Waisak 2024: Gema Waisak Mengalun Indah di Tzu Chi Indonesia

Jurnalis : Felicite Angela Maria (He Qi Pusat), Metta Wulandari, Shinta BGN (He Qi Pusat), Fotografer : Arimami Suryo A, Henry Tando (He Qi PIK), Stephen Ang (He Qi Pluit)
Minggu, 12 Mei 2024, Tzu Chi Indonesia mengadakan perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara.

Perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia, kembali dirayakan di Aula Jing Si PIK, Jakarta Utara, Minggu, 12 Mei 2024 dengan penuh syahdu dan khidmat.

Merayakan Hari Waisak adalah mengenang kelahiran, pencerahan, dan parinibbana Buddha, dimana kita bersyukur atas budi jasa Buddha yang telah datang ke dunia sebagai penuntun jalan kebenaran bagi semua makhluk. Merayakan Hari Ibu adalah mengenang budi luhur orang tua yang telah melahirkan dan membimbing kita. Merayakan Hari Tzu Chi Sedunia, bersyukur atas budi jasa semua orang yang senantiasa bersumbangsih demi semua makhluk yang menderita.

Dalam perayaan kali ini, 1.392 relawan membentuk formasi 弘法利生 (Hong Fa Li Sheng), yang berarti Menyebarkan Dharma dan memberi Manfaat Kepada Semua Makhluk, yang juga merupakan tema Waisak Tzu Chi di tahun 2024 ini.

Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengikuti perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia dengan khidmat.

Memulai prosesi Waisak, ada 116 relawan pembawa persembahan berupa pelita, air wangi, dan bunga. Pelita atau lilin merupakan penerang, air melambangkan satu pembersihan noda batin. Sementara bunga, melambangkan harumnya Dharma yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Bunga juga melambangkan ketidakkekalan, layaknya hidup manusia, sehingga Master Cheng Yen terus mengimbau para muridnya untuk bisa memanfaatkan waktu (selagi mempunyai kesempatan) dengan melakukan kebajikan dan membantu sesama.

Dalam perayaan kali ini, 1.392 relawan membentuk formasi 弘法利生 (Hong Fa Li Sheng), yang berarti Menyebarkan Dharma dan memberi Manfaat Kepada Semua Makhluk, yang juga merupakan tema Waisak Tzu Chi di tahun 2024 ini.

“Buddha lahir lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Walaupun sekarang Buddha sudah tidak ada di dunia, tetapi ajaran-Nya masih ada di dunia. Untuk itu 弘法 (hong fa) berarti menyebarkan Dharma, dengan ini Master Cheng Yen berharap Buddha ada di hati setiap orang. Sedangkan 利生 (li sheng) berarti membawa manfaat bagi semua makhluk, yakni membantu banyak orang dengan berbuat kebajikan dengan cinta kasih agung,” jelas Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Dari tema ini pula, Liu Su Mei berharap Tzu Chi terus bisa melakukan kebajikan untuk masyarakat luas di Indonesia dengan semangat ajaran Buddha. “Selain itu, kita bisa saling menghargai dan menjalin kerja sama dengan agama-agama lain. Inilah yang kita harapkan bisa diwujudkan di Indonesia, karena dalam ajaran Buddha diajarkan semangat welas asih dan cinta kasih,” imbuhnya.

Sebanyak 47 pemuka agama Buddha (Bhikkhu Sangha) hadir menuju ruangan Aula Jing Si lantai 4 untuk memimpin perayaan dan prosesi Waisak.

Supriyadi, M.Pd., Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia (baju putih) menilai perayaan Hari Waisak di Tzu Chi terasa sangat menarik, dimana kental dengan cinta kasihnya.

Momen Sukacita untuk Semua
Dihadiri oleh 2.886 peserta, perayaan Waisak ini juga memberikan kesan mendalam bagi para Bhikkhu Sangha, dan tamu undangan yang hadir. “Senang sekali saya bisa hadir di tengah peserta Waisak di Tzu Chi hari ini,” ungkap Bhikkhu Dhammakaro Mahāthera, satu dari 47 pemuka agama Buddha (Sangha) yang hadir hari ini.

“Gema Waisak di tahun 2024/2568 BE ini memang sudah mulai dirasakan bahkan sejak tanggal 23 bulan lalu, para Sangha sudah mendapatkan undangan dari vihara-vihara untuk melakukan Sebulan Pendalaman Dharma (SPD) hingga nanti di tanggal 21 atau 22 Mei, untuk menyambut perayaan Waisak Nasional. Termasuk hari ini di Tzu Chi, ini adalah wujud sukacita seluruh umat Buddha yang berbahagia dalam mendalami Dharma. Kami pun sangat bahagia,” ungkap Bhikkhu Dhammakaro penuh sukacita.

Bhikkhu Dhammakaro menambahkan tentunya umat Buddha harus bersyukur dan berbahagia menyambut Hari Waisak karena dengan adanya Waisak sesungguhnya umat Buddha diajak mengenang kembali akan kelahiran Bodhisatwa yang akhirnya menjadi seorang Buddha. "Perjuangan Buddha tidaklah mudah, inilah yang perlu kita teladani bahwa hidup ini perlu perjuangan yang luar biasa sehingga kita perlu spirit dan semangat membantu sesama dan membantu diri sendiri," imbuh Bhikkhu Dhammakaro.

Sementara itu, Drs. Supriyadi, M.Pd., Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia menilai perayaan Hari Waisak di Tzu Chi terasa sangat menarik, sangat spesifik dan unik, dengan euphoria yang berbeda, dimana kental dengan cinta kasihnya. “Acara Waisak ini sungguh dalam, dimana antara ritual dan seremonial bisa menyatu yang dikemas sedemikian rupa sehingga setiap orang bisa hadir walaupun berbeda keyakinan,” tutur Drs. Supriyadi, M.Pd terkagum.

Hal serupa pun dirasakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X yang baru pertama kali menghadiri undangan perayaan Waisak di Tzu Chi. KGPAA Mangkunegara X memaknai momen ini lebih kepada perayaan untuk rasa kebersamaan, kehangatan, juga kebaikan yang penuh dengan rasa ketulusan, juga keharmonisan.

“Tentu ini bisa menjadi salah satu motivasi, menjadi salah satu contoh bahwa melalui kebersamaan kita bisa membuat dampak yang besar dalam melakukan banyak kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita dan untuk masyarakat yang lebih luas lagi,” ujar KGPAA Mangkunegara X.


Gandhi Sulistyanto, Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia bercengkerama dengan para relawan Tzu Chi setelah perayaan Waisak selesai dilangsungkan.

Sebanyak 47 Bhikkhu Sangha bersama 49 rohaniawan dan tamu VIP, serta relawan Tzu Chi berfoto bersama setelah acara selesai.

Gandhi Sulistyanto, Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia juga menyoroti hal serupa dimana perayaan Waisak menjadi perayaan kebaikan-kebaikan yang sejauh ini sudah banyak sekali dilakukan oleh Tzu Chi di seluruh Dunia dengan dasar ajaran Buddha.

“Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat diperlukan di Pemerintahan karena gerakannya adalah gerakan sosial dan juga melibatkan seluruh unsur masyarakat, tidak membedakan agama.  Ini pun perlu digarisbawahi bahwa mereka bukan penyebaran agama, tetapi konkretnya adalah sebuah gerakan menularkan kebajikan yang menjadi contoh umat manusia dalam menolong sesamanya di dalam dunia ini,” ungkap Gandhi Sulistyanto.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Waisak 2558: Kisah Dari Balik Layar

Waisak 2558: Kisah Dari Balik Layar

14 Mei 2014

Peringatan Hari Waisak, hari Ibu Internasional, hari Tzu Chi sedunia untuk tahun 2014 telah berlangsung dengan sukses pada hari Minggu, 11 Mei 2014 bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk.

Waisak 2016: Mengingat Jasa Orang Tua

Waisak 2016: Mengingat Jasa Orang Tua

09 Mei 2016

Hari ini diperingati juga sebagai Hari Ibu. Saya sangat berterima kasih pada Mama yang telah mempertaruhkan jiwa raganya untuk melahirkan dan bekerja keras membesarkan kami,” kata bungsu dari tiga bersaudara ini. Mama Violin adalah Nia, seorang relawan Komite Tzu Chi.

Menebar Sukacita Waisak di Kampus UNPRI

Menebar Sukacita Waisak di Kampus UNPRI

03 Juni 2024

Memperingati Hari Waisak, muda-mudi Tzu Ching UNPRI (Universitas Prima Indonesia) menyelenggarakan doa bersama di Kampus Universitas Prima Indonesia (UNPRI) pada Minggu, 19 Mei 2024.

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -