Waisak 2555: Tzu Chi Pekanbaru

Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Relawan Tzu Chi Pekanbaru
 
 

fotoPada tanggal 8 Mei 2011, relawan Tzu Chi Pekanbaru mengadakan acara Perayaan Waisak, Hari Tzu Chi dan Hari Ibu Internasional di Angkasa Badminton Center Pekanbaru.

Pada bulan Mei, umat Buddha memperingati Hari Waisak yang merupakan peringatan atas terjadinya 3 peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama (kelahiran, mencapai Penerangan Sempurna dan mencapai Parinibbana) demi mendapatkan penerangan dan membebaskan umat manusia dari penderitaan.

Bulan Mei juga merupakan bulan yang istimewa bagi Tzu Chi, dimana pada Minggu kedua di bulan Mei setiap tahunnya, kita memperingati 3 kegiatan sekaligus, yakni Hari Waisak, Hari Tzu Chi, dan Hari Ibu Internasional. Tiga kegiatan yang memiliki makna yang sangat berharga, yakni: Pertama, di dalam “Yayasan Buddha Tzu Chi”, setiap orang menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri, jadi sudah seharusnya berterima kasih kepada Sang Tri Ratna, ini disebut dengan “lahan pahala dengan memberikan penghormatan”; Kedua, mengenang dengan perasaan berterima kasih terhadap budi luhur orangtua dalam membesarkan diri kita dan budi luhur para guru dalam membimbing kita, berarti adalah “lahan pahala dengan membalas budi luhur”; ketiga, berterima kasih kepada semua makhluk dalam penderitaan, mereka telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menyaksikan kesunyataan tentang duka pada wujud penderitaan mereka, ini adalah “lahan berbuat amal kebajikan”.

Pada tanggal 8 Mei 2011, perayaan 3 kegiatan tersebut serentak dilakukan oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia. Relawan Tzu Chi Pekanbaru juga menjalin jodoh dengan melakukan kegiatan ini di Angkasa Badminton Center (Hall Badminton yang berstandar nasional) yang berlokasi di Jalan Angkasa. Acara dimulai pukul 09.00 dan selesai pukul 14.00 WIB yang dihadiri oleh 617 peserta.

Membersihkan kekotoran batin
Sebelum acara Yu Fo (pemandian rupang Buddha) dimulai, relawan yang membawa persembahan dengan kesungguhan hati telah berlatih sebelum-sebelumnya. Kali ini relawan yang ditunjuk untuk membawakan persembahan umumnya adalah wajah-wajah baru yang terdiri dari relawan abu putih dan biru putih serta komite. Dengan segala ketulusan hati dan keseriusan, barisan pembawa persembahan ini dapat tampil rapi dan kompak yang menambah kekhusyukkan prosesi Yu Fo.

Tepat pukul 10.00  WIB, prosesi Yu Fo dimulai. Yang  hadir mengikuti prosesi waisak  terdiri dari relawan, simpatisan, murid-murid kelas budi pekerti beserta orangtua dan keluarga. Yu Fo adalah kegiatan pemandian rupang Buddha sebagai wujud penghormatan kepada Sang Buddha dan sebagai wujud membersihkan diri dari kekotoran batin.

Sewaktu acara Yu Fo dimulai, semua barisan dengan tertib beranjali dan melakukan penghormatan kepada Sang Buddha dengan menyentuhkan kedua tangan ke air wewangian di altar sebagai wujud membersihkan batin kita dari kekotoran dan kegelapan batin dan bangkit untuk membabarkan dharma demi menyebarkan cinta kasih dan melenyapkan penderitaan. Kendati kondisi ruangan yang sedikit panas, namun hal ini tidaklah menyurutkan niat insan Tzu Chi untuk melakukan Yu Fo dengan khidmat dan khusyuk.

foto  foto

Keterangan :

  • Pemandian rupang Buddha merupakan wujud penghormatan kepada Buddha dan sebagai wujud membersihkan diri dari kekotoran batin. (kiri)
  • Dengan khusyuk dan khidmat para peserta melakukan pradaksina. (kanan)

Sosialisai Vegetarian dan Pelestarian lingkungan
Setelah acara Yu Fo selesai, dilanjutkan kegiatan Peringatan Hari Ibu. Namun sebelum acara dimulai terlebih dahulu diadakan Sosialisasi pentingnya bervegetarian dan melakukan Pelestarian Lingkungan. Pada sesi pelestarian lingkungan, Chia Chai Chua Shixiong memberikan beberapa informasi tentang tips pengelompokan (pemilahan) barang daur ulang dan bagaimana menjaga kebersihan barang  daur ulang sejak dari sumbernya. Seruan bervegetarian terus disampaikan oleh Master Cheng Yen dalam ceramahnya. Master Cheng Yen selalu mengatakan, ”Jika para Insan Tzu Chi mencintai saya, bervegetarianlah demi penyelamatan bumi.”

Pada kesempatan ini Arnes Shijie bersama Mutiara, putrinya memberikan sharing tentang ketertarikannya untuk bervegetarian. Sesuai dengan nama yang diberikan, Mutiara memanglah putri tercinta Arnes Shijie dan tentunya beliau pasti akan memberikan yang terbaik bagi putrinya. Sadar akan pentingya bervegetarian, sejak Mutiara baru berumur beberapa bulan setelah lahir, Mutiara pun sudah bervegetarian. Saat ini Mutiara duduk di kelas 2 SD. Tumbuh kembang Mutiara tidak kalah dengan anak-anak non vegetarian lainnya. Wajahnya yang imut-imut serta kulit yang putih bersih membuat gemas setiap orang yang melihatnya. Dan menurut Arnes, tarikan napas pun lebih panjang dibanding dengan yang lain. Asupan gizi untuk tumbuh kembang dengan baik tidaklah semata harus berasal dari makanan hewani. Masih banyak produk nabati yang tak kalah nilai gizinya.

Di bagian luar lapangan Badminton, aneka masakan vegetarian sudah terhidang dengan baik menyambut tamu-tamu yang datang. Standar makanan vegetarian ini merupakan salah satu cara untuk mensosialisasikan makanan vegetarian dengan tema “Vegetarian Day”.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta tidak mau ketinggalan untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan rasa bakti mereka kepada ibunda tercinta. Suasana haru dan gembira menghiasi kegiatan ini. (kiri)
  • Pertunjukan isyarat tangan (shou yu) yang menjadi ciri khas budaya humanis Tzu Chi dibawakan oleh para relawan Tzu Chi Pekanbaru dengan rapi dan harmonis. (kanan)

Membasuh Kaki Ibu
Peringatan Hari Ibu menjadi bermakna dan berkesan di kala kita berkesempatan membasuh kaki ibu yang mungkin selama ini tidak pernah kita lakukan di rumah. Yang menjadi ciri khas Tzu Chi dalam Peringatan Hari Ibu adalah adanya  acara membasuh kaki ibu dan penyajian teh. Semua begitu antusias menanti momen ini. Di tangan masing-masing telah ada sekuntum bunga mawar dari sapu tangan yang bertuliskan “Mama, Wo Ai Ni”(Mama, Saya mencintai mama) siap untuk dipersembahkan kepada mama tercinta saat acara cuci kaki selesai.

Begitu acara dimulai, tua, muda, dan anak-anak tidak mau ketinggalan untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan rasa bakti mereka kepada ibunda tercinta. Suasana haru dan gembira menghiasi kegiatan ini. Michael misalnya, anak yang bisanya sulit meneteskan air mata pun tak kuasa menahan tetesan air matanya saat mulai membasuh kaki mamanya. Lain lagi cara Khaili mewujudkan rasa baktinya kepada mama tercinta. Setelah siap mencuci kaki mama tercinta, dengan memberi penghormatan sujud 3 kali, Khaili kemudian dengan penuh kasih memeluk orang yang telah melahirkan dan merawatnya selama ini. Sungguh pemandangan yang membuat haru para hadiri yang melihatnya.

Kegiatan ini mendapatkan tanggapan positif dari para hadirin. Seperti yang dikatakan oleh Phie Siong Leng beserta istri, “Kegiatan cuci kaki ini adalah wujud nyata bakti anak kepada orangtua, dan ini adalah pendidikan nyata di dalam masyarakat yang saat ini sudah sangat jarang kita temui dan Tzu Chi melakukannya,” kata Siong Leng setelah selesai menjalanan baktinya. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal bagi kita untuk senantiasa mewujudkan rasa bakti kita kepada Ibunda tercinta atas jasa-jasa dan perjuangan beliau sehingga kita dapat tumbuh dan menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang luhur.

  
 

Artikel Terkait

Berjuang Demi Keluarga (Bag. 2)

Berjuang Demi Keluarga (Bag. 2)

25 Maret 2010
“Saya bersyukur dan berterima kasih kepada yayasan (Tzu Chi). Sejujurnya saya merasa malu karena keluarga kami terus dibantu, semoga yayasan Tzu Chi diberi berkah dan semakin besar,” kata Rahmawati dengan air mata berlinang.
Melihat dan Merasakan sendiri

Melihat dan Merasakan sendiri

13 Agustus 2015 Di hari kelima kunjungannya ke Indonesia (11 Agustus 2015), para muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) asal Taiwan ini mengunjungi Sekolah Tzu Chi Indonesia dan juga Pademangan, salah satu daerah yang menjadi lokasi program Bebenah Kampung Tzu Chi. Kehidupan yang kontras di dua tempat ini memberi pengalaman berbeda bagi para Tzu Ching.
Perayaan Imlek Nasional 2023: Bersyukur, Bangkit, dan Maju Bersama

Perayaan Imlek Nasional 2023: Bersyukur, Bangkit, dan Maju Bersama

30 Januari 2023

Setelah sempat terhenti karena pandemi Covid-19, Perayaan Imlek Nasional kembali dilaksanakan di tahun 2023. Dengan tema Bersyukur, Bangkit, dan Maju Bersama, acara ini juga menampilkan kesenian-kesenian dan menggandeng 700 lebih UMKM untuk ikut berpartisipasi.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -