalan lunar merupakan bulan penuh sukacita, penuh berkah, dan bulan berbakti kepada orang tua.

Untuk kembali ke keyakinan yang benar, relawan Tzu Chi Tebing Tinggi menggelar sosialisasi, Minggu, 20 Agustus 2017 melalui Vegetarian Food Festival. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendukung jelang acara puncak Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah yang akan diadakan pada September mendatang.

Vegetarian Food Festival ini terdiri dari tiga sesi acara.  Dimulai dari sosialisasi keyakinan yang benar. Dengan sosialisasi ini diharapkan banyak hati yang tersucikan, dan bisa membedakan ajaran Buddha sesungguhnya dengan tradisi turun-menurun. Selain itu juga diharapkan dapat mengubah pola pikir dan keyakinan takhayul banyak orang menjadi keyakinan  yang benar.

Rangkaian acara Vegetarian Food Festival juga diisi dengan sesi basuh kaki orang tua yang diikuti anak–anak sekolah, relawan, dan tamu undangan.


Anak-anak menyuguhkan teh kepada orang tua sebagai wujud perasaan bersyukur dan berterima kasih.

Hingga saat ini, sebagian orang masih mempraktikkan sembahyang leluhur dengan membakar banyak kertas sembahyang dan mempersembahkan sesajen makhluk hidup sebagai wujud bakti. Sebenarnya niat mereka baik, namun seharusnya memiliki arah keyakinan yang benar. Kertas sembahyang  berasal dari pohon. Karena itu jika dapat mengurangi membakar kertas sembahyang maka bisa menyelamatkan hutan, mengurangi polusi udara, dan  juga menyelamatkan bumi.

Pada kesempatan ini disosialisakan juga tentang makna Ulambana sesungguhnya, yaitu  menyelamatkan makhluk yang menderita. Dalam tradisi, sebagian orang masih mempersembahkan banyak makhluk hidup sebagai sesajen dan wujud pelimpahan jasa kepada leluhur, sehingga ini akan menambah karma buruk mereka.

Berbakti kepada Orang Tua

Kata Perenungan Master Cheng Yen menyebutkan, “Di dunia ini ada dua hal yang tidak dapat ditunda, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat Kebajikan”. Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan prosesi membasuh kaki orang tua. Prosesi ini diikuti 48 pasang anak dan orang tua. Mereka berasal dari anak sekolah, relawan, dan juga tamu undangan.

Penampilan isyarat tangan dari anak–anak sekolah Perguruan Kharisma Tebing Tinggi.

Dengan arahan relawan Wardi, anak-anak diminta untuk berlutut di hadapan orang tua, kemudian membasuh kaki ibu dengan tulus dengan menggunakan handuk kecil yang telah disediakan.  Selanjutnya anak-anak menyuguhkan teh kepada orang tua sebagai wujud rasa terima kasih. Selanjutnya anak-anak bersujud dan menghormat di hapadan kaki orang tua.

Banyak orang tua yang merasa terharu. Air mata bahagia menetes tak terbendung. Anak-anak juga merasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk menunjukkan rasa bakti dan terima kasih kepada orang tua.

“Kami dari pihak sekolah senang sekali menyambut kegiatan ini. Ini salah satu penunjang dari kurikulum sekolah kami yang sekarang diterapkan oleh Menteri Pendidikan yaitu mengenai pendidikan karakter anak. Dengan acara ini mudah–mudahan anak –anak kami di pendidikan karakter akan menjadi lebih baik lagi karena langsung dipraktikkan,” kata Lily, Kepala Sekolah Perguruan Kharisma Tebing Tinggi.


Relawan Laut Tador juga ikut bersumbangsih dalam kegiatan ini.


Bermacam-macam masakan vegetarian disediakan dalam setiap stan.

Menikmati Sajian Vegetarian

Selesai mengikuti sosialisasi tentang keyakinan benar, berbakti kepada orang tua, dan bervegetarian, para tamu kemudian keluar ruangan utama. Mereka berjalan menuju zona festival di lapangan parkir Kantor Penghubung Tebing Tinggi untuk menikmati berbagai menu vegetarian yang disediakan di beberapa stan. Menu–menu vegetarian tersebut disediakan oleh 15 vihara dan juga organisasi keagamaan dan kemasyarakatan Tebing Tinggi yang ikut berpartisipasi dalam Festival ini.

Lebih dari 600 tamu undangan menikmati menu–menu vegetarian lezat yang jarang mereka temukan. Relawan mengajak para tamu menghargai berkah dengan tidak membuang makanan.

“Kami sangat senang diajak bekerjasama. Apalagi tujuannya bagus untuk bervegetarian, menghormati orang tua dan menjalankan Dharma yang benar. Motivasi kebersamaan dalam sebuah wadah untuk mempersatukan vihara–vihara dan organisasi. Gembira, sukacita, bersyukur semua bisa bersatu dari berbagai mazhab agama, berbagai majelis agama Buddha. Di masa akan datang semoga bisa dilaksanakan kegiatan seperti ini lagi,” kata Wie Han dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia.

Kegiatan ini terlaksana dengan lancar berkat dukungan banyak Seperti dari vihara-vihara di Tebing Tinggi, Sei Rampah, Kp. Pon, dan Dolok, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, sekolah, dan juga tokoh masyarakat.

Dua bulan sebelumnya, relawan Tzu Chi mengadakan Tea Gathering pengenalan tentang Tzu Chi ke beberapa vihara, serta organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Silaturrahmi ini pun berlanjut di kegiatan Vegetarian Food Festival ini.

 Editor: Khusnul Khotimah



Artikel Terkait

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -