Waisak 2019: Berbagai Kisah Dalam Memperingati Tiga Hari Besar

Jurnalis : Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Beverly Clara, Abdul Rahim, Vincent, Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)


Pada Minggu, 12 Mei 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun bersama-sama memperingati Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Sebanyak 222 orang yang berpartisipasi pada kegiatan kali ini.

Seluruh insan Tzu Chi di seluruh dunia merayakan Hari Waisak, Hari Tzu Chi Sedunia, dan Hari Ibu Internasional pada 12 Mei 2019. Begitu juga dengan insan Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun, para relawan bersama dengan jutaan insan Tzu Chi di seluruh dunia ikut berdoa bersama untuk kebahagiaan agar dunia terbebas dari bencana. Kegiatan kali ini bertempat di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dan diikuti oleh 222 peserta.

Para relawan pun datang 2 jam lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kelancaran kegiatan yang akan dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB. Acara dimulai dengan relawan yang berbaris rapi di lantai bawah, kemudian naik ke lantai atas setelah membasuh tangan. Kegiatan ini dihadiri mulai dari anggota Sangha, Romo Pandita, relawan Tzu Chi, dan tamu undangan. Kegiatan Hari Waisak tahun ini hanya berjalan satu sesi saja yang diawali dengan "Lu Xiang Zan" dan diakhiri dengan doa bersama untuk dunia dan semua makhluk.

 

Sebelum memulai kegiatan, para relawan dan tamu undangan membasuh tangan untuk membersihkan hati untuk mengikuti kegiatan Waisak. Tampak salah satu relawan Tzu Chi, Lioe Boi Lie sedang membersihkan tangannya.

Kegiatan yang berjalan dengan hikmat dan tertib ini memberikan kesan yang mendalam bagi beberapa relawan yang hadir saat itu. Wena (24), salah satu relawan yang hadir pertama kali mengikuti kegiatan Waisak di Tzu Chi merasakan doa yang dilaksanakan memberikan rasa haru pada dirinya. Ia dapat berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi karena kebiasaan dia menyaksikan Da Ai Tv setiap harinya.

Suatu saat ia melihat tayangan tentang bantuan Tzu Chi ke negara yang sedang terkena bencana. Di saat itu pula dalam benaknya muncul niat untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Dan dalam kesempatan ini, ia pun merayakan Waisak dengan memakai seragam Tzu Chi. “Perayaan Waisak di Tzu Chi ini berbeda, saya merasakan rasa haru saat berdoa bersama,” ujarnya Wena.

Tzu Chi Adalah Keluarga Kedua
Musibah kebakaran yang menimpa salah satu relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Martini (38) pada 17 Agustus 2016 silam membuatnya sangat terpukul. Kejadian ini membuat dirinya mengalami luka bakar yang sangat parah. Pada saat kejadian, benaknya langsung teringat relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Martini pun langsung menghubungi relawan untuk menolongnya.


Ketua Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Sukmawati sedang memberikan bimbingan kepada Xiao Tai Yang cara melakukan prosesi pemandian rupang Buddha.

Disinilah Martini sangat terharu dengan tindakan relawan Tzu Chi yang tanpa pamrih menolong dirinya saat kejadian tersebut. "Tzu Chi disaat itu langsung memberikan pertolongan kepada saya, disitu saya merasa tenang. Disaat kejadian, saya tidak tahu mau menghubungi siapa. Orang pertama yang saya hubungi adalah relawan Tzu Chi karena saat itu saya hanya teringat Tzu Chi adalah keluarga kedua saya," ungkap Martini yang terharu saat mengikuti perayaan Waisak di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

Perayaan Waisak pada tahun 2019 ini juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan bumi yang kita tinggali saat ini. Untuk itu Master Cheng Yen selalu menekankan relawan untuk aktif melakukan daur ulang dan menyebarkan semangat daur ulang pada masyarakat. Semangat ini pun terlihat pada salah satu relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Lioe Boi Lie (50). Hingga saat ini ia terus bersumbangsih untuk menularkan semangat mendaur ulang barang-barang yang masih bisa digunakan lagi.

 

Martini (38), salah satu relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun sudah menganggap Tzu Chi adalah keluarga kedua karena membantunya untuk bangkit dari musibah kebakaran yang menimpanya.

Bagi relawan yang tidak mengetahui kegiatan Lioe Boi Lie, mungkin akan mengira kalau ia sekarang sudah tidak aktif di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun lagi. Kesibukannya banyak diisi dengan menyumbangkan tenaganya untuk membantu menjual kembali barang-barang daur ulang Tzu Chi yang masih layak untuk digunakan di sebuah ruko tempat ia berkerja.

Dan setelah Lioe Boi Lie membantu menjual kembali, hasil yang ia dapatkan akan sepenuhnya diberikan kepada depo daur ulang Tzu Chi. “Saya pernah lihat barang di depo daur ulang lumayan banyak yang masih tidak bisa terjual, kalau tidak ada yang beli kan sayang. Kebetulan saya bekerja di tempat menjual barang pecah belah jadi saya pun membantu menjualkan barang daur ulang Tzu Chi di toko tempat kerja saya tersebut," ujarnya.   

Jalinan Jodoh yang Terus Terjalin
Jalinan Jodoh Tzu Chi dengan masyarakat tidak akan berhenti. Jalinan Jodoh Narno yang tahu dengan Tzu Chi dimulai tahun 2005. Saat itu rumah orang tuanya mengalami kebakaran dan habis semua barang-barang di rumahnya. Yang tersisa hanya pakaian yang dipakai dan orang tuanya. Jainan jodohya dengan Tzu Chi adalah saat pertama kali menerima bantuan beras yang terdapat logo Tzu Chi. Kemudian jalinan jodoh tersebut membulatkan tekadnya untuk ikut bergabung dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Setelah beberapa kali mengikuti kegiatan Tzu Chi, ia merasa kalau Tzu Chi merupakan yayasan sosial yang tidak membedakan agama, ras, dan lainnya.

 

Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Narno (35) sangat tersentuh oleh Tzu Chi karena membantu orang tanpa melihat agama, ras, dan lainnya.

Jodoh yang sekian lama terjalin kemudian mendapatkan hasilnya. Pada tahun 2019 ini, Narno bersama istrinya sudah bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Saya mengenal Tzu Chi dimulai saat rumah saya mengalami kebakaran. Mulai saat itu saya ingin mencari tahu dengan Yayasan Buddha Tzu Chi dan sekarang saya sudah dapat bergabung menjadi relawan bersama istri saya,” ujar Narno. “Setiap hari Minggu, saat jadwal saya tidak bentrok maka saya akan ikut bersubangsih bersama Tzu Chi, daripada saya habiskan waktu di hari libur dengan kegiatan yang kurang bermanfaat,” tambah Narno.

Semoga Hari Waisak, Hari Tzu Chi Sedunia, dan Hari Ibu Internasional yang telah dilaksanakan pada tahun 2019 ini dapat menjalin jodoh baik dengan masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun. Dan semoga doa jutaan insan Tzu Chi di seluruh dunia menjadikan hati manusia tersucikan, masyarakat damai serta bahagia, dan dunia terbebas dari bencana.


Editor: Arimami Suryo A. 


Artikel Terkait

Perayaan Waisak di He Qi Pusat

Perayaan Waisak di He Qi Pusat

06 Juni 2024

Untuk membuka kesempatan bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi, komunitas He Qi Pusat mengadakan perayaan doa bersama memperingati tiga Hari Besar di ITC Mangga Dua.

Semangat Waisak di Hati Bodhisatwa Cilik

Semangat Waisak di Hati Bodhisatwa Cilik

04 Juni 2012 Meski sudah hampir sebulan berlalu, semangat Waisak di hati insan Tzu Chi belum luntur. Setelah kantor-kantor penghubung Tzu Chi di seluruh Indonesia melaksanakan prosesi pemandian rupang Buddha, kali ini giliran Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan prosesi yang sama bagi murid-murid.
Suara Kasih: Mempersiapkan Upacara Waisak

Suara Kasih: Mempersiapkan Upacara Waisak

14 Mei 2012 Kita melihat insan Tzu Chi terus-menerus berlatih untuk mempersiapkan peringatan Hari Ibu, Hari Kelahiran Buddha, dan Hari Tzu Chi. Semua orang harus bersungguh hati.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -