Vegetarian Wujud Cinta Kasih kepada Semua Makhluk
Jurnalis : Mettayani, Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Suyardi Hartombing (Tzu Chi Pekanbaru)Acara makan vegetarian bersama dimulai sekaligus mensosialisasikan menu vegetarian
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Pekanbaru mengadakan kegiatan Makan Vegetarian dan Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah pada Sabtu, 9 Agustus 2014. Kegiatan ini diadakan di halaman depan Kantor Penghubung dan acara ini terbuka untuk umum. Relawan, simpatisan, xiao pu sha, huo ban men dan tzu ching menghabiskan waktu malam minggu untuk hadir di kegiatan ini. Acara diawali dengan makan vegetarian pada pukul 17.30 WIB, sekaligus mensosialisasikan bahwa menu vegetarian sebenarnya tidak kalah lezat dan bergizi, beraneka variasi penyajian, sehingga bisa memunculkan satu tekad untuk bervegetarian.
Setelah makan vegetarian bersama, para pengunjung mengikuti acara doa bersama bulan tujuh penuh berkah yang dimulai pukul 19.30 WIB. Pada perhelatan tahunan ini terlihat ada perbedaan, biasanya di sesi puja dibawakan oleh relawan senior. Namun pada tahun ini, sebanyak 36 relawan menjadi bagian tim persembahan puja. Dimana 18 orang sudah merupakan relawan resmi, dan 18 orang lagi merupakan relawan rompi dan juga keluarganya relawan. Terlihat mereka begitu khidmat ketika menjalankan puja. Berharap jalinan jodoh ini bisa tetap berlanjut dan dapat menambah barisan bodhisatwa Tzu Chi Pekanbaru.
Para pembawa puja dan tamu yang hadir, berdoa dengan penuh khidmat di acara bulan 7 penuh berkah
Kita sering mendengar petuah dari nenek atau orangtua yang disampaikan secara turun temurun bahwa bulan tujuh penanggalan lunar adalah bulan yang tidak baik atau dikenal dengan bulan hantu. Dipercayai bahwa di bulan ini sering terjadi hal-hal yang tidak baik dan dihindari untuk melakukan pesta pernikahan, peresmian usaha, dan lain-lain. Hingga hari ini tradisi tersebut masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa. Kegiatan sembahyang bulan tujuh atau dikenal dengan “Po Tho” dilakukan secara besar-besaran dengan sesajian yang berasal dari makhluk hidup dan pembakaran kertas sembahyang. Satu kegiatan sembahyang ini telah mengorbankan beratus bahkan beribu makhluk hidup dan menciptakan polusi udara yang sangat luar biasa dan menguras dana yang tidak kecil. Master Cheng Yen sebaliknya mengajarkan kepada kita bahwa Setiap hari sebenarnya adalah hari baik. Sehingga di Tzu Chi, bulan tujuh kita kenal sebagai Bulan Penuh Berkah. Bagi umat Buddha pada bulan tujuh diadakan upacara sembahyang Ulambana (Pelimpahan Jasa) kepada sanak saudara yang sudah meninggal.
Bervegetarian dan Tidak Membunuh
Di sela acara bulan tujuh penuh berkah, ada dua Bodhisatwa membagikan kisah inspiratif. Salah satunya Kiho Shixiong. Sejak SD hingga SMA Kiho Shixiong tinggal di kampung yang terletak di pesisir. Pesisir selalu identik dengan yang namanya sea food. Namun Kiho tidak hanya memakan, tetapi ikut pergi berburu udang bakau di hutan bakau. Udang ini tinggal di dalam tanah untuk membuatnya agar keluar dari sarangnya dibutuhkan insektisida guna meracuninya.
“Sekitar 10 tahun yang lalu, saya pindah ke Pekanbaru dan saya belum bervegetarian. Saya sering menemani Mama belanja di pasar. Saat Mama membeli ayam, saya menunggu di tepi jalan karena takut kotor dan bau. Dari situlah saya melihat ayam disembelih. Suatu hari, saya merenungkan ayam pasti sangat kesakitan. Saya pun menghubungkan dengan yang selama ini saya doakan saat belajar ajaran Buddha yaitu “Semoga semua makhluk berbahagia”, apakah sejalan dengan yang saya doakan? Di samping itu, saya juga harus menunggu lama, karena menunggu ayam dipotong dan ayam atau daging juga lebih berat untuk dibawa. Sejak saat itu saya pun mulai vegetarian di rumah, otomatis Mama Lebih jarang beli ayam,” ungkap Kiho Shixiong.
Semenjak berjodoh dengan Tzu Chi Kiho sudah tidak berburu udang bakau lagi dan bervegetarian
Pada awal menjalani sebagai vegetaris di luar rumah Kiho masih sulit untuk menahan diri untuk makan makanan dari hewani. Pada tahun 2010 dirinya mengunjungi kampung halamannya di sana ia kembali berburu udang bakau bersama teman-temannya, ditengah-tengah kegiatannya pria Pekanbaru ini sempat merenungi nasib dari udang tersebut. Hingga pada 2011 Kiho berjodoh dengan Tzu Chi. Pada acara Sui Mo Zhu Fu (Pemberkahan Akhir Tahun) ia menyelami Sutra Pertobatan Air Samadhi dan bervegetaris dan tidak membunuh. “Buat yang belum bervegetarian, sebelum mau memakan daging hewan, coba bayangkan penderitaan dari hewan itu sebelum sampai di meja makan,” sambung Kiho shixiong.
Jika Yakin, Maka Harus Yakin Sepenuhnya
Kurang lebih dua tahun yang lalu sekitar tahun 2012 semenjak ibu mertua meninggal, Lie Yen shijie mulai meninggalkan tradisi membakar kertas sembahyang. Uang yang tadinya dipergunakan untuk membeli kertas sembahyang, dialihkan untuk berbuat amal. Hal ini dilakukan oleh Lie Yen shijie sebagai wujud tindakan menjaga bumi dan mencintai semua makhluk hidup serta melimpahkan jasa amal kebajikan untuk leluhur. Awalnya, suami Lie Yen masih setengah percaya tentang kertas sembahyang. Ketika kakak dari suami Lie Yen mengetahui bahwa mereka tidak membakar kertas sembahyang di bulan tujuh lunar, kakak langsung meminta mereka untuk membakar kertas sembahyang karena takut almarhum tidak memiliki pegangan di alam baka. Namun Lie Yen menegaskan kepada suaminya bahwa “Jika yakin maka harus yakin sepenuhnya”. Sejak itulah suami Lie Yen shijie turut mendukung istrinya untuk tidak lagi membakar kertas sembahyang.
Dari sejarah Ulambana, kita ketahui bahwa pada bulan tujuh ini hendaknya kita lebih mengembangkan cinta kasih. Menghindari untuk melakukan pembunuhan demi melakukan sesajian dan tidak melakukan pembakaran kertas sembahyang. Dana untuk kertas sembahyang dapat kita salurkan kepada yang membutuhkan. Inilah makna sebenarnya. Dengan tidak melakukan pembunuhan untuk sesajian kita sudah mengembangkan cinta kasih. Dengan makan vegetarian kita juga telah mengurangi pembantaian hewan-hewan yang juga mempunyai hak untuk hidup.
Di akhir acara relawan membagikan pembatas buku kata perenungan Master Cheng Yen
Artikel Terkait
Waisak 2016 : Mewujudkan Keharmonisan dan Ketentraman
23 Mei 2016Pada tanggal 15 Mei 2016, insan Tzu Chi Kantor Penghubung Padang menyelenggarakan peringatan Waisak di Hotel Mercure Padang. Jumlah peserta yang hadir mencapai 300 orang yang terdiri dari 50 relawan Tzu Chi, tokoh-tokoh agama, dan masyarakat umum yang ada di kota Padang.
Sambutan Positif Xiang Ji Fan
16 September 2014 Tzu Chi Pekanbaru mengadakan Pameran Semangat Kemandirian Jing Si pada tanggal 6 dan 7 September 2014 di Mall Ciputra Seraya. Pameran yang mengambil tema “Sehari Tidak Bekerja Sehari Tidak Makan” ini mendapat sambutan antusias dari pengunjung mal.Barisan Tzu Chi Indonesia Dalam Indonesia Philantropy Festival 2016
10 Oktober 2016Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengikuti Indonesia Philantropy Festival 2016 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan yang diadakan sejak tanggal 6 -9 Oktober 2016.