Waisak 2557: Membangkitkan Jiwa Kebijaksanaan

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi dan M. Galvan (Tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Para relawan Tzu Chi melaksanakan prosesi pemandian Rupang Buddha dalam perayaan Hari Waisak 2557 BE/2013, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia di Tzu Chi Bandung yang bertempat di Gedung Harapan Kasih, Bandung.

Pada setiap hari Minggu kedua di bulan Mei setiap tahunnya, Yayasan Buddha Tzu Chi merayakan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Dalam prosesi pemandian Rupang Buddha ini, semua berdoa agar Dharma yang benar bisa berada di dunia ini selamanya.

 

 

Setiap orang memiliki sifat hakiki setara dengan Buddha, hanya saja kegelapan batin telah membuat kita terus berputar-putar di dalam kerisauan. Melalui prosesi pemandian Rupang Buddha ini diharapkan bisa memggunakan hati yang paling tulus dalam memberikan puja hormat kepada Buddha, untuk menaklukan keangkuhan di dalam hati dan kembali pada pola hidup yang bersahaja. Maka dari itu Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung, mengadakan perayaan Waisak  2557 BE/2013. Kegiatan ini berlokasi di Gedung Harapan Kasih. Jl. Mekar Kencana No. 2A. Komp, Mekar Wangi, Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat.

Makna dari waisak itu sendiri adalah membersihkan hati kita dari kekotoran batin, seperti sifat kesombongan, keangkuhan, keserakahan, kemarahan, dan ketidaktahuan (ragu-ragu), agar semua mahluk hidup mencapai ke-Buddha-an dan mencapai pencerahan batin. Disamping itu, makna dari pemandian Buddha Rupang adalah berharap hati cinta kasih dapat bangkit, dalam hati setiap orang terkandung rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih,  dari lubuk hati semua orang dapat disucikan, masyarakat aman dan sejahtera. Dengan demikian dunia ini baru bisa terbebas dari bencana, inilah makna sebenarnya daripada acara pemandian Rupang Buddha.

Kegiatan ini berlangsung pada pukul 15.00 – 17.00 WIB, diawali oleh 24 relawan Tzu Chi Bandung yang terdiri dari 12 Shixiong dan 12 Shijie sebagai pembawa persembahan pelita, air wangi dan bunga memasuki tempat pemandian Rupang Buddha dengan diiringi lagu Jing Ji Qing Cheng. Acara ini diikuti oleh 80 relawan Tzu Chi serta 276 peserta yang terdiri dari para donatur Tzu Chi dan masyarakat umum.

Setelah diawali dan diakhiri oleh persembahan pelita tersebut, barulah para peserta melakukan prosesi pemandian Rupang Buddha yang dibimbing langsung oleh relawan Tzu Chi. Hal ini dimaksudkan agar pemandian tersebut berjalan dengan sempurna dan diberkahi oleh Buddha.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi, Harun Lam, memberikan penjelasan kepada para tamu undangan mengenai serangkaian kegiatan kemanusian Tzu Chi (kiri).
  • Suasana pada saat para barisan relawan Tzu Chi membawa pelita, air, dan bunga untuk mempersembahkan pujian penuh hormat pada Sang Maha Pencerah sebelum prosesi pemandian Rupang Buddha (kanan).

Menurut Herman Widjaja, Ketua Tzu Chi Bandung, di hari Waisak ini merupakan hari yang istimewa bagi mereka yang merayakannya, dimana bagi mereka yang yang ikut dalam acara ini bisa membersihkan batin untuk mencapai KeBuddhaan. Di samping itu tamu undangan pun dapat mengenal Tzu Chi lebih dekat lagi.

"Hari ini kita memperingati tiga event yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Sebagai Hari Tzu Chi tentu kita mengadakan pameran dimana para tamu itu bisa mengenal Tzu Chi Sedunia khususnya dengan poster yang lengkap, dimana mereka bisa lebih mengenal Tzu Chi lebih dalam. Tentunya untuk Waisak itu sendiri, ada yang khas yang dipersembahkan oleh Tzu Chi dan tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh wihara-wihara pada umumnya, di Tzu Chi lebih mementingkan penyucian atau pencerahan batin diri sendiri agar kita itu lebih diberi penerangan-Nya," ucap Herman.

Setelah prosesi pemandian Rupang Buddha dan mengambil daun Bodhi, para relawan Tzu Chi dan peserta melakukan pradaksina. Melalui prosesi ini menggemakan ketulusan hati agar didengar oleh Buddha sebagai wujud terima kasih kepada Buddha, yang tidak tega melihat semua makhluk menderita dan telah berulang kali datang ke dunia ini untuk membangkitkan hati suci semua insan manusia.

Semoga dengan perayaan Waisak ini segala bentuk doa kita dapat didengar oleh Buddha, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Buddha yang telah memberitahukan kepada kita bahwa setiap orang memiliki sifat Buddha yang suci dan membangkitkan jiwa kebijaksanaan. Terlebih lagi, ini melambangkan bahwa setiap orang akan melangkah ke dunia dengan berpegang pada hati suci untuk secara aktif berbuat kebajikan, menghimpun berkah dan pahala. Sehingga alam ini senantiasa aman dan selamat serta semua makhluk, hidup dengan harmonis juga dipenuhi jalinan keberkahan.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan Tzu Chi Bandung sedang mempersembahkan hormat pada Sang Maha Pencerah di alam semesta sembari mengatupkan kedua tangan sebelum melakukan prosesi pemandian Rupang Buddha (kiri).
  • Tak terbendung air mata kebahagian yang ditunjukan oleh seorang ibu yaitu Rita (41) ketika kedua anaknya mengungkapkan isi hatinya, pada sesi sembah bakti kepada Sang Bunda (kanan).

Terima Kasih Ibu
Sebelum acara berakhir, beberapa peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan cintanya kepada sang Bunda. Dimana pada sesi ini, anak-anaknya melayani sang Bunda dengan menyajikan teh dan memberi setangkai bunga sebagai tanda rasa cinta dan kasih sayangnya. Ini dimaksudkan agar para anak mengingat dan bisa membalas jasa-jasa besar seorang ibu pada saat mengandung hingga menjadi anak yang terpelajar.

“Untuk Hari Ibu, mulai dari dua tahun ini, kita mulai adakan khusus yaitu katakanlah acara hari ibu dengan menayangkan atau menghadirkan beberapa keluarga, yaitu ibu dan anak untuk berinteraksi di acara ini. Dengan memberi ibu sekuntuM bunga, yaitu ungkapan rasa terima kasih kepada ibu yang sudah membesarkan, serta memberikan minuman dan kue sebagai tanda kita itu mengasihi kepada ibu sebagaimana mereka mengasihi kita," lengkap Herman.

Hal ini dirasakan oleh salah satu peserta yang ikut dalam sesi Ungkapan Terima Kasih kepada Ibu, yaitu Rita (41). Menurutnya ini sebuah ketukan hati bagi anak untuk mengingat jasa besar yang telah diberikan oleh seorang Ibu sehingga jasa-jasa seorang ibu dapat dikenang dan dijadikan contoh untuk panutan hidup kelak menjadi orangtua.

"Selama mengikuti acara ini saya sangat senang sekali dan sangat berkesan, apalagi pada sembah bakti kepada orang tua dalam rangka hari ibu khususnya, itu sangat menyentuh sekali. Selama ini kan anak-anak kita dalam kehidupan sehari-hari belum pernah melakukan apa yang tadi mereka lakukan. Nah, di sini hati mereka dan hati saya juga begitu tersentuh sekali," ungkap Rita.

Dengan ungkapan rasa cinta ini kepada seorang ibu, dapat mengetuk hati para anak untuk lebih menghargai dan meghormati orangtua, khususnya ibu, serta dengan hati paling hormat dan tulus bersama-sama memuja budi luhur Triratna, budi luhur orangtua dan budi luhur semua makhluk. Selain itu, berharap ke dalam diri sendiri dapat menggarap tiga lahan berkah besar: lahan berkah dari orang yang pantas dihormati, lahan berkah dari orang yang telah menanamkan budi luhur, dan lahan berkah dari orang yang patut dikasihani.
  
 

Artikel Terkait

Memanfaatkan Tubuh Yang  Sehat Untuk Kepentingan Dunia

Memanfaatkan Tubuh Yang Sehat Untuk Kepentingan Dunia

15 Februari 2013

Banjir di wilayah Jakarta yang terjadi pada bulan Januari 2013 lalu masih menyisakan kesedihan yang mendalam bagi warga yang terkena banjir. Demikian juga dengan kondisi dari beberapa Zhao Gu Hu (penerima bantuan) Yayasan Buddha Tzu Chi.

Abid yang Kini Bisa Kembali Riang

Abid yang Kini Bisa Kembali Riang

11 Oktober 2022

Sebuah pesan Whatsapp dari Naya, ibunda Abid, penerima bantuan Tzu Chi membuat Gianny berbunga-bunga. Walaupun penyakit Abid belum benar-benar dinyatakan sembuh, tapi kabar baik itu langsung menghangatkan hatinya.

Mewarnai Sanghadana Dengan Pindapata Pada Masa Kathina 2567BE/2023

Mewarnai Sanghadana Dengan Pindapata Pada Masa Kathina 2567BE/2023

01 Desember 2023

Aula Jing Si Tzu Chi kembali menjadi tempat dimulainya acara Sanghadana Kathina Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) 2023. Tradisi ini adalah tahun ketiga setelah dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 dan 2022.

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -