Visi dan Misi yang Sama

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

Relawan Tzu Chi sedang menjelaskan kepada pengunjung dalam pameran buku yang diadakan di Sekolah Bhakti Utama pada hari Sabtu, 19 Juli 2008.

Kami pun merasa berhutang dan berterima kasih sekali dengan Tzu Chi yang telah mementaskan pertunjukan drama Sutra Bakti Seorang Anak. Ini sesuai dengan visi dan misi sekolah kami, berbakti dan kreatif.” (Arifin Tanzil, Pembina Sekolah Bhakti Utama)

Berada di tengah-tengah pemukiman padat di kawasan Jembatan Lima, Jakarta Barat, kehadiran Sekolah Bhakti Utama cukup mencolok di antara bangunan-bangunan lainnya. Kesibukan dan aktivitas mulai terasa sejak pagi di sekolah yang 10 tahun lalu masih berbentuk lembaga kursus bahasa ini –Inggris dan Mandarin. Hari itu, Sabtu 19 Juli 2008, Sekolah Bhakti Utama membuka kelas baru untuk Program Bahasa Mandarin dan Komputer.

Untuk menjaring minat calon dan orangtua murid datang, pihak sekolah pun mengadakan beragam acara menarik, seperti hiburan, workshop pengenalan internet, pemeriksaan kesehatan gratis, dan pameran buku. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah beberapa kali menjalin kerja sama dengan Sekolah Bhakti Utama –melalui pendidikan budi pekerti, isyarat tangan, baksos kesehatan, dan celengan bambu– mengambil bagian dalam pameran buku kali ini. Tidak hanya buku-buku buah karya Master Cheng Yen, tapi juga CD Sutra Bakti Seorang Anak, dan alat makan ramah lingkungan. “Dengan pameran ini, kita mencoba mengenalkan tentang Tzu Chi kepada orangtua murid. Dengan pameran ini kita juga mengajarkan pendidikan bakti anak terhadap orangtua dan juga sosialisasi tentang pelestarian lingkungan,” kata Ayen, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator pameran ini.

Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti
Seperti visi dan misinya, “Berbakti dan Kreatif”, Sekolah Bhakti Utama juga sangat menekankan pentingnya sikap berbakti seorang anak kepada orangtuanya. “Bagaimana TK dan SD Bhakti Utama ini dapat menanamkan satu nilai kepada anak bahwa sumber dari segala kebaikan adalah kita berbakti kepada orangtua,” kata Arifin Tanzil, pembina sekolah, yang juga menjabat Ketua Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis (BKPB). Karena itulah, Arifin merasa semakin dekat dengan Tzu Chi ketika Tzu Chi mementaskan pertunjukan drama Sutra Bakti Seorang Anak. “Itu dilakukan dengan indahnya oleh Tzu Chi,” pujinya.

foto  foto

Ket : - Arifin Tanzil, pembina Sekolah Bhakti Utama dan Ketua Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis (BKPB) saat
          mengunjungi stand pameran buku Tzu Chi. (kiri)
          - Rosliana, Kepala TK Bhakti Utama menunjukkan celengan bambu yang tengah digalakkan di sekolahnya.
          Rencananya, di tahun ajaran baru ini, pihak sekolah akan kembali mengadakan sosialisasi celengan bambu
          kepada para murid dan orangtuanya. (kanan)

Kerja sama konkret pun dilakukan, salah satunya dengan mengirimkan seluruh guru Sekolah Bhakti Utama mengikuti pendidikan budi pekerti di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi setahun silam. “Bagaimana bisa memberikan kepada murid-murid, tidak hanya pada pelajaran kontemporer saja, tapi juga ada satu nilai pendidikan budi pekerti kepada anak-anak agar bisa menjadi harapan bagi keluarga dan masyarakat,” tegas Arifin.

Manfaat pelatihan ini juga dirasakan oleh Rosliana Tasman, Kepala TK Bhakti Utama. “Bagus sekali ya, pengetahuan kita jadi bertambah dalam mengajarkan sikap dan perilaku yang baik terhadap anak-anak,” kata Rosliana. Dia pun berpendapat, meski materi pendidikan budi pekerti di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi diadaptasi dari Taiwan, namun praktek dan penerapannya sangat relevan diterapkan di Indonesia.

Melatih Anak Berdana
Wujud dari jalinan jodoh baik antara Tzu Chi dan Sekolah Bhakti Utama pun berlanjut dengan dilakukannya sosialisasi celengan bambu di sekolah ini oleh relawan Tzu Chi. Respon positif pun mengalir dari orangtua dan murid, serta staf sekolah. “Semua orang ikut berdana. Suatu hal yang baik, dimana mengajarkan bahwa berdana itu bukan hanya monopoli orang kaya saja,” kata Arifin. Hasilnya pun cukup menggembirakan. Dalam waktu 3 bulan saja sudah terkumpul dana sejumlah Rp 4.587.000,- dan semuanya disumbangkan ke Tzu Chi. “Yang penting adalah masalah kepercayaan bahwa dana yang dikumpulkan oleh banyak orang ini bisa sampai ke tangan yang membutuhkan. Kami percaya Tzu Chi memegang teguh kepercayaan itu,” terang Arifin, tentang alasannya memilih Tzu Chi untuk menyalurkan dana amal di sekolahnya. Sedangkan Rosliana menganggap bahwa aktivitas sosial Tzu Chi sudah tak perlu diragukan lagi. “Selain itu, Tzu Chi juga netral, tidak memandang siapapun,” sambungnya.

foto  foto

Ket : - Meski baru 3 bulan dimulai, dana yang terkumpul dari Sekolah Bhakti Utama terbilang besar, Rp 4.587.000,-.
          Dana ini seluruhnya akan disumbangkan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. (kiri)
         - Untuk menarik minat pengunjung (calon siswa dan orangtuanya), pihak sekolah pun mengadakan beragam
          acara, salah satunya hiburan badut. Selain itu juga ada pameran buku, pengenalan internet sampai
          pemeriksaan kesehatan. (kanan)

Dengan celengan bambu, menurut Rosliana, membuat anak-anak senang untuk berdana karena bentuknya yang unik dan variatif. “Mereka juga senang karena memasukkan sendiri uangnya ke dalam celengan,” kata Rosliana. Setiap hari, sebelum masuk kelas, murid-murid selalu mengisi celengan bambu yang ada di depan kelas mereka masing-masing. Dengan kebiasaan baik ini, anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab dan berdisiplin. “Kami tidak mengharuskan, hanya menganjurkan saja, tapi dukungan orangtua ternyata cukup besar,” kata Rosliana yang berencana akan melanjutkan tradisi menabung dalam celengan bambu di sekolah yang dipimpinnya.

Bagi relawan Tzu Chi sendiri, minat dan antusiasme para guru, murid dan orangtuanya dalam mendukung progran-program Tzu Chi sangat besar. “Rasanya baru kemarin kita sosialisasi celengan bambu di sekolah ini, tapi hasilnya sudah menggembirakan,” kata Ayen, relawan Tzu Chi. Menurutnya, celengan bambu bisa mengajarkan anak-anak untuk belajar berhemat dan menabung untuk menolong orang lain. Minat para orangtua murid dalam mengenal dan memahami Tzu Chi pun terlihat dengan terjualnya beberapa buku karya Master Chen Yen (Lingkaran Keindahan dan Sanubari Teduh 1 dan 2), CD Sutra Bakti Seorang Anak, dan alat makan ramah lingkungan.

 

Artikel Terkait

Kisah Sukses Program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh di Medan

Kisah Sukses Program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh di Medan

09 Desember 2021

Program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh (Wholefood Vegan Diet) di Tzu Chi Medan terus bergulir, saat ini sudah memasuki putaran ketiga. Program ini diikuti oleh 96 peserta.

Kami Sahabat Bumi

Kami Sahabat Bumi

18 Juli 2012 Hari Minggu, 15 Juli 2012, Tzu Ching Indonesia bersama-sama melakukan kegiatan pelestarian lingkungan di berbagai daerah, mulai dari Medan, Batam, Pekanbaru, Jakarta, Tangerang, Bandung, hingga Singkawang. Sebanyak 245 generasi muda Indonesia pun bergerak melakukan pelestarian lingkungan pada hari itu.
Agar Lebih Memahami Tzu Chi

Agar Lebih Memahami Tzu Chi

29 Juli 2009 Dengan seringnya bertemu, saling mengeluarkan pendapat, pikiran dan ide-ide, secara tidak langsung akan menimbulkan saling pemahaman di antara sesama relawan. “Kita mengerti pendapat orang lain, itu berarti kita mengenal orang itu juga. Nah, sewaktu kita akan mengajukan kegiatan sekalipun, kita juga enak gitu. Pas di lapangan juga jadi lebih akrab,” terang Budi.
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -