Waisak 2555: Kesempatan Melatih Diri

Jurnalis : Eddy Rizal (He Qi Timur), Fotografer : Thomas Ng (He Qi Timur)
 
 

fotoRelawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) juga ikut melakukan prosesi pemandian rupang Buddha dengan rapi dan khidmat.

Hari Minggu pagi sebelum  pukul 07.00  WIB tanggal 8  Mei  2011, para relawan sudah berdatangan  ke Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk Jakarta. Sambil menaiki anak tangga yang belum selesai, terasa  benar  jika bangunan  ini  begitu  megah. Di ujung atap Aula Jing Si terpampang  sebuah spanduk  berukuran raksasa  berwarna  biru yang bertuliskan  “Peringatan  Hari  Waisak,  Hari  Ibu  Internasional, dan  Hari  Tzu Chi 2011”.  Saat itu, para  relawan yang bertugas pun sudah mulai membenahi tugas mereka masing-masing untuk melakukan persiapan terakhir.

Ketika memasuki pintu utama, kita akan melihat  pameran  poster-poster  yang  sudah disiapkan  oleh staf dan relawan 3 in 1. Poster-poster  itu  mengisahkan  kegiatan  yang dilakukan oleh Master  Cheng  Yen  pada  awal  berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi hingga kemudian beliau memantapkan langkah ke dalam misi amal, kesehatan, pendidikan, budaya humanis, dan pelestarian lingkungan. Dalam pameran itu, terdapat juga poster-poster Kata Perenungan Master Cheng Yen, info singkat mengenai Kantor Tzu Chi se-Indonesia, dan kegiatan yang berkaitan dengan misi-misi Tzu Chi.

Pusat perayaaan hari Waisak, hari Tzu Chi, dan hari Ibu Internasional tahun ini dilaksanakan di Aula Jing Si. Walaupun pembangunan belum selesai secara keseluruhan akan tetapi ruangan Aula Jing SI yang begitu besar itu dapat memuat ribuan orang. Sebelum acara dimulai, para relawan dari He Qi Timur yang bertanggung jawab mengurus barisan terlebih dahulu mengatur para relawan yang berada dalam barisan agar tetap mengikuti tata tertib dalam susunan baris-berbaris. 

Satu demi satu, para tamu undangan, donatur, masyarakat, dan simpatisan memenuhi ruangan Aula Jing Si. Sementara itu, para relawan juga sudah menempati pos mereka masing-masing. Sekitar pukul 09.00 WIB acara perayaaan Hari Waisak, Hari Tzu Chi, dan Hari Ibu Internasional dimulai. Di tengah-tengah aula ditempatkan sebuah meja besar bulat yang merupakan altar persembahan di acara Waisak tersebut. Di sisi timur dan barat yang menghadap ke altar, tampak barisan para peserta acara yang begitu rapi. Para relawan komite Tzu Chi dan para relawan Tzu Chi mengawali acara dengan melakukan prosesi pemandian rupang Buddha. Sungguh suatu  pemandangan  yang  indah  dan suasana  yang  begitu khidmat  terasa di upacara  pagi  itu.  Di luar aula, panitia penyelenggara juga telah menyiapkan sebuah altar memanjang berbentuk segi empat untuk masyarakat yang diperkirakan datang membludak. Sebuah perkiraan tepat karena ternyata masyarakat yang datang memang membludak.

foto  foto

Keterangan :

  • Sekitar 4.000 peserta peringatan Waisak, Hari Tzu Chi, dan Hari Ibu Internasional ini berbaris dengan rapi, tertib dan penuh kekhidmatan. (kiri)
  • Setelah melakukan prosesi pemandian rupang Buddha, peserta mengambil bunga yang sudah disiapkan di atas meja altar. (kanan)

Masyarakat Ingin Mengenal Tzu Chi
Walaupun acara  sudah  dimulai  sejak pukul 09.00 WIB, namun masyarakat  terus saja berdataangan ke lokasi acara. Banyak dari mereka datang bersama dengan keluarga, bahkan ada juga para lanjut usia yang datang bersama dengan pasangannya. Selain datang untuk mengikuti acara, mereka juga ingin mengenal lebih jauh Yayasan Buddha Tzu Chi serta melihat-lihat gedung Aula Jing Si yang megah ini. Bapak Tarno bersama dengan teman-temannya dari pelatihan senam Tai Chi Jakarta Pusat mengutarakan ketertarikannya akan budaya humanis Tzu Chi yang begitu rapi dan teratur sekali. Saat itu, ia juga berharap semoga keinginannya untuk menyekolahkan cucunya di Tzu Chi School dapat terwujud.

Dua remaja putri dari Jatinegara, Lili dan Nely juga mengungkapkan ketertarikan mereka untuk bergabung dengan Tzu Chi. Lily bertutur bahwa ia ingin bergabung dengan Tzu Chi karena tertarik dengan ajaran Master Cheng Yen yang penuh dengan welas asih. Apalagi ia juga pernah bekerja di Taiwan sebagai part time di sebuah  food  court  Vegetarian  di dalam  lingkungan  Rumah  Sakit  Tzu  Chi  di Xin  Dian. Setelah kembali ke Indonesia, ia bertemu dengan Nely sahabat satu almamaternya di Universitas Maranatha pada saat Vegetarian Food Festival di Kelapa Gading beberapa waktu yang lalu. Saat itu dengan mimik yang bersemangat Lily mengatakan akan bergabung mengikuti langkah Nely yang sudah mengikuti sosialisasi relawan baru dan tinggal menunggu pelatihan saja.

foto  foto

Keterangan :

  • Bapak Tarno, salah seorang yang datang dalam perayaan Waisak, Hari Tzu Chi, dan Hari Ibu Internasional pada 8 Mei 2011. Ia juga memiliki keinginan untuk menyekolahkan cucunya di Tzu Chi School. (kiri)
  • Lili (kiri) dan Nely (kanan) yang berkeinginan menjalin jodoh dengan Tzu Chi sebagai relawan. Berawal dari Vegetarian Food Festival, Lily bertemu dengan Nelly, sahabat satu almamaternya yang sudah lebih dahulu mengenal Tzu Chi. (kanan)

Pelajaran dari Sumbangsih
Relawan Tzu Chi He Qi Timur yang dalam kesempatan ini bertugas mengatur barisan, lewat ketuanya Lynda Shijie mengatakan ini  adalah  suatu  penghormatan  bahwa  He Qi  Timur  yang dipercaya untuk  mengatur  tata  tertib  berbaris  untuk  pertama  kalinya. ”Diharapkan  dari  pengalaman  kali ini bisa  sebagai  batu  loncatan  untuk  bisa  lebih  baik  lagi,” ujarnya.

Sementara itu Phei Se Shijie dan Elvy Shijie juga menyampaikan bahwa  peran relawan sangat besar dan cukup  aktif  membantu  dan  kompak. ”Mereka mempunyai banyak  kesempatan belajar  di dalam mengatur tamu-tamu  yang  hadir, seperti  belajar kesabaran  untuk menunggu  tamu-tamu berusia  lanjut yang  mendapat  giliran  lebih  dahulu berbaris  maju  ke  depan altar, dan  tamu-tamu  yang  lebih  muda bersabar  menunggu  giliran berikutnya,” kata mereka. Inilah  kesempatan  untuk melatih  diri yang  merupakan  suatu  budaya  humanis  Tzu Chi yang sudah mulai  dipraktikkan dalam  kegiatan  sehari-hari. 

Upacara  hari itu kemudian ditutup  dengan  pradaksina  yang dilakukan sekitar  pukul 11.00  WIB.  Semoga  apa  yang  sudah  kita  peroleh  dapat kita  tularkan  kepada  masyarakat,  sehingga  makin  banyak  tangan-tangan  yang  terlibat  dalam  bela-rasa  kemanusiaan ini. Sampai  jumpa  pada  perayaaan Hari Waisak, Hari Tzu Chi, dan Hari Ibu Internasional di tahun yang akan  datang.                                             

  
 

Artikel Terkait

Kekuatan Kebajikan dan Semangat Kemanusiaan di Tengah Pandemi

Kekuatan Kebajikan dan Semangat Kemanusiaan di Tengah Pandemi

16 September 2020

Kekuatan kebajikan dan semangat kemanusiaan di tengah pandemi mendorong banyak hati dari berbagai pihak bersama Tzu Chi Palembang kembali mengadakan donor darah pada Minggu, 6 September 2020. Donor darah kali ini bekerjasama dengan PMI Palembang, Paguyuban Masyarakat Anxi Sumsel, dan Paguyuban Marga Yap.

Generasi Muda Sahabat Bumi

Generasi Muda Sahabat Bumi

12 Desember 2012 Bumi, yang selama ini merupakan tempat tinggal kita di dunia, sama dengan lingkungan sosial yang selalu menemani kita dari semenjak kita lahir sampai sekarang, sudah sepantasnya kita jadikan sebagai sahabat.
Impian Itu Kini Menjadi Nyata

Impian Itu Kini Menjadi Nyata

20 Juni 2011
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta, Kodam Jaya, Polda Metro Jaya serta beberapa perusahaan swasta nasional mengadakan Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Cilincing, Jakarta Utara.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -