Dalam perayaan Waisak ini, Tzu Chi Batan juga menyediakan sarana bagi relawan dan masyarakat umum yang ingin mewujudkan bakti kepada orang tua.
Setiap tahun pada minggu kedua bulan Mei, insan Tzu Chi memperingati tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Selama 58 tahun ini, Master Cheng Yen membimbing insan Tzu Chi berbuat “kebajikan” demi Sang Buddha dan demi sesama, membabarkan Dharma dan memberi manfaat kepada makhluk hidup.
Dua ribu lima ratus tahun yang lalu, Buddha terlahir di Taman Lumbini. Saat dewasa beliau melepaskan kehidupan kerajaan dan berikrar untuk melatih diri. Sang Buddha bukan saja mencapai pencerahan diri namun juga menunjukan sebuah jalan Bodhisatwa bagi generasi berikutnya.
Tahun ini perayaan waisak bertemakan Menyebarkan Dharma dan Membawa Manfaat Bagi Semua makhluk dengan Keyakinan, Ikrar dan Praktik serta Menerapkan Pola makan Nabati dan Bersama-sama Berbuat Kebajikan demi Melindungi Bumi, dihadiri oleh 645 orang, yang terdiri dari relawan Tzu Chi dan masyarakat umum.
Perayaan Hari Suci Waisak Tzu Chi Batam dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2024 di Auditorium Pembabaran Sutra.
Para peserta memberikan hormat kepada para anggota Sangha di awal acara.
Minggu, 12 Mei 2024, di pagi hari yang cerah, para relawan dan tamu undangan terlihat sudah mulai berdatangan di Aula Jing Si Batam. Sebelum acara dimulai, para tamu undangan bisa melihat pameran Budaya Humanis Waisak di Lantai 1 yang terdiri dari stand-stand yang menceritakan Kehidupan Sang Buddha, Sejarah Tzu Chi, Empat Misi Tzu Chi, Menggalang Muda-Mudi Tzu Chi serta Pelestarian Lingkungan. Para relawan yang bertugas di pameran menemani para pengunjung pameran sekaligus menceritakan tentang Tzu Chi dan juga mengajak mereka untuk turut berbuat kebajikan bersama Tzu Chi.
Pada pameran ini, media yang digunakan untuk memperkenalkan Tzu Chi tidak hanya melalui video-video dan poster-poster tetapi juga tersedia bazar buku-buku, CD, produk ramah lingkungan seperti baju, peralatan makan dan lain-lain yang mana membantu untuk memperkenalkan Tzu Chi dari sudut pandang yang berbeda. Di sudut ruangan pameran, panitia juga menyediakan tempat khusus bagi pengunjung yang ingin menyuguhkan teh yang merupakan wujud bakti dari anak kepada orang tua dengan hati bersyukur sebagai bagian dari acara Hari Ibu.
Santoso (kiri tiga) memberikan suvenir kepada peserta yang menyelesaikan challenge (tantangan) mengelilingi seluruh area pameran.
"Saya sangat bahagia karena lewat pameran ini, kita bisa menyampaikan apa yang Master Cheng Yen harapkan, kita menyampaikan kisah Buddha, ajaran Buddha serta visi misi Tzu Chi ke semua orang agar kita mencapai dunia bebas bencana dan hati manusia tersucikan. Sekaligus kita mengajak para peserta untuk menjadi relawan dan donatur Tzu Chi,” ungkap Santoso, koordinator pameran budaya humanis Waisak.
Menurut Santoso, tujuan dari pameran ini bukanlah semata-mata menunjukan eksistensi atau apa yang telah Tzu Chi lakukan, akan tetapi merupakan informasi yang berusaha menginspirasi banyak orang melalui tindakan nyata. Harapannya semakin banyak orang yang paham dan terinspirasi maka praktik cinta kasih akan semakin nyata bergulir di dunia ini.
Setelah pameran selesai, para relawan dan tamu undangan sudah berkumpul di lantai 5 Aula Jing Si, untuk mengikuti serangkaian acara Waisak yang penuh khidmat. Prosesi pemandian Rupang Buddha dimulai dengan penghormatan kepada Buddha, lantunan Gatha Pendupaan dan Gatha Pemujaan Buddha. Para relawan Tzu Chi melakukan persembahan pelita, persembahan air wangi, dan persembahan bunga sebagai wujud balas budi kepada Buddha, orang tua, dan semua makhluk. Prosesi pemandian Rupang Buddha bertujuan untuk membersihkan noda batin serta menjernihkan cermin hati sesama.
Diana, relawan Tzu Chi Batam menjelaskan kisah berdirinya Yayasan Tzu Chi kepada para pengunjung.
Acara ini mendapatkan tanggapan positif dari Ibu Agik yang merupakan tamu undangan yang baru pertama kali ikut merayakan Waisak Tzu Chi Batam dan melihat pameran. “Saya merasa (ini) sangat bagus, dan bahagia bisa ikut merayakan Waisak dan melihat pameran ini. Tadinya saya hanya penyumbang botol bekas untuk didaur ulang di kegiatan pelestarian lingkungan, dan setelah hadir ternyata saya semakin tergerak untuk terus melakukan hal baik bersama Tzu Chi. Saya juga merasa relawan Tzu Chi sangat bersatu hati, dan datang ke sini hati saya merasa sangat tenang,” ungkap Ibu Agik.
Begitu juga dengan Wirdalina, relawan yang tergabung dalam barisan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Batam ini merasa sangat terkesan mengikuti acara hari ini, “Saya berharap semakin banyak orang yang bergabung di Tzu Chi, kita berikan apa yang kita bisa, mudah-mudahan ini jalan jodoh kita untuk terus bisa berguna untuk orang lain dan kita bisa juga memgembangkan bakat kita di Tzu Chi,” tuturnya.
Alexander Prayoga, koordinator kegiatan Waisak dan pameran ini juga turut merasa bahagia. “Pastinya sangat lega, sangat sukacita karena antusias para peserta sangat besar ya, banyak sekali orang yang mengunjungi stand-stand pameran kita,” ungkapnya. Karena bagi Alexander, Tzu Chi (di Taiwan) sudah hampir memasuki usia 60 tahun, jadi pada acara ini merupakan kesempatan yang sangat baik memperkenalkan Tzu Chi kepada masyarakat lebih luas.
Editor: Hadi Pranoto