Waisak 2017: Hikmah Waisak dalam Keberagaman

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A

doc tzu chi

Formasi bentuk Genta dan Genderang yang dibuat oleh para peserta dalam perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi sedunia di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

“Memupuk Berkah: Dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa. Membina Kebijaksanaan: Dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang mengubah kehidupan,” menjadi tema Tzu Chi di tahun 2017. Tema ini pula yang memberikan jalinan jodoh bagi berbagai umat untuk ikut berpartisipasi dalam perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi sedunia pada 14 Mei 2017.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Jing Si, Tzu Chi Center ini terbagi dalam 2 sesi yang diikuti oleh siswa-siswa sekolah di Jakarta-Bogor, Sekolah Tzu Chi Indonesia, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, relawan Tzu Chi, umat-umat agama lain, dan masyarakat umum. Total keseluruhan peserta berjumlah 4.873 orang termasuk di dalamnya jemaat dari St. Gereja Fransiskus Xaverius, Jakarta Utara.

“Di Indonesia ini banyak agama, keberagaman itu juga ingin kita ketahui. Ini pertama kali kami satu gereja mengikuti kegiatan Waisak di Tzu Chi,” ungkap Lucia Sulistyorini (50), ketua rombongan dari Gereja St. Fransiskus Xaverius setelah mengikuti perayaan Waisak. Lucia Sulistyorini atau yang akrab disapa Rini ini juga menambahkan, kegiatan Waisak di Tzu Chi adalah kegiatan keagamaan sekaligus menyatukan umat-umat dari agama lain.

Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Timur memberikan pengarahan kepada umat Gereja St. Fransiskus Xaverius, Jakarta Utara sebelum mengikuti kegiatan perayaan Waisak di Tzu Chi.


Johan Kohar, relawan komite Tzu Chi Komunitas He Qi Timur sekaligus pendamping dari umat Gereja St. Fransiskus Xaverius menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Tzu Chi.

Rini pun menanggapi keikutsertaan para jemaat dari Gereja St. Fransiskus Xaverius berawal dari jalinan jodoh saat pembagian paket cinta kasih (beras) Tzu Chi di wilayah Jakarta Utara pada bulan April 2017. Pembagian beras tersebut melibatkan relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Timur bersama pihak Gereja St. Fransiskus Xaverius. Ia pun sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Tzu Chi. “Kegiatan Tzu Chi itu positif, kita harus banyak ambil nilai-nilai positifnya untuk kehidupan. Kalau dalam diri sendiri sudah menyerap nilai tersebut, maka bisa dibagikan dan disebarkan ke orang lain,” ungkap Rini.

Sebanyak 90 perwakilan dari jemaat Gereja St. Fransiskus Xaverius mengikuti perayaan Waisak dan masuk dalam barisan formasi Genta dan Genderang. Setelah mengikuti perayaan, Rini pun memetik hikmah dari kegiatan Waisak di Tzu Chi. “Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegiatan ini seperti keteraturan, kebersamaan, dan keikhlasan dari relawan Tzu Chi,” pungkas Rini. Ke depannya, para jemaat dari Gereja St. Fransiskus Xaverius juga bersedia mengikuti kegiatan Tzu Chi jika berjodoh waktu dan tempatnya.

Johan Kohar, relawan komite komunitas He Qi Timur yang mendampingi para jemaat dari Gereja Fransiskus Xaverius merasa senang karena ia bisa meneruskan pesan Master Cheng Yen. “Seperti pesan Master Cheng Yen bahwa, Yayasan Buddha Tzu Chi Itu adalah lintas agama. Untuk itu kegiatan Waisak ini juga sebuah kegiatan untuk merangkul umat-umat dari agama lain,” kata Johan.

“Tanggapan mereka welcome banget saat diajak berpartisipasi dalam perayaan Waisak, tapi ada beberapa penjelasan. Walaupun ritualnya dengan Buddhis tetapi kita tetap berdoa dengan iman kita masing-masing,” ungkap Johan, menceritakan saat-saat mengajak jemaat Gereja St. Fransiskus Xaverius berpartisipasi dalam Waisak. Jemaat Gereja St. Fransiskus Xaverius pun dengan khidmat mengikuti jalannya prosesi perayaan Waisak di Aula Jing Si.

Keceriaan Lucia Sulistyorini (50), ketua rombongan umat Gereja St. Fransiskus Xaverius sebelum mengikuti perayaan Waisak.


Dengan penuh khidmat, Lucia Dewi (34) ikut berdoa dalam perayaan Waisak di Tzu Chi.

Antusiasme jemaat Gereja St. Fransiskus Xaverius terlihat begitu besar. Salah satunya adalah Lucia Dewi (34), ia bersama rombongan duduk dalam barisan formasi Genta. Kegiatan yang baru pertama ia ikuti ini memberikan banyak pembelajaran baginya. “Kegiatan Waisak ini menarik, saya juga banyak belajar dari sini. Awal mulanya melihat tayangan-tayangan tentang kegiatan yang dilakukan Tzu Chi, dan itu menyentuh hati,” ungkap Dewi.

Dewi pun merasakan suasana keberagaman yang begitu tinggi dalam kegiatan Waisak di Tzu Chi. Apapun keyakinannya tetap dihormati dan diajak untuk berdoa dalam kegiatan ini. “Beraneka macam budaya dan agama yang saya lihat dalam kegiatan ini. Kita benar-benar tenang rasanya, apalagi saat pemandian rupang di situ kita tulus berdoa untuk semua,” ungkap Dewi menceritakan pengalamannya. Ia juga banyak mendapat nilai-nilai positif dari kegiatan Waisak di Tzu Chi. Jika ada kesempatan, ia pun ingin sesekali berpartisipasi lagi dalam kegiatan-kegiatan Tzu Chi.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -