Waisak 2556: Kasih Sayang untuk Ibu

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung) , Fotografer : Galvan (Tzu Chi Bandung)
 
 

fotoPara peserta yang terdiri dari anak-anak sedang mengungkapkan isi hatinya sembari memberikan ucapan selamat hari ibu dan bunga kepada sang Ibu.

Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung, mengadakan perayaan hari raya Waisak, hari Ibu Internasional dan hari Tzu Chi sedunia yang kini menginjak 46 tahun. Kegiatan ini berlokasi di Gedung Panguyuban Marga Lie. Jl. Mekar Cemerlang No.1, Komp. Mekar Wangi, Soekarno Hatta, Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2012

 

 

Makna dari Waisak itu sendiri adalah membersihkan hati kita dari kekotoran batin, seperti sifat kesombongan, keangkuhan, kerakusan, kemarahan dan ketidaktahuan (ragu-ragu), agar semua mahluk hidup mencapai kebuddhaan dan mencapai pencerahan batin. Disamping itu, makna dari pemandian rupang Buddha adalah berharap hati cinta kasih dapat bangkit, dalam hati setiap orang terkandung rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih, dari lubuk hati semua orang dapat disucikan, masyarakat aman dan sejahtera. Dengan demikian dunia ini baru bisa terbebas dari bencana, inilah makna sebenarnya dari pada acara pemandian rupang Buddha.

Acara pemandian rupang Buddha dimulai pada pukul 09.30-12.00 WIB, diawali oleh 24 relawan Tzu Chi Bandung yang terdiri dari 12 Shixiong dan 12 Shijie sebagai penghatur pelita, air wangi, dan bunga memasuki tempat pemandian rupang Buddha dengan diiringi lagu Jing Ji Qing Cheng. Acara ini pun diikuti oleh 114 relawan Tzu Chi. Disamping itu sebanyak 300 peserta yang terdiri dari para donatur Tzu Chi dan masyarakat umum, turut mengikuti acara pemandian rupang Buddha.

Setelah diawali dan diakhiri oleh penghatur pelita tersebut, barulah para peserta melakukan prosesi pemandian rupang Buddha yang dibimbing langsung oleh relawan Tzu Chi. Hal ini dimaksudkan agar pemandian tersebut berjalan dengan sempurna dan diberkahi oleh sang Buddha. Dengan batin yang telah bersih barulah dapat mengembangkan kebijaksanaan tanpa noda, agar setiap orang dapat membasuh dan membersihkan sifat hakiki setara Buddha, serta bertobat demi membersihkan lahan batin sendiri, juga dengan suka cita meyakini bahwa sang Buddha pernah datang ke dunia ini.

Herman Widjaja selaku ketua Tzu Chi Bandung, mengungkapkan bahwa acara ini banyak manfaatnya selain prosesi pemandaian rupang Buddha, para tamu undangan yang khususnya bagi mereka yang membawa ibunya untuk datang di hari perayaan Waisak, hari ibu internasional dan hari Tzu Chi sedunia dapat mengungkapkan rasa terima kasihnya dalam bentuk cinta dan kasih sayang terhadap ibu.

foto    foto

Keterangan :

  • Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Panguyuban Marga Lie, Jl. Mekar Cemerlang No.1, Komp. Mekar Wangi, Soekarno Hatta, Bandung, pada tanggal 13 Mei 2012 (kiri).
  • Perayaan ini dihadiri sebanyak 114 relawan Tzu Chi dan sekitar 300 peserta yang terdiri dari para donatur Tzu Chi dan masyarakat umum (kanan).

”Kita pun untuk pertama kali dan mulai kali ini mengadakan acara khusus hari ibu yaitu dengan menampilkan peserta yang membawa ibunya untuk berbakti dengan mempersembahkan bunga dan  menyajikan teh untuk sang ibu dan mengucapkan rasa terima kasih dan doa-doa untuk ibu. Sesi ini sangat bermanfaat dimana ibu-ibu sebagai ibu bisa mendengar sendiri suara hati dari anak dan sebaliknya sebagi anak juga diingatkan untuk selalu berbakti kepada orangtuanya terutama dalam hari ini adalah ibu,” ujar Herman Widjaja.

Ia pun menambahkan, “kita rayakan dengan cara khas Tzu Chi otomatis hari Tzu Chi ini, kita akan mempersiapkan dimana semacam sosialisasi pada sejarah Tzu Chi sendiri. Kemudian Waisak tentunya adalah pemulihan batin kita sendiri dengan upacara khas Tzu Chi,” lengkap Herman.

Menurut salah satu peserta yang ikut dalam prosesi pemandian rupang Buddha yaitu Henry (26), setelah mengikuti hal tersebut Ia merasakan sangat takjub dengan apa yang dipersembahkan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi.

"Perasaan yang paling mendalam pada waktu mengikuti penghormatan terhadap rupang Buddha, kita diajak untuk bersyukur dan berdoa atas berkah dan rahmat yang diberikan oleh sang Buddha. Supaya kita juga terhindar dari segala macam bencana yang ada, kita sebagai umat manusia selalu hidup dalam keadaan yang rukun damai dan cinta kasih," katanya.

Setelah prosesi pemandian rupang Buddha dan mengambil daun bodhi, para relawan Tzu Chi dan peserta melakukan Pradaksina. Pada sesi ini tampak semua hadirin begitu khusuk dan khidmat dalam menjalani prosesi Pradaksina.

foto   foto

Keterangan :

  • Para peserta bersama-sama berdoa memanjatkan 3 ikrar diiringi lagu Cheng Xin Qi San Yuan (kiri).
  • Relawan Tzu Chi Bandung, Fenty, diberikan ucapan selamat, pelukan, dan ciuman dari sang anak yang juga relawan Tzu Chi(kanan).

Terima Kasih Ibu
Sebelum acara berakhir, beberapa peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan cintanya kepada sang Bunda. Dimana pada sesi ini, anak-anaknya melayani sang Bunda dengan menyajikan teh dan memberi setangkai bunga sebagai tanda rasa cinta dan kasih sayangnya. Ini dimaksudkan agar para anak mengingat dan bisa membalas jasa-jasa besar seorang ibu  pada saat mengandung hingga menjadi anak yang terpelajar.

Hal tersebut sangat dirasakan oleh salah satu peserta yang mengikuti acara pada hari itu , yaitu Chen Mei (36).  Ia merasakan perasaan yang begitu haru ketika sang anak mengungkapkan rasa terima kasihnya atas jasa-jasa seorang ibu  yang telah membesarkan dan mendidiknya.

 "Perasaan saya sangat bahagai dan hari ini saya juga sangat bersyukur mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Acara hari ini juga sungguh mengharukan, karena ada hari ibu dimana anak bisa mengingat kesedihan dan kesusahan seorang ibu. Dan saya juga bisa merasakannya sangat luar biasa sangat berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah meyelenggarakannya dan sangat bersyukur, itu yang saya bisa rasakan saat ini," ungkap Chen Mei.

Insan Tzu Chi di seluruh dunia dengan hati paling hormat dan tulus, bersama-sama memuja budi luhur sang Triratna, budi luhur orang tua, dan budi luhur semua makhluk. Selain itu, berharap kedalam diri sendiri dapat menggarap tiga lahan berkah besar yaitu; lahan berkah dari orang yang pantas dihormati, lahan berkah dari orang yang telah menanamkan budi luhur dan lahan berkah dari orang yang patut dikasihani.

Semoga setelah melakukan prosesi pemandian rupang Buddha dengan hati yang tulus disertai iringan bunyi musik yang mengalun merdu, diharapkan dapat menampilkan keindahan dari budaya humanis pada sisi agama dan dapat membersihkan batin diri sendiri, serta dapat membersihkan batin orang lain dengan terjun ke dalam masyarakat untuk bersumbangsih, mempraktikan kewelas asihan dan kebijaksanaan Buddha, agar di dunia ini dapat terjalin keharmonisan sesama maklhuk hidup dan terhindar dari segala bencana. (Galvan)

  
 

Artikel Terkait

Sembako untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online

Sembako untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online

15 April 2020

Tzu Chi Indonesia dan Sekretariat Presiden Republik Indonesia membagikan 1.000 paket sembako kepada para pengemudi taksi dan ojek online sebagai salah satu bentuk bantuan di tengah pandemi Covid-19 di wilayah Jakarta.

Indahnya Tolerasi Beragama di Kabupaten Biak Numfor

Indahnya Tolerasi Beragama di Kabupaten Biak Numfor

14 April 2023

Para relawan Tzu Chi Biak mengunjungi panti asuhan dan pondok pesantren yang berada di Kabupaten Biak Numfor. Kunjungan kasih ini bekerja sama dengan Permabuddhi, Wanita Buddhis Indonesia, Hadi Supermarket dan Maju Makmur Group. 

Suara Kasih : Kelembutan Bodhisatwa

Suara Kasih : Kelembutan Bodhisatwa

10 Februari 2011 Hidup di dunia ini, kita harus saling menghormati dan mengasihi antarsesama. Inilah kehidupan yang paling indah dan harmonis. Inilah kekuatan Bodhisatwa yang penuh kelemahlembutan.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -