Verifikasi Calon Warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo Palu
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand YahyaMemperagakan isyarat
tangan Satu Keluarga, merupakan
bagian yang selalu mengharukan sebelum proses verifikasi calon warga Perumahan
Cinta Kasih Tzu Chi Tondo dimulai.
“Pak Djahar, apakah sudah disampaikan oleh pak lurah?” tanya Wakil Lurah Tondo di ujung telepon.
“Belum ada, Pak,” jawab Djahar penasaran.
“Itu, ada pertemuan besok jam 8 di kantor walikota,” kata wakil lurah memperjelas kalimatnya.
Saat itu sudah pukul sembilan malam. Djahar yang adalah koordinator lapangan di Hunian Sementara (Huntara) Kompas Tondo langsung memberitahu warga di sana. Salah satunya Fifi Lariyanti yang waktu peletakan batu pertama Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo pada 4 Maret 2019 lalu turut hadir.
“Pak Djahar bilang besok bawa Kartu Keluarga dan KTP di kantor walikota semua kumpul,” kata Fifi. Terus terang saat itu Fifi sedang tak ingin tahu mendetail agenda utama yang katanya pertemuan itu.
Djahar saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari relawan Tzu Chi di tahapan wawancara.
Azhari, suami dari Fifi Lariyanti saat proses verifikasi kelengkapan data.
Esok paginya, Djahar bersama rombongan 20 orang dari Kelurahan Tondo ini menuju ke Aula Baruga Kota Palu, lokasi yang dimaksud. Sebagian naik mobil pick up, sebagian naik sepeda motor, seperti Fifi yang berboncengan dengan suaminya, Azhari. Tiba di Baruga, Fifi kaget dengan apa yang dilihatnya.
“Pas saya lihat bapak-bapak dari Tzu Chi berdiri di tangga Baruga, oh Buddha Tzu Chi,” seketika perasaan bahagia memenuhi hatinya.
“Alhamdulillah berarti kita ada peluang toh. Saya pikir dapat antrean itu mau rapat, ternyata mau dapat rumah Alhamdulillah,” seru Fifi.
Djahar pun sesungguhnya terkejut, yang dikiranya pertemuan dengan pihak walikota ternyata adalah proses verifikasi data juga wawancara untuk mendapatkan hunian tetap dari Tzu Chi Indonesia. Ia sendiri sudah tidak asing dengan Tzu Chi.
Keduanya dan juga ratusan warga Palu yang terdampak gempa, tsunami, serta likuifaksi pada September 2018 lalu dilayani dengan baik oleh para relawan Tzu Chi dan juga petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Di hari pertama verifikasi, yakni pada Sabtu, 24 Agustus 2019, ada sebanyak 533 warga yang menjalani tahapan ini. Sementara di hari kedua, Minggu, 25 Agustus 2019, tahapan ini dihadiri oleh 380 warga. Verifikasi akan berakhir hari ini, Senin, 26 Agustus 2019.
Aula Baruga Jadi Saksi Sejarah
Relawan Tzu Chi selalu berusaha membuat warga nyaman ketika menjawab pertanyaan.
Taman Vatulemo, di mana Aula Baruga, Kota Palu berada, setiap akhir pekan memang selalu ramai dengan warga yang berolahraga. Namun ada pemandangan yang cukup menarik perhatian, yang mana di sisi luar Baruga, baik kiri maupun kanan terpasang banner dengan tulisan besar huruf kapital VERIFIKASI WARGA PERUMAHAN CINTA KASIH TZU CHI TONDO SULAWESI TENGAH.
Tak seperti Djahar ataupun Fifi, sebagian warga yang sudah memadati aula umumnya sudah tahu dengan agenda ini, dari masing-masing grup whatsapp. Warga pun datang dengan membawa map berisi kelengkapan data seperti fotokopi KTP, Kartu Keluarga, dan sertifikat kepemilikan tanah. Ada satu syarat lagi sehingga warga bisa dilayani, yaitu warga harus sudah mengisi formulir dari BPBD Kota Palu yang isinya adalah tujuan pilihan ke hunian tetap Tondo.
Usai mendapatkan nomor antrean, pertama-tama warga akan duduk mengantre sesuai nama kelurahannya. Di depan mereka ada meja yang petugasnya adalah satu relawan Tzu Chi, dan satu orang dari BPBD yang akan mengecek kelengkapan data yang mereka bawa. Kelurahan yang paling banyak mejanya adalah Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Petobo, di mana saat ini diprioritaskan, karena rumah warga di sini hilang ditelan likuifaksi.
Setelah di meja pertama selesai, ada meja di sebelah kanan, khusus tim dari Tzu Chi untuk mewawancarai warga. Jika sudah, barulah warga boleh pulang.
Senyum yang tulus tak pernah hilang di wajah Hartini, relawan Tzu Chi saat mewawancarai warga.
Hartini H. Winata, adalah salah satu relawan Tzu Chi yang selama tiga hari proses verifikasi, bertugas mewawancarai warga. Jika warga membawa data-data lengkap dan ia sendiri memang kepala keluarga, waktu yang diperlukan cukup lima menit. Tapi jika yang datang adalah perwakilan, seperti keponakan, nah itu yang memakan waktu lama.
“Misalnya oleh keponakan, atau anaknya yang sudah menikah dan sudah di luar Kartu Keluarga, tapi dia bilang orang tuanya tidak tinggal di sini atau di luar kota. Nah ini perlu waktu untuk mengetahui lebih dalam supaya relawan tidak salah untuk memilih,” jelas Hartini.
Dalam menjalankan tugasnya, Hartini selalu berusaha untuk tenang, mengedepankan kebijaksanaan, dan menunjukkan rasa empatinya.
“Dalam hati kita juga berpikir tenang, jangan terlalu buru-buru mengambil keputusan apalagi ini sangat menentukan. Apalagi harus menunjukkan sifat empati bersamaan dengan waktu wawancara yang singkat. Nah itu perlu ekstra hati-hati juga ya,” pungkasnya.
Antusias Warga Palu
Dengan sabar, Andre dan Joe Riady menjawab setiap pertanyaan warga. Keduanya juga memberikan pengertian kepada warga yang memang sudah tidak sabar untuk naik tangga menuju Baruga. Karena itu proses verifikasi pun berjalan baik.
Jelang pukul 11.00 WITA, Baruga membludak. Warga yang baru tahu bahwa sedang digelar proses verifikasi data untuk calon warga Perumahan Tzu Chi di Tondo bersikeras masuk. Dengan sabar, Andre Zulman, dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia dan Joe Riady, relawan Tzu Chi menemui warga.
“Sekali lagi saya informasikan KTP dan KK difotokopi dulu, jangan sampai nanti di atas tidak ada, balik lagi capek. Jadi benar-benar dipersiapkan,” kata Andre, dengan mikrofon di tangannya.
“Asal yakin ibu sudah terdaftar di hunian tetap Tondo, ya berarti bisa diproses,” kata Andre menenangkan salah satu warga.
“Baik bapak-ibu sekarang saya panggil lagi ya, antrean nomer 226 sampai 250,” mikrofon kini berpindah ke tangan Joe Riady.
“Kami bikin tiga barisan. Yang di ujung untuk yang Balaroa, sampingnya Petobo, lalu Tondo dan lain-lain,” tambah Joe Riady.
Aula Baruga yang memiliki banyak teralis pun memungkinkan angin menerobos masuk di tengah panasnya cuaca Kota Palu. Karena itu tanpa kipas angin pun kondisi Baruga tetap kondusif dan nyaman. Malahan, sambil mengantre antar warga yang jarang bertemu dapat saling berbincang.
Berty Sumakud, Kabid Perlindungan HAM dari Kemenko Polhukam yang terus memantau proses verifikasi.
Berty Sumakud, Kabid Perlindungan HAM dari Kemenko Polhukam turut memantau jalannya verifikasi.
“Saya lihat antusias masyarakat untuk memberikan verifikasi data cukup besar mengingat ini memang untuk kepentingan mereka. Tapi selain ada istilahnya kesedihan di situ, atau duka di mana ada anggota keluarga yang hilang, meninggal, tapi di satu sisi ada harapan dari mereka untuk ke depan bisa mendapatkan hunian tetap,” ujarnya.
Perasaan yang Campur Aduk
Djahar dengan perahunya.
Usai melewati tahapan verifikasi dan wawancara, Djahar kembali ke Huntara Kompas dengan perasaan lega. Meski harapannya cukup besar untuk mendapatkan rumah, ia berusaha untuk tak memikirkannya. Kalau memang akan dapat rumah, berarti memang sudah rezekinya. Ia hanya bersyukur masih ada Tzu Chi yang masih terus membantu warga Palu.
“Senang saya. Seperti Tzu Chi menghargai kami, kami juga menghargai Tzu Chi. Syukurlah ada bantuan dari luar, Alhamdulillah,” ujarnya.
Rumah Djahar yang hancur dihempas tsunami pada September tahun lalu berukuran 10 x 15 meter. Jarak rumah dengan bibir pantai yang sebelumnya 50 meter, setelah terjangan tsunami kini menjadi sekitar 40 meter saja dan telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai zona terlarang untuk dibangun kembali hunian. Perahu dan kapal 3 GT nya juga hancur lebur, padahal ia sangat tergantung dengan keduanya untuk mencari penghidupan.
Kini, segala tragedi yang menimpa Djahar sudah berlalu. Perahu yang dicicilnya 50 persen lagi lunas.
“Alhamdulillah sudah melewati setengahnya. Saya juga sudah mendirikan pondok untuk menyimpan perkakas melaut,” pungkasnya.
Fifi Lariyanti dan Azhari kini tinggal di hunian sementara (Huntara) Lapangan Kompas Tondo.
Begitu juga dengan Azhari dan Fifi Lariyanti yang usaha salon kecantikan dan rumah kos-kosannya hancur digulung tsunami. Azhari kini telah mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga parkir di sebuah swalayan. Sementara Fifi telah dua bulan ini bekerja sebagai karyawan di kantor penyalur tenaga kerja.
Keduanya berusaha memahami bahwa Tzu Chi memang akan mendahulukan warga dengan skala prioritas. Namun bagi keduanya, rumah yang sedang dibangun oleh Tzu Chi di Tondo adalah harapan mereka satu-satunya saat ini.
“Kalau 1 sampai 10, keinginan kami untuk dapat rumah Tzu Chi itu 10, sangat ingin sekali, karena rumah dan usaha kami sudah hancur,” ujar Azhari.
“Kami senang Tzu Chi masih di sini,” isak Fifi yang mengaku masih terus berusaha untuk bangkit.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Keresahan Warga Palu Akan Hunian Tetap Lambat Laun Berkurang
28 Agustus 2019Barangkali kalau ditanya siapa yang terlihat paling semangat datang ke Aula Baruga kota Palu di hari terakhir verifikasi (26/8/2019), jawabannya adalah oma Lince Malaha (62 tahun). Ia sudah tiba di Baruga pukul 06.30 WITA, saat relawan Tzu Chi tengah mempersiapkan segalanya.
Verifikasi Calon Warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo Palu
26 Agustus 2019Taman Vatulemo, di mana Aula Baruga, Kota Palu berada, setiap akhir pekan memang selalu ramai dengan warga yang berolahraga. Namun ada pemandangan yang cukup menarik perhatian, yang mana di sisi luar Baruga baik kiri maupun kanan terpasang banner dengan tulisan besar huruf kapital VERIFIKASI WARGA PERUMAHAN CINTA KASIH TZU CHI TONDO, SULAWESI TENGAH.