Waisak 2557: Bhinneka Tunggal Ika
Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Alice (He Qi Utara), Anand Yahya, Iea Hong (He Qi Utara), Stephen Ang (He Qi Utara)
|
| ||
Raut wajah anak-anak muda ini memancarkan aura cinta kasih. Hari ini mereka melakukan langkah nyata dalam menjalankan toleransi beragama di bumi nusantara yang kita cintai. Hal ini membuat relawan Tzu Chi dan hadirin merasa tersentuh hatinya. Di mana umat Muslim adalah mayoritas umat beragama di Indonesia ikut serta mendampingi umat Buddhis menjalankan perayaan hari Waisak. Ini menunjukan jiwa besar serta keteladanan dari mahasiswa-mahasiswa Pondok Pesantren Nurul Imam. Di hati mereka telah ditanamkan sebuah cinta. Tatkala cinta itu bersemi di hati mereka tiada lagi perbedaan, yang ada hanya satu, satu keluarga, satu saudara. Semua perbedaan adalah khasana budaya bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan bersama. “Menyadari bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama maka kita sebagai anak bangsa hendaknya bisa saling percaya, saling mendukung, dan saling menghormati satu sama lainnya. Hari ini saya pertama kali ikut berpartisipasi dalam kegiatan Waisak. Ini akan menambah wawasan saya dalam mempraktikkan kerukunan umat beragama,” ujar Choirul Huda (20) mahasiswa Pondok Pesantren Nurul Imam semester II jurusan bahasa Arab. Hari ini sekitar 180 Mahasiswa dengan menumpang 3 bus datang dari Pondok Pesantren Nurul Imam ke Jing Si Tang untuk berpartisipasi dalam kegiatan hari ini.
Keterangan :
Abdul Latif (20) mahasiswa semester VI Pondok Pesantren Nurul Imam ini berujar, ”Hari ini saya sangat bersyukur dan bahagia bisa berkumpul bersama-sama relawan Tzu Chi merayakan Waisak. Saya berharap semua umat dari agama apapun akan memperdalam ajaran agama mereka masing- masing sehingga mereka akan menjadi manusia yang beraklak baik. Kalau itu terjadi maka bangsa Indonesia ke depan akan semakin baik pula. Keharmonisan antar umat beragama harus kita junjung tinggi. Dengan demikian maka akan tercipta masyarakat yang harmonis.” Abdul Latif adalah Mahasiswa jurusan bahasa Mandarin sehingga ia juga bisa berbahasa Mandarin dengan lancar. “Kami sangat mendukung toleransi beragama. Karena di Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku dan agama. Oleh karena itu penting untuk kita menjaga keharmonisan ini bersama. Menurut saya landasan dari keharmonisan ini adalah saling percaya dan saling menghormati,” ujar Iwan Kurniawan (20) mahasiswa semester II jurusan bahasa Arab. Menurut Iwan, relawan Tzu Chi sering melakukan kegiatan di pesantren tempat ia menimba ilmu. “Relawan Tzu Chi sering mengunjungi kami dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, baksos kesehatan, dan lain sebagainya. Jadi hari ini saya yang mengunjungi relawan Tzu Chi sebagai penyambung tali Silahturahmi.” Pada umumnya mereka sangat menyadari pentingnya merekatkan seluruh anak bangsa lewat toleransi beragama. Mahasiswa-mahasiswa dari pondok pesantren ini sangat berwawasan dan memiliki hati yang penuh cinta kasih. Menurut salah satu umat Buddha, Yudi Hermawan, ia sangat tersentuh melihat mahasiswa-mahasiswa dari Pondok Pesantren Nurul Imam ikut mendampingi kegiatan hari ini. Ia mengatakan bahwa ini pertama kali ikut perayaan Waisak, Hari Ibu dan Hari Tzu Chi. Ia sempat tak percaya ada perkumpulan mahasiswa dari Ppndok pesantren yang mendampingi untuk menjalankan prosesi hari ini. “Hati saya terharu sekali melihat adik-adik mahasiswa ini mau menjadi pendamping dalam kegiatan ini. Belum pernah saya merasakan hal demikian. Hari ini saya benar-benar melihat cinta kasih yang ada di dalam setiap hati orang tanpa memandang suku, etnis dan agama,” ungkap Yudi.
Keterangan :
“Kami selalu menanamkan rasa cinta kepada anak-anak didik kami. Karena dengan adanya perasaan cinta maka akan menimbulkan sesuatu yang positif. Dengan adanya cinta di hati mereka, maka akan timbul kasih sayang terhadap semua elemen bangsa. Dengan adanya cinta baru timbul rasa toleransi. Oleh karena itu kami sangat menekankan membangkitkan cinta di dalam hati anak didik kami,” ujar Umi Waheeda, Sp.Si, M.Si, pemimpin Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Imam (Islamic Boarding School) Parung, Bogor, Jawa Barat. Umi Waheeda juga sekaligus menjadi pengajar dalam berbagai mata pelajaran salah satunya bahasa Inggris. Umi menekankan pentingnya pembentukan karakter positif sedini mungkin, karena dengan menanamkan karakter sedini mungkin maka akan membuat anak didik menjadi anak yang berkarakter, tidak mudah goyah, dan berjiwa pemimpin. Umi berkata bahwa hari ini beliau datang karena Tzu Chi adalah saudara bagi dirinya, Tzu Chi adalah keluarganya. “Kalau ada saudara dan keluarga sedang merayakan kebahagiaan, saya pasti akan hadir berpartisipasi dalam kebahagiaan mereka. Saya akan hadir untuk memberi semangat dan perhatian untuk keluarga saya. Kami berangkat jam 10 pagi dari pesantren. Perjalanan 3 jam baru sampai di Jing Si Tang. Walau perjalanan jauh tetapi kami semua bahagia sedikit pun tidak merasa lelah,” ungkap Umi Waheeda dengan raut wajah ceria penuh sukacita. Hari ini di Jing Si Tang telah berkumpul anak-anak bangsa yang penuh cinta kasih. Sebuah kisah nyata tentang kerukunan umat beragama yang begitu harmonis. Saling bergandeng tangan dalam menjalankan kehidupan ini. Dengan semboyang Bhinneka Tunggal Ika kita bersatu padu. Negeri indah nan elok akan semakin indah dan elok lagi karena anak-anak Indonesia bersatu dalam dekapan cinta kasih universal. | |||
Artikel Terkait
Galang Dana, Galang Kebajikan Hati Manusia
28 November 2013 Para relawan bersemangat menyiapkan kotak – kotak dana, brosur, dan banner. Mereka juga tulus berdoa bersama sebelum dan sesudah penggalangan dana dilakukan. Untuk mendoakan para korban bencana topan di Filipina ini.Kebahagiaan Para Penerima Bantuan Bedah Rumah di Kabupaten Bandung
19 Juni 2020Tzu Chi Bandung mengadakan serah terima 11 rumah kepada warga penerima bantuan di Kabupaten Bandung Barat, 17 Juni 2020. Tujuh rumah berada di wilayah Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah dan Empat rumah lainnya di Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang.