Waisak 2017: Kompak Itu Indah!

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara 2), Fotografer : Lo Wahyuni (He Qi Utara 2), Agus DS (He Qi Barat)

doc tzu chi

Ratusan murid dari beberapa sekolah di wilayah Jabotabek berdatangan ke Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, MInggu, 14 Mei 2017 Jakarta untuk mengikuti Peringatan Hari Waisak.

“Ini pertama kali datang ke Tzu Chi.  Saya kagum dengan kemegahan gedungnya, disiplin dan kerapian barisannya. Saya senang bisa ikut sekolah berpartisipasi di acara ini  sebab  Waisak adalah hari raya besar umat Buddha dan kesempatan berbuat banyak kebajikan,” kata Natasha Aurelia (15), seorang murid kelas 9 dari Sekolah Silaparamita, Jakarta yang datang bersama 40 orang teman-temannya dengan transportasi bus dari Jatinegara.  

Pagi ini, Minggu 14 Mei 2017, tepatnya pukul 10.00 WIB, ratusan murid dari beberapa sekolah di wilayah Jabotabek berdatangan ke Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Setiap minggu kedua bulan Mei dirayakan tiga hari besar sekaligus di Tzu Chi, yaitu  Hari Waisak, Hari Tzu Chi sedunia dan Hari Ibu Internasional. 

“Saya Vegetarian sejak  beberapa bulan lalu sebab Hari Waisak  ada tiga peristiwa penting yang dirayakan sekaligus yaitu kelahiran, tercapainya penerangan sempurna, dan wafatnya Sang Buddha. Di rumah, orang tua juga sudah vegetarian. Mereka sangat senang dan mendukung saya untuk vege. Rasa hormat dan sayang saya kepada papa mama juga makin bertambah. Sebagai anak tunggal, kelak saya harus  mengurus kedua orang tua,”  tutur Ang Tonio (16) kelas 10 SMA  Ananda, Bogor yang beragama Buddha  ini dengan tersenyum.

Lulu Wiratama (kacamata) & Karolina  berharap semua orang bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan. 

Senyuman bahagia  juga terpancar dari wajah dua orang sahabat dari gugus Pramuka, SM Mardi Waluya, Cibinong yaitu Lulu Wiratama (16) dan Kardina Novelia (17). Meskipun keduanya berbeda keyakinan, Lulu , seorang Muslim  dan Kardina, pemeluk agama Katolik namun persabatan keduanya sangat baik dan saling menghargai.  

“Kita juga kagum dengan Tzu Chi, dengan cinta kasih universalnya mampu merangkul semua golongan di masyarakat. Sebagai pramuka, kita juga ditanamkan paham untuk memberikan cinta kasih tanpa membeda-bedakan,” kata Lulu  dan diamini oleh Kardina dengan anggukan kepala.

“Harapan kami semoga semua orang bisa saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan dan meletakkan cinta kasih sebagai dasarnya, sebab rasa kompak begitu indah,”  kata kedua sahabat yang berbaju pramuka lengkap ini.


Lenny tak dapat membendung air mata saat prosesi cuci kaki.


Effendi memeluk Prajna di acara prosesi cuci kaki.

Prosesi mencuci kaki orang tua

Di penghujung acara, diadakan prosesi mencuci kaki orang tua   oleh murid-murid Sekolah Tzu Chi Indonesia, sebagai salah satu acara memperingati hari Ibu Internasional. Ibu adalah figur yang luar biasa dan penuh pengorbanan kala melahirkan dan membesarkan anaknya.  Irene (7) bocah kelas 1 bersujud di depan kaki sang ibunda, Lenny (41) dengan memberikan seuntai bunga mawar sebagai tanda cintanya.

Gan en mama, Irene sayang mama,” kata putri sulung dari dua bersaudara ini. Lenny tidak kuat menahan air mata yang membasahi pipinya  dan memeluk erat  sang putri tercinta.

Sementara itu bagi Effendi orangtua dari Prajna (7), kegiatan mencuci kaki adalah sesuatu yang luar biasa. “Saya sangat  mengapresiasi  acara mencuci kaki orang tua ini  sebagai wujud bakti anak kepada orang tua. Terima kasih Tzu Chi dan Selamat ulang tahun. Semoga Tzu Chi semakin sukses,” kata Effendi.

dr. surya berharap bisa hadir lagi tahun depan dalam peringatan Waisak yang digelar Tzu Chi.

Appresiasi lainnya diberikan oleh peserta dari masyarakat umum, dr. Surya (83) dan tengah duduk di kursi roda. dr. Surya datang bersama istrinya. 

“Kalau masih ada umur panjang, tahun depan saya pasti akan datang lagi ke acara ini sehingga bisa terus berdoa agar kita bisa bebas bencana dan semua bisa hidup penuh damai dan bahagia.”

Semoga doa tulus dr. Surya dan doa ratusan peserta yang hadir pada acara hari ini dapat terkabul. Semoga kekompakan masih terus terjaga di bumi nusantara tercinta ini dan mengedepankan cinta kasih dan saling menghormati.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -