Waisak 2022: Menyucikan Batin dan Membuka Kebijaksanaan

Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Erli Tan

Sebanyak 102 orang relawan Tzu Chi Jakarta dan sekitarnya berkumpul di Xi She Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara untuk mengikuti prosesi Waisak 2022 yang dilakukan secara online dari Tzu Chi Taiwan.

Minggu, 8 Mei 2022, pukul 06.00 WIB, insan Tzu Chi Indonesia dan 47 negara lainnya bersama-sama mengikuti perayaan Waisak secara online dari Tzu Chi Taiwan. Selain di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, relawan juga berkumpul di Kantor Tzu Chi Surabaya, Pekanbaru, Singkawang, Medan, Tebing Tinggi, Palembang, Batam, dan Tanjung Balai Karimun. Sebagian lagi mengikuti dari rumah masing-masing melalui Youtube dan Zoom. Total peserta dari Indonesia mencapai 1.398 orang.

Perayaan Waisak di Tzu Chi setiap tahunnya juga sekaligus memperingati Hari Tzu Chi Sedunia dan Hari Ibu Internasional, dengan tema Mengingat Budi Luhur Buddha, Orang Tua, dan Semua Makhluk. Acara Waisak dimulai dengan melantunkan Gatha Pendupaan, Gatha Pujian bagi Buddha, dan Syair Pertobatan, dilanjutkan dengan prosesi pemandian rupang Buddha.

Dengan khidmat relawan mengikuti acara Waisak mulai dari melantunkan Gatha Pendupaan, Gatha Pujian bagi Buddha, Syair Pertobatan, pemandian rupang Buddha, berdoa, hingga pelimpahan jasa.

Makna dari prosesi Waisak adalah membersihkan batin sendiri, membuka kebijaksanaan, mengikis kerisauan dan noda batin, serta menemukan kembali hakikat diri yang suci bersih.

Dalam prosesi pemandian rupang Buddha, terdapat tiga aba-aba. Pertama adalah “Li Fo Zu”, artinya “sujud di kaki Buddha”, sambil membungkukkan badan merendahkan hati di depan Buddha, menunjukkan sikap hormat pada ajaran Buddha. Lalu “Cheng Zai Jie” yang artinya “tulus bervegetaris”, yaitu dengan tulus berikrar mulai saat ini tidak memangsa makhluk lain (hewan-hewan) dan tidak memakannya, mengubah diri menjadi lebih suci bersih, juga menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Ketiga adalah “Zhu Fu Ji Xiang”, yang artinya “semoga berkah dan kebajikan selalu menyertai”.

Berdasarkan penjelasan Chen Zhuqi yang memandu acara Waisak ini, makna prosesi Waisak ini sesungguhnya adalah membersihkan batin sendiri, membuka kebijaksanaan, mengikis kerisauan, mengikis noda-noda batin, dan menemukan kembali hakikat diri yang suci bersih. Acara lalu dilanjutkan dengan pemukulan lonceng dan genderang perdamaian oleh para sesepuh Sangha yang ada di Taiwan. Mendengar suara lonceng ini melambangkan bahwa dengan ini noda batin pun terkikis, mendengar suara genderang maka kebijaksanaan pun terbuka.

Simbol Membersihkan Noda Batin
Salah satu peserta Waisak yang hadir di Aula Jing Si Jakarta adalah Feranika Husodo. Setiap tahun relawan komite yang aktif di Tzu Chi sejak tahun 2009 ini mengikuti Waisak walaupun dirinya bukan beragama Buddha. “Waisak di Tzu Chi itu universal, dari saya pribadi pemandian rupang Buddha itu sama seperti kita lagi membersihkan hati kita. Bagi saya itu hanyalah sebuah simbol, saat ‘Li Fo Zu’ tangan kita menyentuh air, kita menyadari diri kita kotor karena ada banyak noda batin, kita juga mau menghapus dosa-dosa kita melalui prosesi ini,” ujar Feranika. Baginya mengikuti Waisak di Tzu Chi sama sekali tidak bertentangan dengan keyakinannya apalagi mengubahnya. Ia juga merasa mengikuti Waisak Tzu Chi adalah sebuah wujud bakti dan kepatuhannya terhadap ajaran gurunya, Master Cheng Yen.

Relawan tampak berdiri rapi dan khusyuk sedang berdoa dengan tulus.

Waisak Tzu Chi bersifat universal dan bisa diikuti oleh umat manapun walau bukan beragama Buddha, Feranika Husodo misalnya, baginya mengikuti Waisak di Tzu Chi ini sama sekali tidak bertentangan dengan keyakinannya.

Di akhir acara Waisak ini Master Cheng Yen memberikan pesan cinta kasih selama 6 menit. Beliau bersyukur karena insan Tzu Chi dari 48 negara dapat bersama-sama merayakan Waisak, dapat bersatu hati dengan tulus bersyukur atas budi luhur Buddha, orang tua, dan semua makhluk. “Ajaran Buddha berada di tengah masyarakat, sehingga semua Bodhisatwa dunia memiliki sebuah arah yang sama, terjun ke tengah masyarakat bersumbangsih demi meringankan penderitaan,” ucap Master Cheng Yen.

Beliau pun berharap agar setiap orang dapat bersyukur atas tubuh jasmani yang diberikan orang tua dengan cara melakukan sumbangsih yang membawa manfaat kepada masyarakat, juga menyayangi setiap makhluk dan menggunakan cinta kasih untuk menyucikan hati manusia. “Semoga dunia damai tenteram, empat unsur alam selaras, hati manusia suci murni, dunia bebas dari bencana. Terima kasih kepada semua Bodhisatwa yang hadir, semoga doa kita dapat terdengar oleh para Buddha,” lanjutnya. Master Cheng Yen dalam kesempatan ini juga menekankan kembali akan pentingnya menyayangi semua makhluk tanpa kecuali, bukan hanya menyayangi manusia, namun juga semua makhluk termasuk hewan dan lingkungan.

Acara Waisak ditutup dengan pesan cinta kasih dari Master Cheng Yen, beliau berharap setiap orang dapat dengan tulus menggunakan cinta kasih bersumbangsih demi semua makhluk, juga menyayangi semua makhluk termasuk hewan-hewan dan lingkungan.

Melalui prosesi Waisak ini Lai Zhenyue merasa sangat berkesan karena dapat berdoa dengan tulus dan memanjatkan pertobatan. Ia berharap dunia dapat damai sentosa tanpa peperangan dan pandemi segera berlalu.

Lai Zhenyue, relawan yang juga hadir di Aula Jing Si Jakarta, setelah mendengar pesan Master Cheng Yen, merasa harus lebih giat dan bertobat karena merasa diri sendiri belum cukup melakukan. “Hari ini sangat berkesan bagi saya, sangat bersyukur dapat berdoa bersama dan juga memanjatkan pertobatan. Saya sangat chan hui (bertobat), karena tidak dapat melakukan (kerja Tzu Chi) sangat banyak, dari dalam hati saya hari ini sungguh-sungguh bertobat. Semoga dunia damai tenteram tidak ada peperangan, dan pandemi segera berlalu,” tuturnya dalam bahasa Mandarin. Lai Zhenyue adalah relawan dari komunitas Tangerang, pukul 4 subuh ia sudah bangun agar dapat hadir di lokasi bersama suaminya sebelum jam 6 untuk mengikuti Waisak ini. Ia pun pulang dengan rasa haru dan mata yang berkaca-kaca karena dapat memanjatkan pertobatan di momen Waisak ini.

Menyesuaikan dengan Kondisi

Dalam acara ini, protokol kesehatan tetap dijaga. Sebelum memasuki Aula Jing Si, relawan yang datang terlebih dahulu menggunakan hand sanitizer, wajib mengenakan masker, dan check in lokasi melalui aplikasi Peduli Lindungi.

Sederhananya perayaan Waisak kali ini pertama karena masih dalam masa pandemi, kedua karena bersamaan dengan masa libur Lebaran (Idul Fitri). Menurut Ernie Lindawati, koordinator acara Waisak di Aula jing Si Jakarta, sudah dua tahun ini sejak pandemi tidak diadakan Waisak secara tatap muka, namun untuk tahun ini dicoba dengan jumlah yang tidak banyak atau terbatas. “Kita dengan jumlah peserta yang terbatas, kita lakukan bersama Tzu Chi Taiwan, makanya tahun ini acara Waisak di jam 6 pagi, karena mengikuti live dari Taiwan,” jelasnya.

Meski tidak bisa banyak berkegiatan secara tatap muka sejak pandemi, Ernie mengajak semua relawan agar bisa tetap bersemangat. “Kita harus memiliki tekad yang kuat untuk berjalan di jalan Bodhisatwa ini. Ke depan setelah pandemi berlalu kita berharap dapat menggalang lebih banyak Bodhisatwa (relawan).” Sesuai pesan cinta kasih dari Master Cheng Yen, ia berharap semakin banyak orang yang bisa bersumbangsih dan membagikan kasih sayangnya kepada sesama.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Waisak 2022: Menyucikan Batin dan Membuka Kebijaksanaan

Waisak 2022: Menyucikan Batin dan Membuka Kebijaksanaan

09 Mei 2022

Minggu, 8 Mei 2022, insan Tzu Chi Indonesia mengikuti perayaan Waisak secara online dengan Tzu Chi Taiwan. Selain mengikuti melalui Youtube dan Zoom, sebagian relawan berkumpul di Aula Jing Si Jakarta, dan 8 Kantor Tzu Chi di kota lainnya.

Waisak 2022: Membasuh Diri Dalam Budi Luhur Buddha, Orang Tua, dan Semua Makhluk

Waisak 2022: Membasuh Diri Dalam Budi Luhur Buddha, Orang Tua, dan Semua Makhluk

12 Mei 2022

Insan Tzu Chi Medan memperingati Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia ke-56 secara daring dengan perayaan Waisak live langsung dari Griya Jing Si di Hualien dan Taipei, Taiwan.

Waisak 2022: Perayaan Waisak dan Hari Ibu yang Istimewa

Waisak 2022: Perayaan Waisak dan Hari Ibu yang Istimewa

09 Mei 2022

Minggu, 8 Mei 2022, 235 orang yang merupakan relawan Tzu Chi juga masyarakat umum turut mengikuti perayaan waisak yang diadakan oleh relawan komunitas He Qi Tangerang di Ehipassiko School, BSD – Tangerang.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -