Waisak 2019: Menenteramkan Batin Warga Binaan

Jurnalis : Wentina Magdalena (DAAI TV MEDAN), Fotografer : Pieter Chang (Tzu Chi Medan)


Para warga binaan dengan khidmat merayakan Waisak di dalam Lapas Tanjung Gusta Medan. Perayaan ini diadakan relawan Tzu Chi agar para warga binaan ini bisa tetap merasakan kebahagiaan Waisak.

Tiba saatnya bagi umat Buddha menyambut hari suci, Hari RayaWaisak.  Perayaan ini dirayakan sebagai bentuk meneladani, mencontoh, dan melaksanakan ajaran Buddha. Perayaan khidmat dan agung ini biasanya akan dilakukan bersama-sama orang terkasih, seperti keluarga, saudara, maupun sahabat. Namun tidak dengan para warga binaan yang beragama Buddha di Rutan Kelas 1 Tanjung Gusta Medan. Mereka harus merayakan hari suci ini jauh dari keluarga dan masyarakat.

Memahami kesulitan yang dirasakan warga binaan, 11 orang relawan Tzu Chi Medan tersentuh untuk menyempatkan diri merayakan Hari Waisak bersama 58 orang warga binaan di Aula Serbaguna Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan, Sumatera Utara pada Minggu, 14 Mei 2019. Perayaaan ini dirayakan dengan  mengadakan prosesi pemandian Rupang Buddha.

 

Prosesi pemandian Rupang Buddha yang menjadi representasi menyucikan hati.

Para warga binaan berbaris rapi dan bersikap anjali berjalan menuju Altar Buddha yang disiapkan relawan Tzu Chi Medan. Prosesi pemandian Rupang Buddha dimulai dengan memberi penghormatan kepada Buddha, mempersembahkan Pelita, Air, dan Bunga. Ketika  membasuh tangan dengan air, ini sebagai lambang menyucikan diri dari noda batin.

Perayaan Waisak di Lapas Tanjung Gusta Medan ini merupakan yang pertama kalinya diadakan relawan Tzu Chi Medan. Salah seorang relawan yang menjadi koordinator acara ini, yakni Shu Tjeng mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya dan bersyukur dapat merayakan hari suci ini bersama mereka. “Saya melihat mereka begitu tulus. Perasaan mereka begitu bersyukur, hari ini ada acara untuk menghormati Buddha, menghormati budi orang tua, dan menghormati budi semua mahluk,” kata Shu Tjeng.

 

Ada 58 orang warga binaan yang mengikuti perayaan Waisak ini.

Perasaan khidmat ini tak hanya dirasakan oleh relawan namun juga dirasakan oleh para warga binaan. Acai, salah satunya. Lelaki berusia 48 tahun ini mengungkapkan keberadaan insan Tzu Chi seperti keluarga baru bagi kehidupan mereka yang jauh dari keluarga dan masyarakat. Acai juga mengungkapkan keinginannya untuk dapat bergabung dengan Yayasan Buddha Tzu Chi setelah keluar dari tempat ini. Welas asih insan Tzu Chi telah mengetuk hatinya untuk bisa melakukan kebaikan seperti yang telah dilakukan oleh para relawan. “Sudah saya pikirkan, ketika saya keluar nanti dari rutan ini, saya akan ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi. Saya pasti akan bergabung,” ungkapnya antusias.

Apa yang telah dilakukan insan Tzu Chi seperti dengan menebarkan cinta kasih di lahan tandus. Insan Tzu Chi telah menanamkan benih-benih sukacita dengan merayakan Waisak di dalam Lapas ini. Tidaklah sulit untuk berbuat kebaikan, sudah saatnya  kita ikut tergerak untuk bisa meluangkan waktu kita bagi orang yang membutuhkan. Semangat menebar kebaikan.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -