Waisak 2555: Dharma di Setiap Perbuatan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Dimin, Hendra Gunawan, Feranika Husodo, Oktavianus, Riadi Pracipta (Rel. Dok. Tzu Chi)
 
 

fotoBuddha rupang yang digunakan dalam prosesi Waisak Tzu Chi memiliki sikap sedang menebarkan embun manis ke alam semesta saha sebagai bentuk welas asih Buddha pada semua makhluk

Yopie Budianto sejak pukul 07.00 pagi sudah datang di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk. Di lokasi tempat berlangsungnya perayaan Waisak itu, Yopie dengan penuh semangat hilir mudik berkoordinasi, menyibukkan diri, dan mengerjakan apapun dalam mempersiapkan perayaan yang akan tiba dalam beberapa saat lagi. Bagi Yopie, Waisak bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga sebuah momen untuk memperingati tiga peristiwa penting – kelahiran, mencapai penerangan sempurna, dan parinibana Buddha Gautama. Namun selama menjadi relawan Tzu Chi, Yopie mendapat pengertian yang lebih luas akan makna Waisak. Di Tzu Chi,  Yopie tidak hanya paham kalau Waisak memperingati budi besar Buddha, tetapi juga mengenang budi ibu, dan semua makhluk.  

Saat perayaan Waisak tiba dan prosesi pemandian Buddha rupang berlangsung, para peserta berjalan khidmat dalam sebuah barisan yang rapi menuju altar Buddha yang berasap tipis di atas kolam kecil berair wangi. Di depan altar berhiaskan Buddha rupang kristal ini para relawan Tzu Chi secara bergantian membungkukkan badan menyentuh air wangi dan menangkupkan tangan di depan dada. Selama menjadi relawan Tzu Chi, Yopie mendapatkan pemahaman kalau membungkukkan badan dan menyentuh air wangi di depan Buddha rupang adalah suatu perlambang kerendahan hati dan menerima 2 hal, yaitu berkah dan kebijaksanaan.   

Pada kesempatan itu Chia Wen Yu relawan Tzu Chi yang bertugas sebagai MC menjelaskan, melalui prosesi pemandian Buddha rupang ini diharapkan cinta kasih tumbuh di hati setiap peserta. Selama prosesi berlangsung lebih lanjut ia menjelaskan kalau rasa syukur, terima kasih, menghormati, dan saling menyayangi selalu ada dalam keseharian, maka sesungguhnya pemandian Buddha rupang telah dilakukan setiap hari.

foto  foto

Keterangan :

  • Selama 3 tahun bergabung di Tzu Chi Yopie (kaus biru) selalu ikut serta sebagai panitia Waisak. (kiri)
  • Para relawan komite perempuan membuka prosesi pemandian Buddha rupang dengan mempersembahkan bunga ke altar yang berbentuk lingkaran. (kanan)

Rupang Buddha Mengasihi Semesta
Bongkahan-bongkahan kristal indah yang tingginya tak lebih dari 40 cm itu terpajang di atas meja berenda hijau di tengah dan sebelah luar Jiang Jing Tang. Para relawan Tzu Chi menyebutnya sebagai Buddha rupang. Buddha rupang dalam mazhab Tzu Chi memang berbeda dengan Buddha rupang pada umumnya. Karena Master Cheng Yen, berharap Buddha rupang di Tzu Chi harus mampu menampilkan Buddha zaman modern yang sesuai dengan konsep Agama Buddha humanis – ajaran Buddha yang aktif terjun ke berbagai aspek kehidupan. Setelah melalui proses yang panjang dalam pembuatannya, sekarang Buddha rupang itu ada di setiap kantor Tzu Chi di seluruh dunia – Buddha rupang yang berdiri di tengah alam semesta, sedang menyiramkan embun manis pada alam semesta saha ini.

Karenanya menurut Master Cheng Yen, membungkukkan badan menyentuh air wangi sama artinya dengan menyentuh kaki Buddha yang maha mencapai pencerahan di alam semesta dengan usahanya sendiri, dan lebih lanjut juga mampu menyadarkan orang lain. Setelah prosesi pemandian Buddha rupang selesai, para peserta dengan khidmat melakukan meditasi berjalan, mengitari barisan dengan konsentrasi.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum acara Waisak dimulai para relawan beberapa kali mengadakan gladi resik untuk kelancaran prosesi pemandian Buddha rupang. (kiri)
  • Beberapa pengunjung tertarik untuk mendonasikan uangnya ke gentong besar yang disediakan oleh relawan. Dana kecil amal besar adalah semangat bagi banyak orang untuk membantu orang lain. (kanan)

Sebelum meditasi berjalan dilaksanakan Wen Yu menjelaskan makna dari meditasi itu adalah memuja budi luhur Buddha. Dengan mengitari Buddha berharap Buddha senantiasa ada diantara kita. Dengan mengitari arah diharapkan Dharma senantiasa ada di dalam hati setiap manusia. “Semoga dalam hati setiap orang ada Buddha dan di dalam setiap perbuatan ada Dharma – ajaran kebenaran,” jelasnya.  

Setelah berlangsung beberapa saat, prosesi perayaan Waisak yang khidmat ini pun berakhir. Para peserta yang kebanyakan adalah relawan Tzu Chi pulang dengan membawa kebahagiaan. Yopie Budianto yang bertugas sebagai panitia pelaksana menghela nafas dengan penuh sukacita. Pasalnya satu minggu sebelum acara berlangsung Yopie bersama relawan yang lain sudah sibuk merapikan lokasi yang akan digunakan. Menurutnya Waisak kali inilah yang terbesar selama 3 tahun ia menjadi relawan Tzu Chi. Dan selama 3 tahun itu pula ia selalu aktif menyumbangkan tenaga dan waktunya sebagai panitia Waisak. Melihat jumlah pengunjung yang banyak, dekorasi yang maksimal, dan barisan yang rapi, Yopie tersenyum puas seraya berharap agar perayaan Waisak tahun depan lebih baik dari sekarang. “Harapannya setelah gedung Jing Si selesai dibangun, peserta Waisak pun semakin banyak dan kita bisa mengundang banyak orang dari berbagai kalangan,” katanya.  

  
 

Artikel Terkait

Mendukung kesembuhan Pasien

Mendukung kesembuhan Pasien

01 September 2016
Sabtu, 27 Agustus 2016, lima orang relawan Tzu Chi Jakarta dan Cianjur melakukan kunjungan kasih ke para pasien Baksos Degeneratif yang diadakan di Cianjur pertama kali pada bulan Juli 2016 lalu.
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -